Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pro dan kontra muncul tatkala Kejaksaan Agung memutuskan untuk menyiarkan wajah para koruptor di layar kaca. Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh optimistis cara ini bakal efektif untuk melokalisasi wilayah pelarian para koruptor. Pihak yang kontra menyebut tindakan ini sia-sia. Faktanya, hingga sekarang belum ada satu pun koruptor yang wajah dan daftar "dosanya" dimunculkan di ANTV tertangkap.
Rabu pekan lalu, wartawan Tempo Maria Hasugian, Arief Kuswardono, dan Poernomo Gonta Ridho menemui Jaksa Agung di rumah dinasnya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, untuk sebuah wawancara khusus. Berikut ini petikannya.
Bagaimana ide penayangan koruptor di televisi itu muncul?
Dulu sebetulnya ada tayangan serupa, tapi yang dulu kan hanya KTP (kartu tanda penduduk) yang dipajang. Tidak ada ceritanya, tidak dikemas, sehingga orang lupa lagi. Sekarang banyak koruptor dari generasi baru-generasi BLBI (bantuan likuiditas Bank Indonesia) yang melarikan diri. Kalau ini tidak diumumkan, foto-fotonya terus amblas dan orang bisa lupa sama sekali.
Maksudnya?
Kan susah mengingat-ingat muka orang. Kita ingat muka Pak SBY (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono) karena kita lihat terus-menerus. Ya, jadi (masyarakat) tidak bisa juga disalahkan.
Apa tujuan pokok program tayang wajah koruptor?
Sekarang alat komunikasi massa seperti televisi, koran, tidak hanya menjangkau dalam negeri, tapi juga Asia. Di Hong Kong ada koran berbahasa Indonesia. Televisi kita juga menjangkau luar negeri. Dengan adanya tayangan ini, minimal orang-orang diingatkan kembali. Siapa tahu kami berhasil mengetuk hati para patriot untuk melapor. Ini bukan hanya tugas kejaksaan. Aparat kejaksaan di Indonesia yang bukan pegawai tata usaha hanya 5.000 orang dan polisi 200 ribu orang.
Mengapa hanya stasiun ANTV yang diajak oleh Kejaksaan?
ANTV yang sering mendesak. Tetapi itu tidak untuk monopoli. Makin banyak yang menyiarkan, makin bagus. Kalau ada televisi lain, ya bagus juga. Kami tidak mau kering cuma menayangkan KTP. Harus ada ceritanya.
Berapa biayanya?
Tidak ada. Semuanya gratis. Dan tidak ada perjanjian khusus. Kerja sama (dengan ANTV) sampai habis saja.
Yang ditayangkan selama ini hanya koruptor yang sudah diputus final dan mempunyai kekuatan hukum tetap. Bagaimana dengan yang belum tapi buron?
Ada kesulitan, memang, karena belum ditayangkan saja sudah banyak yang protes. Surat ancaman datang. Pengacara mereka mengancam kami. Mereka bilang, kalau berani menayangkan mereka yang belum berkekuatan hukum, tetap kami akan diperkarakan. Jadi, kami masih memikirkan caranya.
Apa saja ancaman mereka?
Memperkarakan, minta ganti rugi, macam-macamlah....
Banyak koruptor yang disebut-sebut bersembunyi di luar negeri. Penayangan ini bisa menjangkau masyarakat di sana?
Kami berharap usaha awal begitu. Misalnya, ada koran di Hong Kong mengambil berita itu, terus disiarkan di sana. Di Singapura juga disiarkan. Televisi kita kan sampai ke Singapura dan Hong Kong.
Sudah ada laporan masyarakat yang masuk?
Ada beberapa. Ada laporan telepon masuk dan sedang diselidiki. Kata penelepon, koruptor yang dicari tinggal tidak jauh dari Jakarta.
Siapa yang dilaporkan itu?
Ya, ada... dan kami melihat segi positifnya. Artinya, tidak ada ruginya kami mengajari masyarakat agar peduli. Bila melihat ada orang yang seharusnya ditangkap, tolong laporkan.
Apa kendala pengejaran koruptor?
Kami terus terbuka untuk saran-saran. Kalau di Hong Kong atau Cina, foto para koruptor buron ditempel di stasiun kereta api, di kantor pos. Nanti kami mungkin akan bergerak ke situ.
Bagaimana kerja tim pemburu koruptor?
Semua berjalan bersamaan. Sebetulnya ini bukan buron kejaksaan, tapi buron negara. Buron masyarakat juga.
Kami menerima informasi, anggota tim mengeluh karena dukungan tidak maksimal.
Ada dana, tapi kurang. Kami ingin alat yang canggih.
Apa saja yang sudah dihasilkan tim ini?
Tim pemburu koruptor terdiri dari Kejaksaan Agung, polisi, Badan Intelijen Negara. Banyak sudah hasilnya. Ini bukan kerja jangka pendek. Pantas bila masyarakat tidak sabar. Mengejar penjahat itu susah. Seluruh dunia dengan segala peralatannya mengejar Usamah bin Ladin saja tidak dapat, bahkan sampai nyerbu negara orang....
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo