Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid soal Monumen Korban Penghilangan Paksa: Penting untuk Menjaga Ingatan Kolektif

Hilmar Farid mengatakan mengabadikan perjuangan hak asasi manusia (HAM) melalui monumen adalah cara penting untuk menjaga ingatan kolektif.

1 September 2024 | 07.49 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petrus Bima Anugerah alias Bimo Petrus ( memakai topi) saat mengunjungi kos-kosan aktivis SMID di Jalan Jojoran Surabaya pertengahan 1997. Foto: dok Ikohi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Surabaya-Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Hilmar Farid mengatakan mengabadikan perjuangan hak asasi manusia (HAM) melalui monumen adalah cara penting untuk menjaga ingatan kolektif kita sebagai bangsa.

Melalui monumen, kata dia, kita mengingat peristiwa kelam masa lalu agar tetap hidup dalam benak publik dan menjadi pengingat untuk tidak mengulang kesalahan yang sama. Pada peringatan Hari Anti Penghilangan Paksa Internasional 30 Agustus, ujar Hilmar, kita diingatkan akan pentingnya mengenang perjuangan melawan pelanggaran HAM penghilangan paksa yang pernah terjadi.

“Memorialisasi ini bukan hanya upaya untuk mengenang, tetapi juga sebagai sarana edukasi bagi masyarakat agar selalu waspada dan menghargai nilai-nilai kemanusiaan,” kata Hilmar dalam sambutan tertulis pada momen peringatan Hari Anti-Penghilangan Paksa Internasional yang digelar di Amphitheather Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Sabtu sore, 31 Agustus 2024.

Menurut Hilmar mendirikan monumen memiliki peran penting dalam memulihkan martabat para korban pelanggaran HAM. Monumen menjadi bentuk pengakuan atas penderitaan yang mereka alami, yang tak boleh dilupakan oleh sejarah.

“Pengakuan ini bukan hanya bersifat material, tetapi juga memiliki dimensi moral dan emosional yang menjadi bagian dari pemenuhan hak korban atas pemulihan dan penghormatan terhadap martabat mereka,” kata dia.

Melalui memorialisasi, ujar Hilmar, kita mengakui bahwa kisah para korban adalah bagian penting dari sejarah kita, dan pengakuan ini merupakan langkah penting dalam menyembuhkan luka masa lalu.

Monumen juga memainkan peran penting dalam mengintegrasikan narasi sejarah ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Ketika monumen berada di ruang publik -seperti di kampus, taman kota, atau alun-alun- ia menjadi bagian tak terpisahkan dari lanskap perkotaan dan aktivitas warga.

“Narasi sejarah yang terukir di monumen tersebut tidak hanya menjadi pengingat masa lalu, tetapi juga terus berinteraksi dengan generasi masa kini, menjadikannya tetap relevan dan berfungsi sebagai penghubung antara sejarah dan kehidupan sehari-hari,” tutur Hilmar.

Memorialisasi, katanya, juga membangun kesadaran kritis dan reflektif terhadap budaya kita. Monumen tidak hanya menyajikan narasi heroik, tapi juga menampilkan aspek-aspek gelap sejarah yang sering terabaikan atau dilupakan. Monumen menjadi ruang untuk merenung, berdialog dan belajar dari sejarah. “Termasuk mengakui dan memahami kompleksitas perjalanan bangsa kita,” ucap Hilmar.

Pernyataan Hilmar tersebut berkaitan dengan upaya membangun monumen kisah Herman Hendrawan dan Petrus Bima Anugerah, dua mahasiswa Fisip Unair yang hilang diculik aparat pemerintah menjelang reformasi Mei 1998.

Komunitas #KawanHermanBimo dan Ikatan Keluarga Orang Hilang (Ikohi) Jawa Timur telah mengupayakan pendirian monumen tersebut di Kampus B Unair sejak 2005. Desain patung juga sudah dibuat oleh seniman Dolorosa Sinaga. Mereka telah mengadakan pembicaraan dengan pihak Dekanat Fisip dan Rektorat Unair.

“Tapi sampai sekarang tidak diizinkan,” kata Ketua Ikohi Jawa Timur yang juga alumni Fisip Unair angkatan 1990, Dandik Katjasungkana.

Pilihan Editor: Peringatan Hari Anti-Penghilangan Paksa Internasional di Fisip Unair, Usman Hamid: Perjuangan ke Depan Makin Berat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus