Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Ritual Bakar Replika Naga Menutup Perayaan Cap Go Meh Pontianak

Setidaknya ada 21 replika naga yang dibakar saat mengakhiri perayaan Cap Go Meh.

5 Maret 2018 | 06.45 WIB

Sejumlah anggota Pemadam Kebakaran Panca Bhakti Pontianak melakukan atraksi saat memainkan replika naga bersinar di Jalan Gajahmada Pontianak, Kalbar, 11 Februari 2017. Atraksi naga bersinar tersebut untuk memeriahkan perayaan Cap Go Meh. ANTARA/Victor Fidelis Sentosa
Perbesar
Sejumlah anggota Pemadam Kebakaran Panca Bhakti Pontianak melakukan atraksi saat memainkan replika naga bersinar di Jalan Gajahmada Pontianak, Kalbar, 11 Februari 2017. Atraksi naga bersinar tersebut untuk memeriahkan perayaan Cap Go Meh. ANTARA/Victor Fidelis Sentosa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Pontianak - Ritual pembakaran replika naga di Kompleks Yayasan Pemakaman Bhakti Suci Jalan Adisucipto, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, mengakhiri perayaan Imlek dan Cap Go Meh tahun 2018 di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Pelaksanaan ritual ini dilakukan pada Sabtu, 3 Maret 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Di tempat ini, total ada 21 replika naga yang dibakar. Selain itu, ada ritual sejenis di tempat lain saat penutupan perayaan Cap Go Meh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketua Panitia Cap Go Meh 2018, Sugioto, saat dihubungi di Pontianak, mengatakan replika naga yang digunakan dalam ritual pembakaran adalah naga yang pada perayaan Cap Go Meh telah menjalani ritual "buka mata" pada hari ke-13 Imlek di sebuah kelenteng.

"Ritual bakar naga dipercaya sebagai sarana mengirim makhluk kahyangan itu ke negerinya, yaitu di langit, setelah sebelumnya dipanggil dan merasuki replika naga,” kata Sugioto, Sabtu. Makhluk itu masuk saat dilakukan ritual “buka mata” yang ditandai dengan tinta merah pada mata naga tersebut oleh seorang dukun.

Ritual bakar naga tersebut dilakukan bergiliran. Satu per satu replika naga dari beberapa yayasan pemadam kebakaran dan kelenteng diletakkan di ruang terbuka secara melingkar. Baru kemudian dibakar.

Menurut kepercayaan warga Tionghoa, abu sisa pembakaran replika naga tersebut dipercaya bermanfaat untuk mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan. Biasanya abu sisa pembakaran naga tersebut disimpan di tempat sembahyang dengan harapan bisa mendatangkan kebajikan dan menolak keburukan.

ANTARA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus