Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta – “Gini lho dek, Ed, selamat datang.” Soekarno memberi aba-aba kepada perupa Edhi Soenarso di halaman belakang Istana Negara, 1959 lalu. Tangannya mengacung ke atas, memperagakan pose lazimnya orang yang tengah kedatangan tamu jauh. Aba-aba itu dilontarkan saat presiden pertama Indonesia tersebut meminta pembuatan Patung Selamat Datang kepada Edhi guna menyambut Asian Games 1962.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Petikan cerita sejarah pembuatan patung monumental di Nusantara dalam rangka menerima para delegasi puluhan negara se-Asia itu dikisahkan Antara pada 2 tahun lalu. Cerita ini menyuplik film dokumenter Begini lho, Ed, karya Lasja Fauzia Susatyo dan Alit Ambara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Antara menulis, Indonesia saat itu sedang bersiap menjadi tuan rumah bagi perhelatan olahraga besar. Meski belum lama merdeka, kala itu, keberadaan Indonesia cukup menyita perhatian.
Bung Karno, sapaan akrab Soekarno, ditantang membangun fasilitas olahraga dan memoles ibu kota sedemikian rupa. Di samping membangun Gelora Bung Karno yang menjadi spot pertarungan atlet, patung Selamat Datang juga masuk agenda utama.
Baca Juga:
Patung Selamat Datang itu eksis sampai sekarang, yakni hingga Asian Games 2018 berlangsung dan untuk kedua kalinya dihelat di Indonesia, khususnya Jakarta. Keberadaannya menjadi ikon yang acap tak lepas dari bidikan kamera para turis.
Patung Selamat Datang yang berdiri setinggi 9 meter itu kini tampak dikelilingi bangunan-bangunan gergasi pencakar langit. Bahannya yang terbuat dari perunggu tak lekang kemakan zaman bersama ideologi Bung Karno yang hidup. Tentu saja warnanya belum luntur.
Jembatan penyeberangan orang di depan Bunderan HI kini menjadi lokasi terfavorit untuk membidik potret patung tersebut. Hampir saban hari ada saja orang yang mengeluarkan kameranya mendokumentasikan kendaraan yang melintas mengelilingi patung menurut pantauan Tempo.
Waktu favorit untuk memotret Patung Selamat Datang adalah malam hari. Saat lampu-lampu berpendar, suasana kota tampak hidup dan patung monumental itu terlihat menyala, berkharisma.