Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

"Uang itu Dirampok Secara Sistematis"

13 Desember 2004 | 00.00 WIB

"Uang itu Dirampok Secara Sistematis"
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

DI Aceh, Muchtar Luthfi, 46 tahun, dikenal sebagai tokoh yang membuat gerah para koruptor. Gara-gara menelusuri kasus korupsi di bumi Serambi Mekah itu, status kepegawaiannya di Badan Pengawas Daerah di provinsi itu kini tak jelas. Sudah dua tahun terakhir ini ayah tiga anak yang telah 24 tahun menjadi pegawai negeri itu tak menerima gaji sepeser pun. "Ah, itu sudah risiko," katanya. "Anak-anak saya justru bangga pada saya."

Ia pernah berurusan dengan Kepolisian Resor Kota Sabang karena membongkar kasus korupsi di Pemerintah Kota Sabang dalam soal pembelian kapal motor. "Dalam kasus ini, Rp 8,627 miliar uang negara raib," kata Luthfi. Lantaran membongkar kasus itu, ia dituduh balik telah melakukan pencemaran nama baik. Salah satu putranya, Reza Luthfi, 16 tahun, juga dipanggil karena mengetik laporan indikasi korupsi yang dibikin sang ayah.

Pengalamannya paling pahit adalah ketika mengusut dana pendidikan untuk anak yatim dan fakir miskin korban konflik Aceh, yang terjadi di Dinas Pendidikan. "Dana pendidikan itu Rp 10 miliar, dan yang dikorupsi Rp 9,879 miliar," katanya. Akibat mengusut kasus ini, pada 2003 ia dimutasikan ke Kabupaten Simeulu, sebuah kawasan kepulauan yang terpencil. "Surat keputusan itu diteken langsung oleh Gubernur Abdullah Puteh," katanya.

Ia memilih tak berangkat ke Simeulu. Kepada Nurlis E. Meuko dari Tempo, yang menghubunginya lewat telepon, ia menyatakan yakin Puteh terlibat korupsi. Sebelumnya Luthfi juga mengisahkan pengalamannya kepada Yuswardi A. Suud, koresponden Tempo yang berkunjung ke rumahnya di Banda Aceh.

Apa kegiatan Anda sekarang?

Saya membantu teman-teman (LSM) mengungkap korupsi di Aceh. Saya juga pernah diminta oleh Panglima Kodam Iskandar Muda (Mayor Jenderal Endang Suwarya?Red.) mengusut berbagai penyimpangan keuangan di Aceh. Saat ini saya diminta Kejaksaan Tinggi Aceh ikut menelusuri kasus-kasus korupsi.

Dengan menguak kasus korupsi, Anda jadi kaya, dong?

Mana bisa kaya dengan mengandalkan gaji pegawai negeri. Membangun rumah pun saya belum sanggup. Sampai sekarang saya masih menumpang di rumah orang tua. Pangkat saya terakhir III/C.

Apa tujuan Anda dengan mencari-cari dan membongkar kasus korupsi itu?

Saya hanya sedih melihat kenyataan di Aceh. Uang begitu banyaknya mengalir ke Aceh, tapi dirampok oleh pejabat korup secara sistematis. Menurut saya, para koruptor itu adalah bagian dari masalah yang ada di Aceh.

Gubernur Abdullah Puteh sudah ditahan, apa pendapat Anda?

Saya adalah orang yang percaya, dia terlibat dalam kasus korupsi di Aceh. Buktinya, ketika saya menelusuri korupsi, saya langsung dibuang ke daerah terpencil. Saya percaya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono punya perhatian untuk Aceh. Saya teringat dulu, ketika saya mengirim surat dan data korupsi di Aceh, beliau langsung meresponsnya dengan membentuk tim untuk mengusut kasus Aceh. Meskipun bukan merespons langsung, saya yakin data yang saya kirim mendapat perhatiannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus