Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Meski istilah staycation baru ramai diperbincangkan saat 2020, namun sebelum itu kegiatannya sudah marak dilakukan. Pada 2014, Google Trends melaporkan peningkatan 10 persen pada pencarian tempat tinggal atau tempat liburan yang dekat rumah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kamus Merriam-Webster dalam laman resminya mendefinisikan staycation sebagai ‘liburan yang dihabiskan di rumah atau di sekitarnya’. Karena itu bisa dikatakan staycation adalah liburan di lingkungan rumah atau sekitarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Staycation sebenarnya bisa dilakukan di rumah masing-masing dengan menciptakan suasana liburan. Tapi, tidak sedikit yang memilih menginap di hotel di kota masing-masing untuk staycation.
“Saya pikir staycation adalah ide yang bagus, dengan biaya tiket pesawat dan bensin, perjalanan pesawat dan perjalanan darat bisa menjadi mahal. Jadi, staycation adalah alternatif yang luar biasa,” kata editor senior Fodor’s Travel, Caroline Trefler, seperti dikutip Tempo dari US News.
Konsep liburan staycation tidak hanya menawarkan penghematan biaya, staycation juga menyebabkan lebih sedikit stres. Ini karena tidak ada perjalanan jarak jauh, waktu yang terbuang sia-sia di tengah kemacetan, ancaman kehilangan bagasi di bandara, atau bahkan risiko liburan jauh dibatalkan.
“Anda dapat melakukan spa sehari dalam satu hari, melakukan satu atau dua pendakian lokal, dan menghabiskan hari di pantai lokal tanpa keramaian, pergi ke pertunjukan siang, atau melakukan perjalanan sehari ke kota atau taman terdekat yang ingin Anda kunjungi,” kata Trefler.
Hal ini membuat pelaku staycation lebih mengenal kotanya sendiri. Beberapa destinasi bahkan mengakui daya pikat staycation sebagai peluang pemasaran.
Misalnya, Biro Konvensi dan Pengunjung New Orleans memulai program beberapa tahun yang lalu yang disebut 'Jadilah Turis di Kampung Halaman Anda Sendiri' untuk menarik penduduk setempat dengan berbagai penawaran dan promosi restoran khusus. Ini juga dilakukan di Indonesia, apalagi mendekati hari raya Idul Fitri.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat, Herman Muchtar, mengatakan promosi paket staycation adalah inovasi pengusaha untuk memastikan hotel-hotel tetap ramai di tengah animo orang-orang pulang kampung.
"Kami optimis mampu mengejar tingkat keterisian rata-rata 70 persen lewat konsumen yang datang dari daerah, maupun warga lokal yang ingin staycation," katanya dikutip dari Koran Tempo edisi 30 April 2022.
Staycation menawarkan beberapa keuntungan. Namun, kritikus menganggap penilaian itu berlebihan. Menurut mereka, menjelajahi kota sendiri memang menyenangkan, tetapi staycation tidak bisa menggantikan perjalanan dengan segala petualangannya.
AMELIA RAHIMA SARI