Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII) menerima informasi adanya ancaman kepada sejumlah gereja Katolik dan gereja Kristen di Surabaya. Ketua PGLII Pusat Pendeta Ronny Mandang menyampaikan hal itu setelah terjadi ledakan bom di Surabaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ada 25 lokasi yang diincar, beberapa sudah ditangkap di Gereja Mawar Sharon,” ujarnya saat ditemui Tempo di sekitar GKI Diponegoro, Minggu, 13 Mei 2018.
Baca: MUI Minta Masyarakat Tahan Diri Tak Sebar Foto Bom di Surabaya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Informasi itu, kata Ronny, diperoleh dari seorang sumber terpercaya pada pukul 10.15. Namun dia menolak menyebutkan identitas informan itu.
Ronny, yang membawahi 96 anggota sinode gereja dan 120 lembaga, menyatakan sangat prihatin. Ia pun segera memberikan instruksi. "Sebagai pimpinan gereja injili di seluruh Indonesia, kami mengatakan prihatin, tapi sama sekali tidak pernah takut terhadap terorisme," ucapnya.
Ia menginstruksikan semua gereja tetap tenang dan menjaga toleransi. Lembaganya, kata dia, terus memonitor untuk memahami siapa saja yang menjadi korban dan siapa pelaku sebenarnya.
Baca: Bom Surabaya dan Rangkaian Aksi Teror dalam Sepekan
Ronny juga mendesak kepolisian tidak setengah-setengah dalam menangani kasus ledakan bom di Surabaya ini. Ia menegaskan gereja adalah tempat yang netral dari berbagai unsur kepentingan dan politik. “Saya berharap ini jadi peristiwa terakhir. Saya minta masyarakat Indonesia tetap tenang dan kondusif dan berdoa agar rumah ibadah tidak lagi menjadi korban,” tuturnya.
Berdasarkan info yang dihimpun Tempo, ledakan terjadi di tiga gereja, yakni Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, GKI Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya. Ketiga bom di Surabaya meledak dalam interval lima menit.