Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Beijing -Banyak orang menyebut Cina sebagai Negeri Naga lantaran ikon Tembok Besar yang membentang 20 ribu kilometer dari Cina bagian timur hingga Lop barat sehingga mirip naga. Tembok Besar pun menjadi salah satu tempat tujuan paling favorit para turis di Cina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak hanya bangunannya, Tembok Besar juga memiliki wahana yang bisa memanjakan wisatawan. Tempo bersama rombongan wartawan dan dosen dari Indonesia mengunjungi bangunan legendaris itu melalui satu dari lima akses masuk Tembok Besar, yaitu Mutianyu, Sabtu, 28 Oktober 2017. Butuh waktu dua jam dari pusat Kota Beijing untuk sampai ke Mutianyu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Mutianyu merupakan titik masuk Tembok Besar yang relatif tidak padat, namun disukai wisatawan,” kata pemandu wisata, Sarah.
Sebelum menuju Tembok Besar, jika mau turis bisa mampir ke Pusat Eksebisi dan Budaya Tembok Besar. Menyusuri jalan menuju Tembok Besar, banyak sekali gerai suvenir yang berjejer di sisi kanan dan kiri jalan.
Sekitar 400 meter dari tempat jajanan tersebut Anda akan menemui tiket penjualan untuk masuk Tembok Besar. Harganya bermacam-macam tergantung keinginan wisatawan. Harga termahal adalah 120 yuan atau sekitar Rp 240 ribu. Untuk tiket itu, Anda bisa menaiki Tembok Besar serta mencoba dua wahana yang disediakan: cabble way dan toboggan.
Cabble way adalah semacam kereta gantung yang dipakai untuk naik ke Tembok Besar. Mirip seperti kereta gantung di Taman Mini Indonesia Indah, namun hanya untuk dua orang.
Di dalam aahana pelancong akan duduk di kursi fasilitas kincir angin raksasa, tetapi menempuh jalur kereta gantung. Karena itu, Anda dapat merasakan terjangan angin dari berbagai arah. Apalagi, kami mengunjunginya saat musim gugur ketika cuaca di Tembok Besar bisa mencapai di bawah 10 derajat Celsius. Bikin tangan menggigil.
Rampung menaiki cabble way, Anda bisa mulai menapaki Tembok Besar. Pemandangan menakjubkan bisa disaksikan dari tembok yang mulai dibangun pada 220 sebelum Masehi di masa Dinasti Qin itu.
Karena tiba terlalu siang, kami tidak bisa berlama-lama merasakan megahnya Tembok Besar. Sebab, tempat ini tutup pukul 17.00. Waktu yang sempit membuat rombongan tidak bisa menyisiri menara pengawas 18 hingga menara pengawas 23. Toh, kendati hanya sekitar 1 jam menjelajahi Tembok Besar, itu sudah cukup menguras tenaga.
Saat menuju pintu keluar Tembok Cina, Anda bisa menjajal wahana toboggan: sebuah papan seluncur yang menempuh jalur mirip seluncur air di kolam renang-kolam renang di Indonesia. Di papan tersebut terdapat tuas di antara dua kaki yang berfungsi untuk mengendalikannya. Jika tuas ditarik, papan akan mengerem. Sebaliknya jika tuas didorong, papan bakal meluncur kencang.
Wahana ini pun juga bisa digunakan untuk anak-anak. Tetapi mereka harus didampingi orangtuanya. Perjalanan toboggan dari atas sampai bawah memakan waktu sekitar beberapa menit--tergantung kecepatan papan seluncur.
Toboggan bisa menjadi pengalaman paling berkesan bagi Anda yang suka menguji adrenalin. “Ini pengalaman yang sangat menyenangkan. Saya puas,” kata Andrew, mahasiswa Renmin University of China yang baru pertama kali menaiki toboggan.
KODRAT SETIAWAN (Cina)