Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Kawasan Turgo yang berada di kaki Gunung Merapi tak hanya menyajikan landscape perbukitan hijau yang indah dan sejuk. Di balik keindahan alam dataran tinggi itu, ternyata terdapat bermacam tanaman herbal yang berkhasiat tinggi untuk kesehatan tubuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ada berbagai jenis tanaman obat yang terdapat di dalam Kawasan Turgo," kata Pakar tanaman obat yang juga dosen Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Djoko Santoso di sela kegiatan jelajah alam bertajuk Walk for Happiness di Bukit Turgo Sleman Yogyakarta, Jumat, 29 Oktober 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam kegiatan jalan kaki menikmati alam bebas sambil belajar tanaman herbal itu, Djoko mengatakan di Bukit Turgo warga atau wisatawan bisa menemukan tanaman obat seperti Sidaguri (Sida retusa) yang berkhasiat sebagai antirematik dan antiasam urat. "Kekhasan Sidaguri ini yakni pada bagian tepi-tepi daun terbelahnya," kata dia.
Selain Sidaguri, Djoko mengungkap di kawasan Turgo yang dingin itu terdapat tanaman Seleguri (Sida rhombifolia) yang secara sekilas mirip dengan Sidaguri. Yang membedakannya daun yang berbentuk belah ketupat.
Turgo juga menyimpan tanaman berkhasiat obat yang memiliki bunga dengan warna cantik, seperti bunga sapa (Impatiens platypetala) yang kaya akan antioksidan. Tingginya aktivitas antioksidan ini dapat membantu mencegah berbagai macam penyakit, seperti kanker.
"Ada pula tanaman Cakar Ayam (Selaginella doederleinii) yang mengandung senyawa golongan alkaloid, saponin dan phytosterol," kata Djoko
Dari penelitian, cakar ayam ini berkhasiat untuk melancarkan aliran darah, antitoksik, antineoplasma, mengatasi batuk dan infeksi saluran nafas, radang paru, hepatitis dan terapi kanker.
Event Walk for Happiness di Bukit Turgo kaki Gunung Merapi itu juga diikuti sejumlah pakar dan pecinta tanaman herbal. Seperti pakar herbal UGM Agung Endro Nugroho dan Ronny Martien yang juga pendiri start up berbasis herbal Widya Herbal Indonesia.
"Kegiatan jelajah alam seperti ini semestinya lebih diperluas dan diintensifkan serta melibatkan lebih banyak orang," kata Agung.
Agung menilai model sosialisasi tanaman herbal dengan cara yang ringan dan fun, tak hanya melalui kajian yang berat seperti ini akan membuat herbal khas Indonesia lebih dikenal publik.
Pemandu aktivitas jelajah Bukit Turgo itu, Ison Satriyo mengatakan event ini untuk semakin mengenalkan potensi herbal asli Indonesia yang sebenarnya melimpah di alam Indonesia. "Jika sudah mengenal, harapannya masyarakat lebih peduli untuk hidup sehat menggunakan herbal sebagai obat alternatif," kata Ison yang juga Chief Operating Officer start up Widya Herbal Indonesia
Ison mengungkap pandemi Covid-19 belakangan semakin meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan. Keingintahuan publik terhadap kesehatan ini yang kemudian coba diwadahi dengan event yang menggabungkan olah fisik dan belajar secara mendalam terkait dengan obat herbal di kaki Gunung Merapi itu.
"Terlebih, pengobatan timur (eastern) yang meliputi penggunaan jamu-jamuan menjadi alternatif yang banyak disukai masyarakat," kata Ison.
Menurut Ison, posisi obat herbal di tengah pandemi ini semakin diminati masyarakat. Masyarakat mulai peduli untuk menggunakan herbal yang ada di sekitarnya sebagai alternatif pengobatan.
Hal itu juga didorong oleh tren back to nature yang digaungkan oleh organisasi kesehatan dunia atau WHO. "Dari event ini kami ingin ajak masyarakat hidup sehat dengan menggabungkan antara heritage dan teknologi," kata Ison.
Dari kegiatan wisata alam bebas sambil belajar terkait tanaman herbal itu, diharapkan membuat kebahagiaan dan muncul ketenangan di dalam jiwa. Selain itu, fisik sehat dan mampu memancarkan kebahagiaan.