Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seleb

Mengapa Ki Manteb Sudarsono Berjuluk Dalang Setan?

Dalang setan, julukan untuk almarhum Ki Manteb Sudarsono sejak kapan? Apa alasannya?

3 Juli 2021 | 16.34 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Melalui akun Twitternya, Sudjiwo Tedjo mengabarkan bahwa dalang Ki Manteb Sudarsono meninggal. Dalam cuitannya pada Jumat, 2 Juli 2021, Sudjiwo Tedjo menulis, "Breaking News: Dalang Senior Ki Manteb Sudardono wafat". TEMPO/Nurdiansah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta – Indonesia baru saja kehilangan seniman tradisional sekaligus dalang kondang pada Jumat, 2 Juli 2021 lalu di usia 72 tahun. Ki Manteb Sudarsono wafat di kediamannya saat sedang melakukan isolasi mandiri. Sosoknya dianggap sebagai pionir yang memadukan seni pedalangan dengan musik modern. Karena kepiawaiannya pula dalam memainkan wayang membuat beliau dijuluki sebagai dalang setan.  

Julukan dalang setan melekat pada seorang Ki Manteb Sudarsono karena gaya sabetannya yang kuat saat sedang melakoni dalang. Darah seni perdagangannya menurun dari orangtuanya. Ayahnya, Ki Hardjo Brahim Hardjowiyono merupakan seorang dalang tusi dan ibunya, Sudarti adalah dalang sekaligus pengrawit handal. Dalang legendaris kenamaan Indonesia ini lahir pada 31 Agustus 1948.

Dilansir dari Buku Ki Manteb Sudharsono: Profil Dalang Inovatif karya Nurdiyanto dan Sri Retna Astuti tahun 2015, Dibesarkan di lingkungan seni pedalangan yang kental, membuat sosok Ki Manteb Sudarsono sudah akrab dengan segala seluk beluk dunia dalang. Sebut saja memainkan instrumen gamelan, ngapit wayang, nembang dan segala aktivitas perdagangan sudah Ki Manteb Sudarsono kuasai. Bahkan beliau telah mendalang sejak kecil tepatnya ketika duduk di bangku sekolah dasar kelas tiga. Selain itu semangatnya untuk mendalami seni dalang merupakan hasil didikan keras dan disiplin ayah Ki Manteb Sudharsono.

Sebagai wujud pengabdian besarnya terhadap dunia perdagangan, Ki Manteb Sudarsono mendirikan ‘Sanggar Bima di Karangpandan, Karanganyar. Sanggar ini menampung para calon-calon dalang yang diampu langsung oleh Ki Manteb Sudarsono tanpa dipungut biaya sepeserpun. Selain itu, beliau juga aktif di beberapa kegiatan pemberdayaan masyarakat di desanya, seperti di bidang tata rias melalui Yayasan Rias Manten dan di bidang karawitan juga mendirikan Paguyuban Seniwati (PASRI) untuk ibu-ibu di desanya.

Hingga akhir hayatnya, berbagai penghargaan baik nasional dan internasional telah diraih oleh Ki Manteb Sudarsono. Dikutip dari berbagai sumber, penghargaan tersebut diantaranya Satya Lencana Kebudayaan pada 1995 oleh Presiden Soeharto, UNESCO Award juga pernah beliau raih sebagai perwakilan Indonesia di Prancis pada 21 April 2004.

Ki Manteb Sudharsono juga dianugerahi Nikkei Asia Prize Award 2010 karena besarnya pengabdian dan kontribusi beliau bagi kelestarian kebudayaan Indonesia, khususnya wayang kulit.  Pada 2009 penghargaan Sang Maestro berhasil Ki Manteb Sudarsono raih dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Bahkan, Ki Manteb Sudarsono berhasil memecahkan rekor MURI karena berhasil mendalang selama 24 jam 28 detik, Sang Maestro berhasil menyajikan pementasan wayang kulit pada tahun 2004 dengan memainkan lakon Baratayuda. Selamat jalan, sang Dalang Setan, jasa dan pengabdianmu akan abadi selamanya.

NAOMY A. NUGRAHENI 

Baca: Ki Manteb Sudarsono Meninggal Saat Isolasi Mandiri Mendalang Hingga Akhir Hayat

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus