Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Wisata Perbatasan Papua - PNG: Sosis Sebesar Singkong, Selfie Rp 10 Ribu, Paspor?

Kini wisata perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini di Papua sudah ditutup karena pandemi Covid-19.

12 Februari 2021 | 09.56 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini atau PNG di Papua. Foto: Hari Suroto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sebelum pandemi Covid-19 merebak, wilayah perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini atau PNG di Papua menjadi destinasi wisata menarik. Warga Kota Jayapura dan penduduk Papua Nugini biasanya berwisata ke titik perbatasan di akhir pekan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di sana, mereka menikmati suasana dengan pemandangan indah Pantai Wutung sekaligus menyantap kuliner khas negara masing-masing. Untuk mencapai Skouw yang menjadi perbatasan antara Kota Jayapura dengan Wutung, PNG, bisa ditembuh dengan perjalanan darat sejauh 43 kilometer selama 1,5 jam dari pusat Kota Jayapura.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketika melewati perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini atau PNG, wisatawan dapat melintasi batas tanpa paspor, tapi hanya untuk beberapa meter saja atau sampai titik selfie yang instagramable dengan latar belakang Pantai Wutung dari kejauhan. Spot selfie ini dikelola oleh penduduk PNG dan mereka menarik biaya Rp 10 ribu.

Jangan khawatir tidak nyambung saat berbincang dengan warga Papua Nugini atau repot menukar mata uang rupiah ke kina PNG. "Warga Papua Nugini di perbatasan sangat fasih berbahasa Indonesia," kata Hari Suroto, peneliti Balai Arkeologi Papua kepada Tempo, Jumat 12 Februari 2021.

Perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini atau PNG di Papua. Foto: Hari Suroto

Bahasa Indonesia, menurut dia, menjadi pengantar dalam transaksi ekonomi. Bahkan untuk mencukupi kebutuhan bahan pokok, mereka kerap menyeberang dan membeli ke Indonesia karena harganya lebih murah. Warga Papua Nugini sudah familiar dengan bahan makanan dari Indonesia. Mereka menyukai Indomie dan kopi instan Indonesia.

Di perbatasan itu, wisatawan dapat menikmati kuliner khas PNG, seperti daging domba, sosis sebesar singkong, pisang goreng, nuget, sampai minuman kaleng. Daging domba dan sosis itu berasal dari Australia, rasanya gurih, bertekstur lembut, dan disajikan dengan saus sambal. Harga sepotong daging domba Rp 50 ribu atau 10 kina PNG. Satu kina PNG sekitar Rp 5.000.

Warga PNG menerima pembayaran dengan rupiah dan mereka sudah menyediakan uang kembalian dalam rupiah juga. Selain menikmati wisata kuliner, wisatawan dapat membeli suvenir khas PNG, seperti kaos, kain pantai, topi, gantungan kunci, dan bilum. Bilum merupakan tas rajutan warna-warni yang terbuat dari wol Australia. Harganya paling murah Rp 1 juta.

Perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini atau PNG di Papua. Foto: Hari Suroto

Kendati mengasyikkan berwisata di perbatasan Indonesia - Papua Nugini, tentara PNG tetap berjaga dan menerapkan aturan ketat. Wisatawan dilarang membawa kamera DSLR atau kamera video. Meski begitu, wisatawan masih boleh berfoto menggunakan kamera ponsel.

Sejak pandemi Covid-19 merebak, perbatasan Indonesia - Papua Nugini atau PNG tutup. Pemerintah PNG melarang penduduknya melintasi batas Indonesia, begitu juga sebaliknya. Saat ini wisatawan Indonesia hanya dapat berkunjung di Pos Lintas Batas Negara atau PLBN Skouw saja, tidak bisa melintas ke PNG.

Kepala Badan Perbatasan Daerah Kabupaten Merauke, Elias Mite mengatakan PLBN Merauke - PNG tetap buka tiga kali seminggu untuk pelintas batas tradisional. Mereka adalah warga PNG yang punya hubungan kekerabatan dengan warga Merauke dan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi penduduk di perbatasan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus