ADA kalanya cemburu buta membuat lelaki gelap mata. Hatta, itu menggoda benak Hasan, 24 tahun, penduduk Desa Anggadita, Karawang, Jawa Barat. Lelaki yang bekerja sebagai pialang mengurus surat izin mengemudi (SIM), surat tanda nomor kendaraan (STNK), dan izin mendirikan bangunan (IMB) itu acap mendengar gacoan di desanya, Nurhasanah, ditempel Afendi. Pemuda berusia 17 tahun inibelum bekerja. Hasan juga menerima berita yang menyebutkan bahwa Nur beberapa kali diboncengkan sepeda motor oleh Afendi. Rumah Afendi berdekatan dengan tempat kerja Nur di pabrik tekstil PT Maligi. Karena itu, Hasan merasa perlu memberi sekadar "pelajaran" kepada Afendi, agar ia menjauh dari gadis berusia 19 tahun itu. Hasrat itu diutarakan Hasan kepada sekelompok pemuda tanggung, yang suka ditraktirnya minumminum di warung. Gelas berdenting. Sebelas pemuda tadi, yang sebagian masih di SLTP, SLTA, serta sisanya pekerja pabrik tekstil, menerima tawaran Hasan. Mereka sepakat memburu Afendi, pada Rabu malam dua pekan silam. Celakanya, Hasan belum kenal wajah Afendi. Ia hanya menyimpan sepotong keterangan: Afendi suka nongkrong di sekitar PT Citra Sari, dekat PT Maligi.Dan sewaktu Hasan dkk. menuju ke sana, mereka melihat tiga remaja asyik berbincang di atas sepeda motor. Lalu, Hasan menunjuk ke salah satu dari tiga remaja tadi. "Itu orangnya," ucapnya. Segera pasukan Hasan yang tak mengenal Afendi itu menyerang.Ternyata, remaja yang pertama dituju pandai bela diri. Dua rekannya jugamembantu menangkal serangan kawanan Hasan. Tapi keduanya kemudian kabur mencari pertolongan. Begitu dua remaja yang kabur itu kembali lagi bersama segenap warga, kawanan Hasan sudah hengkang. Demikian pula Hasan, yang mengamati pertarungan dari jauh. Tinggallah remaja yang pertama yang dikeroyok tersungkur bersimbah darah karena tusukan pisau. Korban yang terkapar itu bukan Afendi, tapi Akbar. Afendi adalah salah seorang dari remaja yang tadi kabur itu. Akbar, 19 tahun, buruh pabrik yang aktif di mesjid itu, meninggal sewaktu dilarikan ke rumah sakit. Hari itu, polisi Resort Karawang menciduk Hasan dan sembilan kawannya. Sampai pekan lalu, polisi terus mengejar dua pelaku lain. Kepada TEMPO, Hasan mengakumemesan pada kawanannya untuk memberi pelajaran. Ucapannya, katanya, begini: "Sikat saja," bukan membunuh -- yang nyatanya salah sasaran. Menurut Hasan,ia menjanjikan mentraktir minum selesai mengeroyok, bukan memberi uang. Afendi kini enggan keluar rumah. Akan halnya Nur, si hitam manis ini mengaku sekadar berteman, baik dengan Hasan dan Afendi. "Hasan saja yang geer, menganggap saya pacarnya," ucapnya. Nur menyatakan baru seminggu kenal Hasan. Jika Hasan tak mengaku membayar kawanannya, lain pula dengan Aspul di Balikpapan, Kalimantan Timur. Lelaki berusia 33 tahun itu tega menyewa Usman dengan imbalan Rp 3 juta untuk menghabisi bekas istrinya, Maryati. Imbalan itu baru dibayar Rp 1 juta. Pada 6 Juli lalu, Usman, yang dibantu Udo, berkali-kali menghunjamkan pisau ke tubuh perempuan berusia 27 tahun itu, dankemudian menggorok lehernya. Usman, 31 tahun, dibekuk polisi sebulan berikutnya. Dalam rekonstruksi pembunuhan itu, Rabu pekan lalu, terungkap bahwa Usman sudah dua kali dipenjara. Pertama, dalam kasus ia membunuh seorang tentara, juga dibayar.Kedua, ia terlibat perampokan. Sedangkan motif Aspul menyuruh Usman, menurut polisi, adalah ingin menguasai harta, yaitu rumah senilai Rp 30 juta yang ditempati Maryati. HPS, Taufik Abriansyah, dan Rizal Effendi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini