Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Saat Imlek hingga Cap Go Meh, banyak digelar berbagai kegiatan budaya Tonghoa. Di Indonesia yang paling populer adalah atraksi Barongsai. Namun ternyata istilah barongsai tidak dikenal Tiongkok. Istilah itu hanya terdapat di Indonesia dan sekitarnya. Di Cina, atraksi tarian singa disebut dengan shi.
Dilansir dari buku Ringkasan Umum Kebudayaan Masyarakat Tionghoa di Indonesia karya Olivia, istilah barongsai merupakan akulturasi atau perpaduan antara budaya Tiongkok dengan budaya Jawa. Berasal dari kata barong, perpaduan budaya itulah yang akhirnya melahirkan istilah barongsai.
Tradisi itu didasari dengan kepercayaan jika saat Imlek, atau awal tahun, para dewa dan dewi yang bertugas di bumi naik ke kahyangan untuk melapor ke kaisar langit. Ketika para penjaga dunia itu rapat di langit, roh-roh jahat di bumi tidak ada yang mengawasi. Karena itu, orang Cina kuno mengadakan tarian singa untuk mengusir setan. Tarian singa atau wushi juga memiliki sejarah ribuan tahun. Tarian ini dipercaya dengan tujuan untuk mendatangkan keberuntungan.
Di Indonesia, pertunjukan tarian singa terbagi menjadi dua jenis, yaitu singa utara dan singa selatan. Keduanya sama-sama menggunakan kostum singa, namun ada perbedaan kecil.
Singa utara biasa disebut pekingsai. Sedangkan singa selatan yang dikenal sebagai barongsai. Pekingsai atau singa utara dikenal dengan bentuk kostum yang lebih mirip singa, bahkan memiliki jenis surai ikal dan berkaki empat, adapun Pekingsai atau singa Utara dikenal dengan kostum singa yang tidak natural seperti memiliki sisik atau jumlah kaki yang bervariasi.
Pekingsai juga memiliki dua perbedaan, ada yang pita berwarna merah dan juga hijau, pekingsai pita berwarna merah menggambarkan pekingsai laki laki sedangkan yang pekingsai pita berwarna hijau menggambarkan pekingsai perempuan atau betina.
Sedangkan singa selatan punya ciri khas bersisik dan bertanduk satu. Perbedaan yang paling mencolok antara pekingsai dan barongsai terletak pada warna kostum yang digunakan.
Pekingsai biasanya menggunakan kostum dengan warna merah, hitam, dan emas dan barongsai menggunakan warna-warna yang lebih beragam seperti merah, hijau, kuning, dan putih.
Warna merah melambangkan keberanian yang besar dan paling banyak dijumpai selama perayaan Imlek. Warna putih pada barongsai melambangkan kesucian. Warna emas melambangkan kegembiraan.
Warna hitam biasanya melambangkan usia yang paling kecil dibandingkan barongsai lainnya. Hijau sebagai sebuah pertemanan. Kuning melambangkan keberuntungan dan ketulusan hati.
Tak hanya penari barongsai dan pekingsai, dalam kesenian ini juga terdapat penari lain dengan atribut berupa topeng dan kipas, penari ini disebut dengan Sang Buddha yang berperan menggiring barongsai ke tempat dimana amplop berisi uang disimpan, sebab dalam tarian barongsai terdapat prosesi ‘Lay See’ dimana barongsai akan memakan amplop berisi uang yang ditempeli selada air.
Adapula atraksi tarian ‘Liong’ yang berbentuk seperti naga dan badannya panjang serta bersisik mirip ikan. Barongsai jenis ini dimainkan oleh banyak orang dan bila dilihat dari atas mirip naga terbang. Bagi orang Tionghoa tarian naga adalah lambang kebahagiaan dan kesenangan. Sehingga tari Barongsai-Liong dipercaya dapat membawa keberentungan bagi masyarakat Tionghoa.
Pilihan Editor: Mengenal Tradisi Yu Sheng dan Ritualnya Setelah Imlek
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini