Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Magelang - Ribuan masyarakat Kota Magelang memenuhi Klenteng Liong Hok Bio untuk menyaksikan prosesi pindapata yang dilakukan para biksu atau bante dari Thailand dan Indonesia. Seorang bante asal Indonesia yang juga melakukan pindapata, Darmayuda mengatakan, pindapata adalah tradisi memberikan sedekah dari masyarakat kepada para biksu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tradisi pindapata sudah dilakukan umat Buddha sejak ribuan tahun yang lalu, dan juga dilakukan oleh kaum Brahmana di India," kata Darmayuda saat dihubungi Tempo, Selasa, 31 Mei 2023.
Beda Tradisi Pindapata di Indonesia dan Thailand
Darmayuda menuturkan, pindapata dilakukan umat Buddha di Magelang setiap tahun, biasanya menjelang Hari Raya Waisak. Di Indonesia, tradisi tersebut hanya dilakukan pada hari-hari tertentu termasuk Waisak, sedangkan di Thailand, pindapata dilaksanakan setiap hari. "Namun tahun ini terlihat lebih ramai dan semarak karena Kota Magelang kedatangan tamu, yakni para biksu Thudong dari Thailand," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain untuk menyambut hari besar agama Buddha, pindapata mereka yakini dapat menambah kebajikan baik untuk pemberi sedekah dan para biksu yang menerimanya. Pindapata 2023 yang digelar dengan rute Jalan Pemuda-Pasar Rejowinangun dan kembali ke Klenteng Liong Hok Bio tersebut diikuti 50 biksu.
Darmayuda menuturkan, prosesi pindapata dimulai dengan persembahyangan para biksu di Kelenteng Liong Hok Bio Kota Magelang bersama umat Tridharma daerah setempat. "Para biksu kemudian berjalan dengan membawa Patta atau mangkuk sebagai wadah dana dari umat," tuturnya.
Umat Muslim ikut menyaksikan tradisi Pindapata menjelang perayaan Hari Waisak di Magelang, Rabu, 31 Mei 2023. Tidak hanya oleh umat Budha, para biksu yang berjalan kaki menuju Candi Borobudur ini juga mendapatkan sambutan dari umat agama lainnya. TEMPO/Arimbi HP
Rangkaian Pindapata
Darmayuda menuturkan, rangkaian prosesi pindapata diawali dengan penyiapan jubah dan patta untuk para biksu. "Biasanya sudah ada panitia atau petugas dari Klenteng yang menyiapkan alat-alat tersebut," kata Darmayuda. Saat para bante mulai berjalan, mereka melafalkan paritta, sutta, dan gatha agar dalam pelaksanaan tradisi pindapata berjalan lancar tanpa halangan. Para biksu akan menyusuri jalanan untuk melaksanakan tradisi pindapata dengan disambut umat Buddha.
Paritta adalah ringkasan dari Sutta Pitaka yang berisi khotbah - khotbah tertentu yang pernah dibabarkan oleh Sang Buddha yang berkaitan dengan keselamatan dan perlindungan. Sutta adalah bagian kedua dari tiga bagian Tripitaka yang berisi lebih dari 10.000 sutta (ajaran) dalam bentuk khotbah-khotbah, dialog dan tanya jawab Buddha Gautama dengan para siswa, petapa maupun orang lain. Adapun gatha adalah ajaran Buddha yang disampaikan dalam bentuk syair oleh para biksu selama berjalan.
Menurut Darmayuda, pindapata juga menjadi bentuk bhakti umat Buddha kepada para biksu yang dianggap sebagai guru dan junjungannya. Seorang umat Buddha yang juga memberi sedekah pada biksu, Lim menuturkan, bisa turut memberi untuk Sang Guru membuat hatinya lebih lega. "Ini sudah menjadi tugas kami sebagai Umat Buddha, memberi dan berbagi untuk sesama, agar semua makluk berbahagia," ucapnya.
Pilihan Editor: 32 Biksu Thudong Sampai di Pusdiklat Catrajinadhamo, Ribuan Siswa Sambut Meriah di Sepanjang Jalan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.