Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gunung Salak, Kabupaten Bogor, tiba-tiba menjadi pusat perhatian setelah beredar kabar bahwa gunung berapi itu mengalami erupsi. Tetapi informasi ini segera dibantah oleh Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral yang memastikan tidak terjadi erupsi di sana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Info bahwa Gunung SalaK erupsi ITU sebelumnya dilansir oleh Darwin Volcanic Ash Advisory Center Darwin (VAAC, pada Rabu, 10 Oktober 2018. “Hingga saat ini Gunung Salak tidak mengalami erupsi. Gunung Salak saat ini masih berada pada tingkat aktivitas Level I (Normal),” dikutip dari keterangan tertulis Kepala PVMBG Kasbani, Rabu, 10 Oktober 1018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berikut beberapa fakta yang menarik seputar Gunung Salak.
1. Gunung berapi aktif .
Laman Wikipedia menulis Gunung Salak merupakan kompleks gunung berpai yang terletak di wilayah Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sejak 2003 kawasan ini ditangani oleh Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.
Gunung Salak berusia relatif tua sehingga memiliki beberapa puncak, yang tertinggi adalah Puncak Salak I dengan ketinggian puncak 2.211 m dari permukaan laut (dpl.). Nama Salak diambil dari bahasa Sansekerta salaka yang berarti perak.
Terdapat sejumlah kawah aktif, antara lain, kawah Ratu, Cikuluwung Putri, dan kawah Hirup yang merupakan bagian dari sistem Kawah Ratu. Semenjak tahun 1600-an tercatat terjadi beberapa kali letusan. Letusan terakhir terjadi pada tahun 1938, berupa erupsi freatik.yang terjadi di Kawah Cikuluwung Putri.
Meskipun tergolong sebagai gunung rendah, akan tetapi memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi saat didaki--baik karena karakteristik vegetasi maupun medannya. Gunung Salak dapat didaki dari beberapa jalur. Puncak yang paling sering didaki adalah Puncak Salak II dan Salak I.
Jalur yang paling ramai adalah melalui Curugnangka, dari sisi utara gunung. Melalui jalur ini, orang akan sampai pada Puncak Salak II. Jalur lain adalah "jalan belakang" lewat Cidahu, Sukabumi, atau dari Kawah Ratu, dekat Gunung Bunder.
2. Rawan bagi penerbangan pesawat kecil
Pengamat penerbangan sekaligus pilot pesawat nonkomersial, Alvin Lie, pernah mengatakan kepada Koran Tempo (2012), bahwa di kawasan Gunung Salak sering terjadi kabut. Cuaca buruk ini bisa menyebabkan turbulensi sehingga pesawat tidak stabil. Menurut dia, gunung di perbatasan Bogor-Sukabumi ini rawan untuk pesawat ukuran kecil.
Ia menyatakan kerap melakukan penerbangan sebagai pilot di sekitar Gunung Salak. Namun, jika sedang mengemudikan pesawat ukuran kecil, ia memilih menghindari daerah itu.
Di kawasan ini tercatat pernah terjadi sembilan kecelakaan pesawat, termasuk insiden Sukhoi 2012 silam.
3. Taman Nasional Gunung Halimun-SalakCanopy Trail di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Bogor, Jawa Barat, (11/10). Canopy Trail yang mempunyai panjang 120 meter dan tinggi 25 meter ini dibangun pada tahun 1998 oleh Japan International Corporation Agency (JICA). Tempo/Fardi Bestari
Kawasan konservasi ini merupakan hutan hujan tropis pegunungan terluas di Pulau Jawa. Dengan luas 113.357 hektare, taman nasional ini terletak di tiga wilayah kabupaten: Lebak, Sukabumi, dan Bogor, di Provinsi Jawa Barat dan Banten.
Kawasan hutan Gunung Halimun dan Salak dihubungkan oleh hutan koridor yang membentang sejauh 11 kilometer dari barat ke timur. Secara administratif, hutan koridor terletak di wilayah Kabupaten Bogor dan Sukabumi.
Di Bogor, wilayah koridor meliputi dua desa dalam dua kecamatan, yakni Desa Purasari di Kecamatan Leuwiliang dan Desa Purwabakti di Kecamatan Pamijahan. Sementara itu, wilayah koridor yang ada di Sukabumi terletak di Desa Cihamerang, Cipeuteuy, dan Kabandungan, ketiganya di Kecamatan Kabandungan.
Berdasar data pada 2012, hutan Hutan koridor, yang terdiri atas hutan primer seluas 268,56 hektare dan hutan sekunder seluas 759,06 hektare, punya peran sangat penting sebagai tempat hidup 14 spesies mamalia dan 66 spesies burung (15 spesies di antaranya dilindungi, seperti elang Jawa). Beberapa jenis primata tinggal di kawasan ini, seperti owa Jawa, surili, lutung Jawa, dan monyet ekor panjang.
Hutan koridor ini juga amat menentukan kelangsungan hidup satwa di kedua gunung, terutama owa Jawa (Hylobates moloch) dan macan tutul (Panthera pardus melas). Satwa endemik itu merupakan spesies yang terancam punah dengan status dilindungi karena populasinya yang terus menyusut.
4. Kursus alam bebas dan perkemahan
Di lereng Gunung Salak terdapat beberapa lokasi yang bisa digunakan kegiatan khas alam bebas, yakni berkemah dan untuk praktik bertahan di alam bebas.
Di kawasan Cagar Alam Sukamantri terdapat arena pelatihan survival yang dihelat perusahaan wisata alam bebas. Dalam paket ini diajarkan bagaimana bertahan hidup dan bergerak di dalam hutan hujan tropis, melakukan pertolongan pertama, navigasi daratan, dan bagaimana menemukan air minum dan membuat tempat berteduh selama tersesat di hutan.
Tingkat tantangan untuk aktivitas ini adalah antara mudah dan sedang. Peserta, misalnya, akan diaajak menjelajah hutan pegunungan. Selama penjelajahan ini, instruktur akan mengajarkan praktek bertahan hidup di hutan. Misalnya, bagaimana bergerak dengan aman di dalam hutan, mengidentifikasi tanaman yang bisa dimakan dan yang beracun, menghasilkan air minum dari tetumbuhan, dan membuat api.
Juga diajarkan bagaimana membuat perangkap untuk menjerat binatang yang bisa dikonsumsi. Para peserta akan menginap di hutan dan membuat makanan yang dimasak dengan api unggun.
Adapun arena berkemah tersedia di kawasan Batu Tapak, hutan lindung Bukit Cangkuang, Desa Cidahu. Di area ini banyak bebatuan besar yang bisa jadi arena berswafoto.
Kawasan Batu Tapak, yang berkonsep cagar alam dengan pepohonan damar nan lebat--terhampar di sepanjang lereng, tebing, dan bukit--merupakan hutan lindung.
Kawasan ini kaya dengan keanekaragaman hayati dan menjadi rumah berbagai jenis burung dan biota lain.
5. Tradisi Seren Taun
Di desa Giri Jaya, Kecamatan Cidahu, Sukabumi, terdapat tradisi yang berumur ratusan tahun, Seren Taun, nama perayaan ini. Perayaan dilakukan selain sebagai ungkapan syukur dalam masyarakat adat Sunda atas hasil panen, juga merupakan tradisi menutup tahun sekaligus membuka tahun baru dalam kalender Jawa, biasanya pada Kamis Wage dan Jumat Kliwon.
Uniknya, perayaan ini dilakikan di sebuah desa terpencil di ketinggian 1.200 meter di sisi timur Gunung Salak.
6. Oleh-oleh khas lereng Gunung Salak
Di lereng gunung Salak, tepatnya di Kecamatan Pamijah, Kabupaten Bogor, terdapat oleh-oleh khas Gunung Salak, yakni aneka kripik dan makanan ringan yang gurih, renyah dan alami. Kripik ini terbuat dari bahan-bahan pertanian lokal setempat.
Penganan itu diusahakan oleh Kelompok Usaha Bersama Posyandu Berdaya (KUB Posdaya) di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Makanan ringan itu diproduksi dari bahan-bahan lokal yang ada di sekitar, misalnya ketela, isang dan tepung terigu. Produk tersebut dikemas menarik dengan merk dagang "Cia-Cia!".
MAHARDIKA | SUNUDYANTORO | ANTARA | WKIPEDIA