Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Fakta Awal Kematian Brigadir Yosua di Tangan Ferdy Sambo

Peran Ferdy Sambo dalam kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat, awalnya hampir tak terlihat.

14 April 2024 | 11.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ekspresi ibunda Brigadir Yosua, Rosti Simanjuntak usai sidang vonis kasus pembunuhan anaknya dengan terdakwa Richard Eliezer di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu, 15 Februari 2023. Rosti Simanjuntak menerima putusan majelis hakim yang memvonis Richard Eliezer 1,5 tahun penjara dalam perkara pembunuhan berencana terhadap anaknya. TEMPO/ Febri Angga Palguna

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peran Ferdy Sambo dalam kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat, awalnya hampir tak terlihat. Kasus ini mencuat dengan narasi Brigadir Yosua mati karena adu tembak dengan rekannya Bhayangkara Dua Richard Eliezer Pudihang Lumiu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kejanggalan muncul pertama kali saat Yosua dipulangkan dari Jakarta ke Jambi pada Sabtu, 9 Juli 2022. Mayatnya tergeletak di dalam peti dan diantar dengan pesawat. Pihak keluarga meminta polisi menyerahkan langsung peti jenazah itu kepada orang tua Yosua.
 
Majalah Tempo mengungkap kasus kematian Yosua, 27 tahun, dari berbagai keping cerita dan peristiwa. Saat peti berisi jenazah tiba tangis keluarga pecah. Polisi menolak membuka peti mayat itu. "'Buka, buka, buka,' kata kakakku," ujar Rohani Simanjuntak, adik Rosti Simanjuntak, ibu Yosua, pada Senin, 11 Juli 2022. Setelah terjadi percakapan antara keluarga Yosua dan polisi, akhirnya disepakati peti jenazah hanya dibuka setengah badan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat itu, dua kancing atas pakaian Brigadir Yosua terbuka. Rohani dan keluarga melihat dada jenazah. "Di bagian mata sebelah kanan kayak ada luka sayatan, seperti kena benda tajam, agak lebam sedikit. Di hidungnya ada luka juga bekas jahitan, bibirnya juga. Giginya sudah tidak rapi lagi, seperti kena pukulan," kata Rohani.  

Keluarga tak bisa melihat lebih jauh. Polisi tak mengizinkan keluarga berlama-lama melihat jenazah. Akhirnya para polisi yang mengantar peti meninggalkan Sungai Bahar. Jenazah Brigadir Yosua disemayamkan di rumah orang tuanya.

Saat itu, dua kancing atas pakaian Brigadir Yosua terbuka. Rohani dan keluarga melihat dada jenazah. "Di bagian mata sebelah kanan kayak ada luka sayatan, seperti kena benda tajam, agak lebam sedikit. Di hidungnya ada luka juga bekas jahitan, bibirnya juga. Giginya sudah tidak rapi lagi, seperti kena pukulan," kata Rohani.

Mereka tak bisa melihat lebih jauh. Polisi tak mengizinkan keluarga berlama-lama melihat jenazah. Akhirnya para polisi yang mengantar peti meninggalkan Sungai Bahar. Jenazah Brigadir Yosua disemayamkan di rumah orang tuanya.

Keluarga mulai berdatangan ke rumah duka pada Ahad pagi, 10 Juli 2022. Sekitar pukul 10.00 WIB, keluarga terkejut melihat darah segar mengucur dari jari kelingking kiri Yosua. Penasaran, keluarga akhirnya memutuskan membuka baju yang dikenakan jenazah.

"Kami tengok, rupanya tangan sebelah kiri ini ada luka. Dua jarinya patah. Di tangan sebelah kiri juga ada bekas tembakan. Di dadanya ada dua bekas tembakan, sama di leher satu. Jadi kami temukan empat bekas tembakan," ucap Rohani, seperti tertulis dalam artikel "Adu Tembak Janggal Dua Ajudan" pada Juli 2022 itu.

Teka-teki kematian itu mulai muncul setelah personel Markas Besar Kepolisian RI tiba dengan jenazah Yosua di rumah orang tuanya di Kampung Bahar, Kecamatan Sungai Bahar, Muaro Jambi, Jambi, pada Sabtu malam, 9 Juli 2022. Polisi menyebutkan bahwa Yosua telah meninggal di rumah dinas Ferdy Sambo, saat itu menjabat  Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan.

Rohani merasa menyesal tak membuka semua pakaian Yosua sebelum dikubur pada Ahad itu. "Entah ada luka di bagian kakinya yang lain, kami tidak tahu. Kami tidak buka celananya, cuma kaus kaki," ucapnya.

Dia menyatakan, di kaki sebelah kanan ada luka benda tajam, bukan bekas tembakan. Kondisi jenazah Brigadir Yosua membuat keluarga makin bingung. "Kematiannya itu dibilang karena tembakan. Tapi kami curiga, kok, tembakan ada luka-luka," tutur Rohani.

Pada Senin siang, 11 Juli lalu, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Hubungan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Ahmad Ramadhan awalnya mengatakan Brigadir Yosua meninggal karena baku tembak di rumah dinas Ferdy Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan. Pelakunya, rekannya sesama ajudan, Richard Eliezer.

Insiden baku tembak bermula saat Brigadir Yosua masuk ke rumah dinas Ferdy Sambo. Saat itu, Richard Eliezer menegur Yosua. "Brigadir J mengacungkan senjata, kemudian menembak Bharada E dan dibalas tembakan ke arah Brigadir J," tutur Ahmad Ramadhan. Seperti ditulis Tempo, lima jam kemudian pernyataan Ahmad Ramadhan berubah.

Pernyataan ini, yang dianggap sebagai kronologi kematian Yosua di rumah Ferdy Sambo, memicu banyak pertanyaan. Termasuk munculnya narasi perselingkuhan, pelecehan seksual, dan belakangan terungkap sebagai kasus pembunuhan berencana. Ferdy Sambo sebagai dalang pembunuhan Brigadir Yosua.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus