Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Tak hanya Masjid Raya Wahyu Al Hadi, sejumlah makam ulama di Kotawaringin Timur menjadi tempat tujuan wisata religi masyarakat lokal dan daerah sekitar. Sayang, akses transportasi ke lokasi makam dianggap belum memenuhi harapan para peziarah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Obyek wisata religi di Desa Ujung Pandaran, Kecamatan Teluk Sampit menjadi lokasi yang paling banyak dikunjungi. Di sana ada kubah yang diyakini sebagai makam Syekh Abu Hamid bin Syekh Haji Muhammad As`ad Al Banjary.
Ia adalah buyut ulama terkenal Kalimantan Selatan, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary atau Datu Kelampayan. Ulama ini dikenal dengan kitab karangannya Sabilal Muhtadin yang hingga kini banyak digunakan di sejumlah negara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada kondisi laut pasang, peziarah harus menggunakan perahu untuk menjangkau kubah yang berada di ujung pantai itu. Selain berziarah, pengunjung bisa menikmati wahana permainan air serta menikmati keindahan pantai ujung pandaran.
Obyek wisata religi lainnya adalah makam Syekh Basiri bin H. Sayyidullah dan H. Abdurrahman bin H. Abdullah Bugis. Dua makam tua itu terletak di sekitar Sungai Lenggana Jalan HM Arsyad, ruas Jalan Sampit-Samuda.
Kedua makam tersebut sering dikaitkan dengan sejarah berdirinya Sampit dan awal penyebaran Islam di Kotawaringin Timur. Sejarah itu dibacakan setiap peringatan hari jadi Kabupaten Kotawaringin Timur.
Laman resmi Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, memasukkan makam Syekh Basiri dan H. Abdurrahman sebagai kuburan tua . Di batu nisannya tertulis Syech Basiri bin Sayidullah wafat 1500 Masehi, sementara data lahir tidak tertulis.
Sdangkan H. Abdurrahman bin H. Abdulah Bugis lahir 11 Muharram 1103 Hijriah atau 26 Juni 1691.
Hampir setiap hari, makam kedua ulama tersebut didatangi peziarah, juga pada hari libur.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kotawaringin Timur mengembangkan potensi wisata religi sebagai bagian dari upaya pengembangan kepariwisataan daerah itu. "Objek wisata religi seperti kubah di Pantai Ujung Pandaran, makam ulama di Lenggana dan lainnya, juga menjadi bagian dalam pengembangan pariwisata," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Fajrurrahman di Sampit, Selasa, 16 Januari 2018.
Arisa, seorang peziarah, berharap objek wisata religi selalu mendapat perhatian. Ia berahap fasilitas yang memadai dan mudah untuk mengakses makam serta menata kawasan makam tersebut. "Jangan sampai tidak teratur dan menjadi kumuh sehingga orang enggan datang," kata warga Sampit tersebut.
ANTARA
Berita lain: Museum Bahari Terbakar, Ini Sejarah Ringkasnya