Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Menerjang Bukit Pasir di Gurun Doha

Bermobil menembus gunungan pasir mulanya merupakan hiburan para pemuda kaya di negara-negara gurun. Kini menjadi wisata favorit di Doha.

4 Mei 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Safari padang pasir di Doha. Foto: Pixabay

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH melompat naik-turun seperti roller coaster, dalam posisi menyamping, mobil 4WD yang kami tumpangi terseret dari puncak gunungan pasir dengan kemiringan sekitar 45 derajat. Saya mencengkeram sandaran kursi di depan kuat-kuat. Dua kawan semobil di samping kiri dan kanan sekilas saya lihat tegang. Setiap detik berlalu dengan perasaan yang sama: mobil akan terguling.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sekitar setengah menit kemudian, dengan jantung berdebar kencang, kami tiba di bawah. Lega sebentar, Ajit Wijenayaka kembali bermanuver memacu mobilnya mengikuti alur melingkar perbukitan pasir dengan kecepatan tinggi. "Masih banyak di depan," ujar pria berusia 35 tahun itu sambil tersenyum.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kali ini kami menanjak tajam, meniti gundukan pasir setinggi puluhan meter, kemudian berkelak-kelok cepat di sepanjang garis tepi puncak pasir tersebut, sebelum akhirnya kembali menukik tajam di sisi yang lain. Lagi-lagi saya mencengkeram kuat sandaran kursi di depan.

"Menerjang" gunungan pasir merupakan salah satu atraksi dalam safari gurun di Doha, Qatar. Saya serta beberapa kawan wartawan dan penulis mengikutinya saat transit di negara tersebut dalam perjalanan pulang dari Bosnia Herzegovina atas undangan Qatar Airways.

Sebenarnya, penumpang lanjutan bisa saja menunggu di Bandar Udara Internasional Hamad yang selalu ramai. Bandara seluas 22 kilometer persegi-satu pertiga kali luas Kota Doha-yang lebih dari setengahnya merupakan lahan reklamasi itu memiliki kamar hotel untuk diinapi. Adapun penumpang kelas bisnis dapat memanfaatkan satu dari 12 executive lounge berfasilitas bintang lima.

Saya mampir di Al Mourjan Lounge, yang khusus disediakan untuk penumpang kelas bisnis Qatar Airways. Rasanya mudah menghabiskan waktu tunggu seharian di sana. Semuanya ada: makanan dan minuman setiap saat, tempat kerja yang nyaman, bahkan tersedia pula ruang kecil pribadi bagi yang mau berbaring. Selain itu, terdapat ruang untuk keluarga, lengkap dengan televisi, sofa, dan tempat bermain anak.

Namun, kalau punya waktu lebih dari 5 jam, apalagi sehari penuh, keluar dan menikmati Doha merupakan pilihan yang menarik. Apalagi warga negara Indonesia tidak membutuhkan visa untuk masuk ke Qatar, cukup memiliki tiket pergi-pulang ke dan dari negara itu.

Karena tiba pada petang menjelang malam, sementara jadwal penerbangan lanjutan baru sore keesokan harinya, kami keluar. Malam itu kami menginap di Hotel Marriott Marquis City Center Doha, di pusat kota, hanya beberapa ratus meter dari Teluk Doha.

Selepas makan malam di hotel, saya bersama dua teman berjalan kaki ke Doha Corniche di kawasan teluk. Perahu dengan lampu warna-warni berseliweran. Lagu irama padang pasir yang keras dan rancak dari perahu-perahu tersebut terdengar hingga jauh.

Pusat kota Doha terlihat amat mewah dan modern dari tempat itu. Gedung-gedungnya bertaburkan cahaya gemerlap. Seperti kota-kota lain di Teluk Persia, Doha memiliki banyak gedung tinggi modern, baik untuk hotel, apartemen, maupun perkantoran. Bangunan yang tertinggi antara lain Aspire Tower (300 meter), pusat untuk kebebasan media Doha (286 meter), Al Fardan Residences (254 meter), dua menara Palm Towers masing-masing setinggi 245 meter, serta Doha Tower (232 meter), yang berbentuk lonjong ke atas dan merupakan simbol kota tersebut.

Esoknya, menjelang pukul 09.00 pagi, Ajit dan dua temannya dari agen wisata Discover Qatar tiba di hotel. Mereka menggunakan dua mobil 4WD.

Padang pasir terletak sekitar 1 jam ke arah selatan Doha. Di sepanjang rute terdapat banyak proyek infrastruktur, baik bangunan, jalan, maupun jembatan, yang sedang dibangun, mengejar tenggat Piala Dunia 2022 yang bakal digelar di negara itu. Lepas dari kawasan industri, kami sampai di area Sealine. Beberapa kemah tampak berdiri di tempat itu. Juga terdapat toilet portabel, gratis. Puluhan unta terikat di sekitar tenda-tenda, ditunggui seorang pria yang menawarkan perjalanan berkeliling atau sekadar berfoto dengan hewan berpunuk itu. Tarifnya 20 riyal satu putaran.

Setelah membuang sebagian udara dari roda-roda mobil-menurut Ajit, di gurun roda mobil harus setengah kempis agar lebih kuat menjejak dan tidak mudah terjebak pasir-kami pun melaju. Jauh ke dalam, padang pasir terlihat kian luas, seolah-olah tanpa batas. Persis seperti berada di atas kapal laut yang mengarungi samudra.

Pada satu titik tinggi di tengah padang, kami berhenti. Sebuah 4WD lain lebih dulu parkir di sana. Dia membawa wisatawan Jepang, bersama istri dan dua anak laki-lakinya yang masih kecil. Mereka singgah beberapa jam di Doha dalam perjalanan pulang dari Eropa. Sopir sekaligus pemandu mereka menantang kedua anak itu berlomba lari menaiki gundukan pasir di dekat kami.

