Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mendaki gunung menjadi salah satu kegiatan olah raga rekreasi yang banyak digandrungi. Sebagai negara yang memiliki banyak gunung, Indonesia memiliki ragam gunung dengan karakternya masing-masing. Ada yang mudah didaki, namun ada juga yang sulit.
Dilansir dari buku Panduan Teknis Pendakian Gunung karya Hendri Agustin, Indonesia belum memiliki sistem penentuan tingkat kesulitan gunung seperti di berbagai negara Asia, Eropa dan Amerika. Hal ini sedikit banyak berpengaruh kepada persiapan para pendaki.
Contohnya, insiden yang menimpa pendaki di Gunung Piramid. Gunung yang terletak di Desa Ardisaeng, Kecamatan Pakem, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur ini dikenal dengan gunung yang cukup sulit didaki.
Meski tak mencapai 2 ribu Mdpl, gunung yang merupakan bagian dari Argopuro ini memiliki bentuk meruncing. Sebagian kalangan menyebut rute itu sebagai salah satu rute pendakian ekstrem. Bahkan pernah memakan korban.
Salah satu lokasi paling ekstrem dalam rute pendakian Gunung Piramid yang sudah dikenal di kalangan para pendaki ialah jalur Punggung Naga. Bahkan sebagian pihak mengatakan bahwa kemiringan di tempat ini dapat mencapai 90 derajat. Jalur Punggung Naga memiliki luas sekitar 1,5 Km.
Karena tidak ada grading kesulitan pendakian gunung, memungkinkan orang yang tak memiliki peralatan memadai datang untuk mendaki gunung tersebut. Padahal, di rute Punggung Naga saat menuju puncak, para pendaki akan melalui tebing vertikal sepanjang dengan 50 meter. Hal itu sangat berbahaya karena tak tersedia tali pengaman serta di sekitarnya, juga tak terdapat pohon yang dapat dipegang.
Alhasil di rute tersebut, pernah terjadi kecelakaan. Pada 2019, seorang remaja bernama Thoriq Rizki Maulidan ditemukan meninggal dunia setelah dilaporkan hilang dan dilakukan pencarian selama 12 hari. Jasadnya ditemukan di dasar tebing Gunung Piramid. Ia diperkirakan jatuh di jalur pendakian dan terperosok ke dasar jurang hingga menyebabkan ia meninggal dunia.
“Melihat dari terjalnya medan tempat ditemukannya survivor, diduga survivor terjatuh dan terperosok lalu tersangkut di batang pohon,” ujar anggota Wanadri Bidang Operasional di Bandung, Eko Wahyu Prasetyo, dalam keterangan tertulis, Jumat, 5 Juli 2019.
Kasus lainnya yang memakan korban pendaki jalur Punggung Naga terjadi berselang satu tahun dari kejadian tewasnya Thoriq yaitu seorang pelajar SMA bernama Multazam yang saat itu berusia 18 tahun. Ia diketahui terpeleset di jalur pendakian ketika pulang berfoto puncak bersama dengan dua orang temannya.
TIARA JUWITA | HALIDA BUNGA | FAJAR JANUARTA
Pilihan Editor: Hujan Deras Bantu Padamkan Kebakaran Hutan Gunung Tangkuban Parahu
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini