Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Presiden Jerman ke Keraton Yogyakarta, Suka Tarian Perang Beksan Lawung Ageng

Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier bertanya makna tarian Lawung Ageng.

18 Juni 2022 | 07.35 WIB

Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier menyaksikan tarian perang Beksan Lawung Ageng di Keraton Yogyakarta pada Jumat, 17 Juni 2022. Dok. Istimewa
Perbesar
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier menyaksikan tarian perang Beksan Lawung Ageng di Keraton Yogyakarta pada Jumat, 17 Juni 2022. Dok. Istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier bertemu dengan Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam rangkaian lawatannya ke Yogyakarta, Jumat, 17 Juni 2022. Dalam kunjungan ke Keraton Yogyakarta yang berlangsung sekitar satu jam mulai pukul 16.00 WIB itu, Steinmeier menyambangi ruang pameran hingga menikmati jamuan ringan bersama Sultan HB X dan keluarganya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Tadi beliau (presiden Jerman) melihat pameran batik, wayang, barang pecah belah, arsip, hingga pameran manuskrip koleksi keraton," kata putri sulung Sultan HB X, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi. Keraton Yogyakarta menyambutkedatangan Steinmeier dengan menggelar pertunjukan tari sakral Beksan Lawung Ageng ciptaan Sultan HB I yang berlangsung sekitar 30 menit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Beksan Lawung Ageng merupakan salah satu tarian pusaka Keraton Yogyakarta. Gerakannya berupa adu ketangkasan prajurit bertombak dan hanya ditampilkan sebagai ritual kenegaraan. Mangkubumi menuturkan, Steinmeier mengapresiasi pertunjukan tari Lawung Ageng itu. 

"Dia senang dengan tarian itu karena musiknya semarak. Ada terompet dan drum," katanya. "Dia mengira kalau musik rancak seperti itu hanya ada di Bali."

Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier bertemu Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Jumat, 17 Juni 2022. Dok. Istimewa

Frank-Walter Steinmeier, Mangkubumi melanjutkan, bertanya makna tarian Lawung Ageng itu. "Beliau tanya, 'Kenapa perang? (tariannya)," ucap Mangkubumi menirukan pertanyaan Steinmeier. Setelah menyaksikan tarian Lawung Ageng, mereka menikmati camilan dan minum kopi.

Steinmeier pun tertarik soal Yogyakarta yang menjadi daerah dengan status keistimewaan. "Kami menjelaskan jika keistimewaan Yogyakarta itu karena upaya menjaga warisan budaya, seperti halnya Jerman yang sangat peduli dengan warisan-warisan budayanya, heritage-nya," ujar dia.

Dalam pertemuan tersebut, menurut Mangkubumi, Frank-Walter Steinmeier dan Sultan Hamengku Buwono X berdiskusi tentang kondisi Daerah Istimewa Yogyakarta, termasuk potensi kolaborasi di bidang lingkungan karena Jerman memiliki teknologi dan riset yang bagus untuk masalah tersebut. 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Rini Kustiani

Rini Kustiani

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus