Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PULUHAN orang berjaga-jaga di kediaman Irwandi Yusuf di Jalan Salam Nomor 20, Kuta Alam, Banda Aceh, Rabu malam pekan lalu. Sebagian besar para lelaki yang berjaga di rumah pribadi Gubernur Aceh itu adalah keluarga dan pendukungnya. Sebagian pendukung Irwandi adalah mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka mulai bersiaga sejak Irwandi ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi karena menerima suap terkait dengan dana otonomi khusus, Selasa pekan lalu. Pria kelahiran Bireuen, Aceh, pada 2 Agustus 1960 ini terpilih menjadi Gubernur Aceh periode 2017-2022 berpasangan dengan Nova Iriansyah. Mereka diusung koalisi Partai Nasional Aceh, Partai Damai Aceh, Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Ini yang kedua kalinya Irwandi menjadi gubernur. Ia menjabat Gubernur Aceh periode pertama, 2007-2012, berpasangan dengan Muhammad Nazar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelum menjadi gubernur, pria yang dikenal dengan nama Tengku Agam ini adalah anggota Staf Khusus Komando Pusat dan juru runding GAM. Tentara menangkapnya pada 2003 dengan tuduhan makar dan ia dihukum 9 tahun penjara. Bencana tsunami Desember 2004 yang membuat Irwandi bisa kabur dari penjara ke Swedia, menyusul pemimpin tertinggi GAM, Tengku Hasan Muhammad di Tiro.
Lulusan dokter hewan Universitas Syiah Kuala ini kembali ke Aceh seusai perjanjian damai Helsinki antara pemerintah dan GAM, 15 Agustus 2005. Setelah diperiksa KPK pada Jumat pekan lalu, Irwandi mengungkit jasa-jasanya terhadap perdamaian Aceh. "Saham saya besar di situ. Saya ikut mendamaikan, mengumpulkan senjata, dan ikut berunding," katanya. "Akhirnya sekarang menjadi begini."
Di rumah Irwandi sering terlihat banyak mobil berpelat hitam. Sesuai dengan data Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang disampaikan ke KPK, Irwandi memiliki tiga mobil, yakni Toyota Vanguard, Jeep Wrangler, dan Land Rover Freelander. Ia juga mempunyai satu jet pribadi jenis Shark Aero, yang dibeli seharga Rp 500 juta, tiga tahun lalu.
Selain itu, Irwandi memiliki delapan petak tanah dan bangunan di Aceh serta logam mulia. Total kekayaannya mencapai Rp 14,832 miliar sesuai dengan LHKPN pada September 2016. Angka ini naik berlipat-lipat dibanding pertama kali ia menjadi gubernur, yang hanya Rp 796 juta dan US$ 23 ribu.
Irwandi acap menggunakan jet pribadinya untuk kegiatan pemerintah provinsi dan mengantar tamu-tamu pemerintah. Misalnya saat ia memeriksa proyek di Kabupaten Aceh Jaya pada Februari lalu. Dari Aceh Jaya, Irwandi naik pesawat yang dipilotinya sendiri ke Banda Aceh. Di pendapa gubernur, Irwandi menceritakan pengalamannya itu. Dia mengaku saat itu mendaratkan pesawatnya secara darurat di tengah jalan karena mesinnya bermasalah. "Saya belok ke pantai, mau landing darurat di pasir. Tiba-tiba mesin hidup lagi, saya naik ke 2.000 kaki untuk lanjut ke Banda Aceh," ujar Irwandi, Februari lalu.
Dia juga menggunakan jet itu saat meninjau proyek provinsi dan kegiatan yang dibiayai dana otonomi khusus, Oktober tahun lalu. Lewat akun media sosial miliknya, Irwandi menjelaskan kunjungan kerjanya itu berbiaya murah ketimbang menggunakan mobil dinas. Ia mengklaim memakai dana pribadi untuk setiap kunjungan dengan jet tersebut.
Kepala Biro Humas Provinsi Aceh saat itu, Mulyadi Nurdin, membenarkan cuitan bosnya tersebut. Ia mengatakan ada 10 kabupaten yang dikunjungi Gubernur dengan tujuan meninjau perkembangan berbagai proyek di sana. "Gubernur meninjau proyek APBA (Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh) dan otsus (otonomi khusus) dengan biaya sangat murah, dan ini tidak bisa dilakukan jika bukan dengan pesawat," katanya, November tahun lalu.
Sejak Selasa pekan lalu, Irwandi tidak akan bisa lagi menggunakan tunggangan mewahnya itu untuk berkeliling Aceh meninjau proyek. Aktivitasnya dalam beberapa bulan ke depan hanya di sekitar rumah tahanan KPK di Gedung Merah-Putih, Kuningan, Jakarta Selatan, dan ruang pemeriksaan.
KPK sesungguhnya pernah membidik Irwandi ketika ia menjadi Gubernur Aceh 2007-2012 karena diduga terlibat korupsi pembangunan pelabuhan Sabang. Sebagai gubernur dan Ketua Dewan Kawasan Sabang, ia diduga mengetahui penunjukan konsorsium penggarap proyek. Irwandi membantah tuduhan ini. Belakangan, perkara ini tak pernah menyentuhnya.
Rusman Paraqbueq, Adi Warsidi
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo