Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hiburan

Wisata Pantai Teluk Mata Ikan Batam Tercemar Proyek Pembangunan PDN Kominfo

Pelaku pariwisata destinasi Pantai Teluk Mata Ikan, Nongsa, Kota Batam mengeluhkan dampak lingkungan dari pembangunan proyek Kominfo

16 Juli 2024 | 21.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Batam - Pelaku pariwisata destinasi Pantai Teluk Mata Ikan, Nongsa, Kota Batam mengeluhkan dampak lingkungan pembanguan Proyek Strategis Nasional Pusat Data Nasional (PDN) dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Tanah bekas cut and fill yang dilakukan untuk pembangunan gedung PDN di kawasan Nongsa Digital Park (NDP) masuk ke laut di pesisir pantai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perangkat desa bersama Anggota Komisi II DPRD Provinsi Kepri melakukan peninjauan kerusakan lingkungan tersebut, pada Selasa siang, 16 Juli 2024. Bersama awak media, warga melihat langsung air di Pantai Teluk Mata ikan yang berubah warna menjadi kuning, serta beberapa sisi pantai dipenuhi lumpur bekas cut and fill

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Ini kalau hujan deras, dampaknya sampai ke mana-mana," kata Andi Mazan Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pesona Mata Ikan, kepada awak media, Selasa, 16 Juli 2024. 

Bahkan kata Andi, lumpur bekas cut and fill juga bisa dibawa arus laut dan membuat keruh air di kawasan destinasi wisata terkenal yaitu Pulau Putri Nongsa. "Ini jelas merugikan pelaku wisata teluk mata ikan," kata Andi. 

Menurut Andi  lumpur yang turun ke laut akibat dampak lingkungan cut and fill pembangunan PDN yang berada di lahan Nongsa Digital Park. Pencemaran pantai ini sudah terjadi sejak Februari 2024 lalu.

"Jelas sekali pariwisata merugi, karena pengunjung pantai agak berkurang, beberapa pengunjung sudah mengeluhkan air laut agak kekuning-kuningan, dan jadi merah ketika hujan turun," kata Andi. 

Andi menegaskan, masyarakat tidak anti terhadap pembangunan. Masyarakat sangat mendukung pembangunan yang ada di Nongsa. "Namun kita berharap pembangunan itu memberikan efek positif kepada masyarakat," katanya. 

Proyek pembangunan tersebut tidak hanya merugikan pelaku pariwisata.  Sendimentasi yang disebabkan cut and fill PDN ini juga merugikan nelayan. Pendapatan nelayan berkurang hingga 30 persen setelah laut tercemar sejak Februari lalu.

Warga setempat juga sudah pernah berkomunikasi dengan NDP, dan respon dari  perusahaan sangat bagus. "Tetapi sampai sekarang belum ada tanda-tanda, lumpur ini tidak turun ke laut lagi," kata Andi, yang menyebutkan sudah tiga kali bertemu dengan perusahaan. 

Intinya, warga menuntut perusahaan mensiasati lumpur tidak masuk ke laut atau pantai. Sebab, kalau terus dibiarkan akan merusak laut dan merugikan banyak orang. "Biasanya wisatawan datang mandi, sekarang mereka enggan untuk mandi, karena warna pantai sudah berubah tak seperti biasanya, mungkin dikira limbah," katanya.

Tempo mencoba konfirmasi terkait keluhan masyarakat tersebut ke Kantor NDP yang tidak jauh berada dari Pantai Teluk Mata Ikan. Salah seorang sekuriti pintu masuk kantor NDP meminta awak media menunggu satu jam supaya bisa wawancara dengan pihak perusahaan. 

Namun, setelah satu jam pihak perusahaan tak kunjung datang. Salah seorang petugas keamanan perusahaan mengatakan, managemen NDP belum ada yang merespon terkait permintaan wawancara tersebut. "Nanti kalau ada respon akan kami sampaikan," katanya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus