Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jingle TVRI, televisi pertama di Indonesia terngiang ketika mobil yang saya naiki menanjak bukit kecil di selatan Teluk Yotefa, Kota Jayapura. “TVRI Menjalin Persatuan dan Kesatuan…..”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anak 80-90 an pasti sangat paham dengan era kejayaan stasiun televisi milik pemerintah ini. Saat itu, TVRI menjadi satu-satunya siaran yang bisa hadir di layar televisi. Di era itu pula pemerintah mengupayakan siaran TVRI dapat dinikmati dari Sabang sampai Merauke dan menjadi satu-satunya corong informasi setelah RRI. Jadi tidak mengherankan jika bukit di dekat ibukota provinsi selalu dibangun menara pemancar transmisi TVRI agar siarannya dapat ditangkap oleh seluruh televisi di NKRI.
Kini sudah 30 tahun lebih berlalu era kejayaan TVRI namun namanya masih disematkan di puncak tertinggi dekat Kota Jayapura. Beberapa tower menara stasiun transmisi televisi swasta dan telepon seluler turut meramaikan destinasi wisata kota murah meriah.
Aktivitas favorit pengunjung adalah duduk santai di taman yang ditumbuhi pohon perdu. Tapi yang paling mengundang adrenalin adalah bergelantungan di kisi-kisi besi tua bekas papan reklame yang langsung menjorok ke utara. Bagus sih pemandangan di sini tapi salah perhitungan dan menginjak besi yang sudah berkarat bisa jatuh ke bawah. Rugi juga sudah datang jauh-jauh tapi gak berfoto di tempat instagramable di Kota Jayapura.
Kota Jayapura terlihat cantik dari atas sini dengan garis pantainya yang meliuk-liuk bagi pinggul seorang wanita lalu membentuk teluk kecil. Gradasi warna air laut biru sampai hijau toska membuat pemandangan ini begitu sempurna. Bagi saya bumi Papua itu selalu terlihat cantik dan mengundang rasa penasaran. Di sini pantai belakang rumah terlihat indah dengan air jernih kebiruan berbeda dengan pantai-pantai yang dekat dengan muara sungai di Sumatera.
Andai di sini ada tanah lapang untuk tinggal landas paralayang pastilah seru, melompat ke bawah sana lalu melayang-layang bagaikan elang sebelum akhirnya mendarat di pinggir pantai. Melihat semaraknya Kota Jayapura dari atas sini menghapus mindset saya bahwa Irian itu jauh dari pembangunan tidak ada infrastruktur memadai dan selalu menjadi momok bagi rekan-rekan di pulau Jawa yang bersekolah di ikatan dinas lalu ditempatkan di pulau paling timur Indonesia.
Tulisan ini sudah tayang di Dananwahyu