Berfoto sebentar, kami kembali menjelajahi beberapa gunungan raksasa. Sekitar satu jam diombang-ambing gundukan pasir, kami tiba di Khor Al Adaid. Laut di tengah-tengah gurun ini disebut sebagai yang terunik di dunia lantaran memiliki ekosistem sendiri yang khas dan bukit-bukit pasir yang terus bergerak di sekelilingnya. Airnya tenang, berwarna biru kehijauan, dan sangat jernih.

Khor Al Adaid memisahkan daerah selatan Doha dengan Arab Saudi. Meskipun dekat, sejak Juni dua tahun lalu, warga Qatar tak bisa lagi masuk-keluar Saudi. Negara itu dan beberapa negara Timur Tengah lain memblokade Qatar-darat, laut, dan udara-serta memutuskan hubungan diplomatik. Qatar dituding mendukung kelompok-kelompok teroris, yang di antaranya didukung oleh Iran, tapi hal tersebut dibantah keras oleh negara itu.

Bermobil menerjang gunungan pasir mulanya merupakan hiburan para pemuda kaya di negara-negara gurun. Padang pasir merupakan tempat favorit mereka untuk memacu adrenalin setiap akhir pekan. Belakangan, aktivitas itu berkembang menjadi atraksi wisata yang ternyata digemari banyak pelancong.

Sebelum bekerja di Doha, Ajit menjadi sopir 4WD dan pemandu wisata gurun di Dubai. Dia berasal dari Sri Lanka. Dia mengatakan belum pernah mengalami insiden saat melakukan aksi dengan mobilnya. Meski demikian, kecelakaan sering terjadi dan ada yang berakibat fatal. Di antaranya, seperti diberitakan Dohanews.co, pada Februari 2015, seorang pramugari Sri Lanka Airlines tewas setelah mobil yang membawanya terguling saat menerjang gunung pasir. Tiga orang rekannya luka-luka.

Demi meningkatkan keamanan safari gurun, aturan mengenai keselamatan kendaraan hingga lisensi untuk pengemudi terus diperketat. Pada beberapa titik di padang tampak beberapa antena penguat sinyal. Menurut Ajit, itu untuk telepon genggam dan global positioning system (GPS). Kini, kalau sesuatu terjadi, mereka lebih mudah mencari dan mendapatkan pertolongan. Selain itu, tersedia ambulans padang pasir yang menggunakan 4WD dan helikopter untuk respons cepat. Menjelang tengah hari, kami kembali ke kota.

Saya beberapa kali transit cukup lama di Doha, tapi sebelumnya selalu melewatkan waktu hanya di bandara. Ternyata Doha memiliki banyak tempat yang menarik dikunjungi. Dari gurun, kami menuju Souq Waqif. Pasar tua peninggalan kaum Badui-nomaden padang pasir-itu direstorasi pada 2006 oleh Emir Qatar kala itu, Sheikh Hamad bin Khalifah al Thani, dan istrinya, Sheikha Moza binti Nasser.

Ketika masuk ke pasar ini, kita seperti dibawa ke masa lalu. Jalan setapaknya terdiri atas susunan batu, demikian juga bangunannya, terbuat dari dinding lumpur dan balok kayu yang renggang, diwarnai putih. Arsitektur yang khas.

Seusai makan siang, kami berkeliling. Di sisi luar pasar yang menghadap ke Teluk Doha, terdapat kandang tempat unta-unta yang biasa digunakan polisi untuk patroli dikurung. Tak jauh dari situ berdiri pasar burung elang (Falcon Souq). Di pasar itu juga dijual berbagai peralatan untuk memelihara elang, seperti sarung tangan kulit, rantai, dan makanan.

Sebagaimana bermobil di padang pasir, memelihara elang merupakan hobi para lelaki Qatar. Harga burung yang pada masa lalu dipakai untuk berburu itu mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah. Saking istimewanya, mereka punya rumah sakit sendiri, persis di samping Falcon Souq. "Pasien" yang datang harus mendaftar dan menunggu hingga dilayani dokter khusus. Selain itu, ada kamar untuk rawat inap.

Setelah berputar lagi sebentar mencari beberapa barang kenangan, kami meninggalkan Souq Waqif. Dalam perjalanan ke bandara, kami mampir di Al Hazm Mall, tempat belanja super-mewah yang tamannya dihiasi puluhan pohon zaitun berusia ratusan tahun, yang khusus didatangkan dari Italia dan Spanyol.

Doha memiliki banyak kawasan mewah. Maklum, negeri berpenduduk 2,5 juta jiwa ini termasuk negara terkaya di dunia. Tahun lalu, menurut data International Monetary Fund, pendapatan per kapita Qatar mencapai US$ 70,78 ribu, atau sekitar Rp 1 miliar.

Di dekat Al Hazm terdapat kawasan Pearl-Qatar, pulau reklamasi yang berisikan apartemen-apartemen mewah, pusat pertokoan, dan hiburan. Yacht segala jenis dan ukuran berderet memenuhi kanal sempit yang dikelilingi bangunan-bangunan tinggi. Mungkin pulau reklamasi di Teluk Jakarta akan menjadi seperti ini kalau tidak dihentikan.

Saat berkeliling di Pearl-Qatar, pemandu kami menceritakan banyak obyek lain di sekitar Doha. Di antaranya museum nasional, museum seni Islam, dan desa budaya Katara. Semuanya terdengar amat menarik, tapi kami mesti bergegas agar tidak ketinggalan pesawat pukul 18.00. PHILIPUS PARERA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus