Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Surabaya - Ruang museum itu memang dingin. Lalu suara Bung Tomo yang memekikkan Allahu Akbar, membuat suasana Museum 10 Nopember menjadi dramatis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Museum 10 Nopember merupakan ikon wisata sejarah Surabaya. Saban 10 November, museum itu ramai dikunjungi warga yang ingin mengenang Pertempuran Surabaya dan Hari Pahlawan -- disebut pula Pertempuran 10 Nopember. Museum ini terletak di kompleks Monumen Tugu Pahlawan di Jalan Pahlawan, Surabaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Museum yang dikelola Pemkot Surabaya itu memberikan pengetahuan kepada pengunjung, mengenai rentetan peristiwa pertempuran dahsyat antara Arek-arek Suroboyo melawan pasukan Sekutu yang ingin kembali merebut Kota Surabaya pasca-proklamasi kemerdekaan.
"Museum ini museum tematik juang. Jadi memang terkait sama dengan peristiwa pertempuran di Kota Surabaya atau lebih populer dengan nama Pertempuran 10 Nopember," kata MT Agus, kurator Museum 10 Nopember, kepada TEMPO, Selasa, 5 November 2019.
Patung yang menggambarkan heroisme arek-arek Surabaya dalam menghadapi pendaratan pasukan sekutu. Foto: @museum10november
Secara garis besar, ada empat story line atau zona di museum dua lantai ini. Pertama adalah Surabaya pada masa proklamasi. Zona ini ditampilkan ketika pengunjung baru memasuki museum di lantai dasar. Di sana diterangkan bagaimana warga Surabaya menerima kabar terkait proklamasi.
Selain itu, di zona tersebut dijelaskan secara ringkas pembentukan kekuatan di Surabaya untuk menyambut proklamasi kemerdekaan. Di antaranya pembentukan Polisi Istimewa, Barisan Keamanan Rakyat (BKR), hingga Komite Nasional Indonesia (KNI) cabang Surabaya.
Zona kedua adalah zona Surabaya pascaproklamasi. Zona itu menunjukkan serangkaian peristiwa menjelang Pertempuran 10 Nopember. Seperti peristiwa perobekan bendera di Hotel Yamato, penyerbuan Markas Kenpeitai, kedatangan pasukan Sekutu, sampai pertempuran tiga hari (28-30 Oktober 1945).
Zona selanjutnya adalah zona yang menceritakan Pertempuran 10 Nopember itu sendiri. Beragam macam senjata dan properti perang diperlihatkan. Tak ketinggalan juga foto-foto saat pertempuran berlangsung hingga tokoh-tokoh yang terlibat.
Salah satu tokoh yang diberi porsi besar adalah Bung Tomo. Pengunjung bisa mendengarkan suara asli orasi Bung Tomo ketika membakar semangat Arek-arek Suroboyo melawan Sekutu. Replika catatan harian Bung Tomo, mobil, hingga radio peninggalnya juga ditampilkan.
Mesin ketik kuno yang dimiliki pegawai pemerintahan era kemerdekaan, jadi salah satu koleksi Museum 10 Nopember. Foto: @museum10november
"Kami ingin menggambarkan bahwa spirit tentang melawan kolonialisme dalam hal ini pasukan Sekutu itu pernah disoundingkan spiritnya oleh Bung Tomo," katanya. Orasi berdurasi 4 menit 21 detik tersebut disampaikan bukan hanya dalam bahasa Indonesia tapi juga Madura dan Jawa.
Sementara itu, jika pengunjung ingin mengetahui bagaimana kronologis Pertempuran 10 Nopember, bisa menonton diorama multimedia dan diorama statis. "Diorama itu memang menceritakan ringkasan kronoligis Pertempuran 10 Nopember," terangnya.
Zona terakhir dari museum yang diresmikan Presiden Abdulrahman Wahid atau Gusdur ini adalah sejarah mengenai Monumen Tugu Pahlawan. "Tugu Pahlawan merupakan apresiasi tertinggi pemerintahan saat itu untuk memperingati periswa pertempuran di kota surabaya." NUR HADI