HIDUP Suhartono berakhir di tangan ibu tirinya, Dewi Prayitno, Senin dini hari pekan lalu. Bocah berusia enam tahun itu tewas dengan kepala retak dan sekujur tubuhnya luka memar. Anak yang belum bersekolah ini dilarikan ke mantri kesehatan setempat. Kemudian ia dibawa ke RS Sukmul, Tanjungpriok, sebelum upaya menolong jiwanya gagal di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Usai kejadian, Dewi yang berusia 27 tahun itu mencoba menutup aibnya. Suaminya, Sriyono, diajak bersekongkol. Kepada petugas kamar mayat, mereka bilang bahwa Suhartono meninggal karena jatuh, sehingga jenazahnya bisa dibawa pulang. Tindakannya itu mungkin bisa ditutupi seandainya Dewi tidak melarang tetangga yang bermaksud menengok keadaan jenazah anak tirinya itu. Mereka curiga setelah mendengar Dewi suka menghanjar anak itu, lalu melapor kepada polisi. Polisi di Tanjungpriok kemudian meminta keterangan dari Dewi dan Sriyono. Sedangkan jenazah Suhartono diboyong lagi ke RSCM. Setelah mengetahui hasil pemeriksaan dan otopsi, polisi menahan Dewi. Kini ibu dua anak itu tidur di rumah tahanan wanita di Jakarta Selatan. Dewi, yang menyampaikan pengakuan melalui pengacaranya, Jhoni Simanjuntak dari Pos Bantuan Hukum, mengatakan bahwa kejadian itu di luar dugaan. "Saya tidak menyangka begini. Ketika itu pikiran saya kalut. Saya menyesal," katanya. Kejadian itu bermula ketika Suhartono kebelet buang air besar. Saat itu ada tahlilan untuk memperingati meninggalnya nenek Dewi. Dua hari sebelum kejadian, Suhartono dan abangnya, Ilham, 8 tahun, diajak menginap di rumah sang nenek di daerah Sunter Agung, Jakarta Utara. Lantaran sakit perut dan Suhartono tak mampu menahannya, beraknya tumpah di celana. Ini menimbulkan bau yang menyengat. Ilham memberi tahu ibu tirinya. Dewi sewot. Ia menyeret Ilham dan Suhartono ke kamar mandi, kemudian meng guyurnya dengan air. Mereka menjerit, tetapi Dewi tak menggubrisnya. Saat itu Ilham selamat. Ia menyelusup keluar kamar mandi dan lari. "Badan saya sakit," katanya sambil menunjukkan dagu dan kakinya yang memar. Malang bagi adiknya. Ia menjadi sasaran tunggal amukan. Selain dicubit dan dibentur ke dinding kamar mandi, Suhartono dihajar Dewi dengan kepingan papan dan ember. Dalam keadaan masih menjerit-jerit, anak itu kemudian diting galkannya. Jeritan dan ribut di kamar mandi itu tidak terdengar peserta tahlilan, karena jarak antara ruang tamu dan kamar mandi agak jauh. Setelah dari kamar mandi, Dewi membantu menghidangkan makanan untuk tamu. Sekitar 15 menit, baru disadari bahwa ia menghukum anak tirinya di kamar mandi. Ia bergegas menuju kamar mandi. Mukanya berubah pucat ketika menemukan anak tirinya itu sudah teler di lantai. Dewi kemudian memanggil suaminya. Mereka gugup. Dan Suhartono meninggal usai dibawa ke RSCM. Kapolsek Tanjungpriok, Mayor Johny Hutajulu, menduga tindakan Dewi itu karena didorong impitan ekonomi yang membelenggu keluarganya. "Karena suaminya tidak punya pekerjaan tetap dan menanggung empat anak, Dewi mudah emosional," kata Hutajulu kepada Taufik Alwie dari TEMPO. Perempuan yang tak sempat menuntaskan kuliahnya -- berhenti di tingkat skripsi -- itu seperti menderita tekanan batin. Sriyono menikah dengan Dewi dua tahun lalu. Karena perkawinannya itu, bapak empat anak dari istri pertama ini dikeluarkan dari Bank Dagang Negara Pusat. Ketika itu, lelaki berusia 36 tahun ini belum resmi menceraikan istrinya yang terdahulu, Mimi Akromi. Perkawinan Dewi dengan Sriyono dikaruniai dua anak. Diam diam Dewi mengeluh kepada orangtuanya, karena ia mengasuh dua anak tiri. Dua anak Sriyono yang lain dari hasil perkawinan dengan Mimi saat ini ikut kakeknya. Mimi Akromi sedih menemukan anaknya tewas dihajar Dewi. "Bila mereka nakal, toh namanya anak-anak. Kenapa ia tega menghukum Suhartono sampai tewas? Saya tak rela. Sampai ke mana pun akan saya gugat dia," ujar perempuan berusia 35 tahun ini, yang Juli silam menikah lagi dengan lelaki lain. Sedangkan Sriyono, usai diperiksa polisi, hingga kini tak diketahui di mana ia berada Gatot Triyanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini