Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Taman Nasional Tangkoko di Sulawesi Utara merupakan salah satu destinasi wisata yang menarik dikunjungi. Di sana menjadi tempat hidup berbagai satwa, termasuk 47 hewan endemik yang dilindungi. Taman Nasional Tangkoko terletak di Kota Bitung, sekitar satu jam perjalanan dari Kota Manado, Ibu Kota Sulawesi Utara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang warga Bitung yang juga arkeolog, Hari Suroto mengatakan salah satu satwa endemik di Taman Nasional Tangkoko yang harus ditilik adalah tarsius. "Tarsius atau oleh masyarakat setempat disebut tangkasi adalah mamalia terkecil di dunia dan endemik Sulawesi Utara," kata Hari Suroto kepada Tempo, Sabtu 30 Januari 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tarsius yang bernama latin Tarcius spectrum adalah monyet kecil seukuran tikus yang berekor panjang. Tarsius termasuk binatang malam atau nokturnal dan besarnya tidak lebih dari sekepalan tangan manusia. Matanya bulat besar dan bersinar jika tersorot lampu senter.
"Matanya yang besar melebihi besar volume otaknya dan kepalanya bisa diputar 180 derajat," kata Hari Suroto. Telinganya terus bergerak menangkap suara yang ada di sekitarnya. Pendengaran tarsius lebih peka dibandingkan penglihatannya. Tarsius bisa melompat lincah dari satu dahan ke dahan lain untuk menangkap serangga yang menjadi makanannya.
Seekor satwa langka, Tarsius Bitung (arsius spectrum) bertengger di pohon di Taman Marga Satwa Tandurusa Bitung, Sulawesi Utara, 26 Maret 2016. Satwa genus tarsius ini masuk dalam 25 satwa di dunia yang paling terancam punah oleh PBB. ANTARA/Yusran Uccang
Hari Suroto yang juga dosen arkeologi Universitas Cenderawasih ini menjelaskan, tarsius punya fungsi penting dalam menjaga keseimbangan alam karena memakan serangga yang menjadi musuh petani. Di Taman Nasional Tangkoko terdapat 47 hewan endemik yang dilindungi.
Satwa yang tinggal di taman nasional seluas 8.745 hektare itu di antaranya, monyet hitam yaki (Macaca nigra), babirusa (Babbyrousa babyrussa), anoa gunung (Bubalus quarlesi), musang Sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii), burung rangkong Sulawesi (Rhyticeros cassidix), maleo (Macrocephalon maleo). Ada pula kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea) dan kuskus beruang Sulawesi (Ailurops ursinus).
Hutan Sulawesi Utara -termasuk Taman Nasional Tangkoko, dapat digambarkan sebagai hutan tropis malar hijau atau tropical ever green forest dan Sulawesi Utara merupakan bagian penting dari garis Wallacea. Garis Wallacea adalah garis khayal dari ilmuwan Inggris, Alfred Russel Wallace tentang penyebaran fauna di kepulauan Indonesia. Garis ini seolah membatasi penyebaran satwa Indonesia bagian barat dan timur.