Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Mengenang Tragedi Tsunami 2004 di Museum Tsunami Aceh, Desainer Ridwan Kamil

Tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 sejarah pilu bagi bangsa Indonesia. Untuk mengenang, dibangun Museum Tsunami Aceh dengan desainer Ridwan Kamil.

27 Desember 2021 | 20.02 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Wisatawan melihat diorama bencana tsunami saat mengunjungi Museum Tsunami di Banda Aceh, Aceh, 24 Desember 2017. Selain untuk mengenang bencana, bangunan yang dirancang Ridwan Kamil ini juga berfungsi sebagai tempat evakuasi tsunami. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 telah menciptakan sejarah pilu bagi bangsa Indonesia. Untuk mengenang kejadian tersebut, pemerintah setempat membangun Museum Tsunami.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Museum Tsunami Aceh terletak di Lapangan Blang Padang, Jalan Sultan Iskandar Muda, No. 3 Sukaramai, Kec. Baiturrahman, Banda Aceh dan diresmikan pada Februari 2008 silam oleh Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono. Selain untuk mengenang musibah tsunami, museum ini juga dibangun sebagai pusat pendidikan sekaligus pusat evakuasi untuk antisipasi bencana tsunami. Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menyebut, tsunami bisa kembali terjadi karena provinsi paling barat Sumatera ini merupakah wilayah dengan potensi tinggi tsunami.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Melansir dari laman disbudpar.acehprov.go.id, desain museum ini dibuat oleh arsitektur ITB Ridwan Kamil yang kini merupakan Gubernur Jawa Barat. Desain yang diberi nama Rumoh Aceh as Escape Hill ini diambil Kang Emil, sapaan akrabnya, dari dasar rumoh Aceh, rumah tradisional masyarakat Aceh berbentuk panggung. Untuk mendirikan bangunan dua lantai tersebut, dihabiskan dana sekitar Rp70 miliar.

Museum Tsunami terdiri dari 4 tingkat dengan dekorasi bernuansa Islam. Dari luar bangunan terlihat berbentuk seperti kapal, dengan sebuah mercusuar berdiri tegak di atasnya. Eksterior museum ini mengekspresikan keberagaman budaya Aceh dengan ornamen dekoratif berunsur transparansi seperti anyaman bambu. Ornamen ini melambangkan tarian saman sebagai cerminan Hablumminannas, yaitu konsep hubungan antar manusia dalam Islam.

Selain itu, Armelia Dafrina dalam penelitian yang dimuat di Jurnal Arsitekno menyimpulkan, Ridwan Kamil mengusung konsep desain metafora. Tema Metafora Escape hill ini diambil berdasarkan pada peristiwa Tsunami Aceh 26 Desember 2004, di mana pada kejadian tsunami tersebut, banyak masyarakat yang meninggal sehingga museum tsunami di jadikan sebuah monumen untuk mengenang peristiwa tsunami Aceh.

Pada lantai satu, Museum Tsunami dibiarkan terbuka agar dapat dilihat dari luar, bagian ini berfungsi sebagai tempat untuk mengenang peristiwa tsunami. Ada pun ruang-ruang yang terdapat di lantai satu yaitu ruang pamer tsunami, pratsunami, saat tsunami dan ruang pasca tsunami. Terdapat pula beragam gambar peristiwa tsunami, serta artefak jejak tsunami. Di lantai satu juga terdapat diorama tsunami, seperti kapal nelayan yang diterjang gelombang tsunami dan diorama kapal PLTD Apung yang terdampar di Punge Blang Cut.

Berbeda dengan lantai satu, lantai dua Museum Tsunami Aceh berisi media-media pembelajaran berupa perpustakaan, ruang alat peraga, ruang 4D (empat dimensi), dan souvenir shop. Di lantai dua juga ditampilkan beragam alat peraga, seperti rancangan bangunan tahan gempa, serta model diagram patahan bumi.

HENDRIK KHOIRUL MUHID 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus