Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Dalam hubungan romantis, sering kali sulit untuk membedakan antara perilaku yang normal dan tanda-tanda awal kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Identifikasi dini terhadap ciri-ciri pelaku kekerasan sangat penting untuk mencegah dampak yang lebih serius di masa depan. Kekerasan terhadap perempuan adalah pelanggaran hak asasi manusia yang masih terjadi setiap hari di seluruh dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dikutip dari Unwomen.org, secara global, satu dari tiga perempuan mengalami kekerasan fisik atau seksual, sebagian besar oleh pasangan intim. Meskipun kekerasan dalam rumah tangga dan pelecehan sering kali tersembunyi, mengenali tanda-tanda hubungan yang penuh kekerasan dapat membantu kita mengambil langkah untuk mencari atau menawarkan bantuan yang diperlukan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dilansir dari laman Newhope.org, berikut beberapa tanda yang perlu diperhatikan jika Anda merasa ada yang tidak beres dalam hubungan Anda:
1. Cemburu yang Ekstrem
Kecemburuan adalah tanda ketidakamanan dan kurangnya kepercayaan, meskipun pelaku sering menyamarkannya sebagai bentuk cinta. Mereka mungkin mempertanyakan dengan siapa korban berbicara, menuduh korban menggoda, atau merasa cemburu terhadap waktu yang dihabiskan dengan teman, keluarga, atau anak-anak. Pelaku juga mungkin melarang korban bekerja atau bersekolah karena takut mereka akan bertemu orang lain. Sering kali, pelaku akan terus-menerus menelepon korban atau muncul tiba-tiba tanpa pemberitahuan.
2. Memiliki Perilaku Controlling
Salah satu pasangan mengambil alih kendali penuh dalam hubungan dan membuat semua keputusan. Ini bisa melibatkan "mengawasi" korban, seperti mengatur waktu kapan mereka boleh keluar, memeriksa odometer mobil, atau menanyai mereka tentang aktivitas di luar rumah. Pelaku juga mungkin memeriksa ponsel korban untuk melihat riwayat panggilan, email, atau situs web yang dikunjungi. Mereka bisa mengendalikan keuangan dan mencoba menentukan cara korban berpakaian, dengan siapa mereka boleh berinteraksi, dan ke mana mereka boleh pergi.
3. Pemarah
Pasangan yang cenderung melakukan kekerasan sering kali memiliki amarah yang tidak terkendali atau perubahan emosi yang cepat dan tak terduga, sehingga Anda tidak pernah tahu apa yang bisa memicu masalah. Mereka mungkin menyalahkan Anda atas ledakan emosi atau kekerasan fisik yang mereka lakukan, dan bahkan mengancam akan melukai Anda, diri mereka sendiri, atau anggota rumah tangga lainnya, termasuk anak-anak atau hewan peliharaan.
4. Kekerasan Verbal
Pelaku sering mengatakan hal-hal yang kejam dan menyakitkan kepada korban, merendahkan mereka dengan memaki, mencaci, atau mengecilkan prestasi yang mereka capai. Mereka mungkin mengatakan bahwa korban bodoh dan tidak bisa hidup tanpa mereka, serta mempermalukan korban di depan orang lain. Pelaku juga bisa merendahkan Anda dengan menghina penampilan, kecerdasan, atau minat Anda, bahkan mencoba mempermalukan Anda di depan orang lain dan menghancurkan harta benda atau barang-barang yang Anda sayangi.
5. Agresif
Pelaku kekerasan sering menunjukkan agresivitas sejak awal hubungan, mendesak untuk segera berkomitmen dan mengklaim "cinta pada pandangan pertama" atau mengatakan "kamu satu-satunya yang bisa kuajak bicara" atau "aku belum pernah bertemu orang sepertimu". Pada tahap awal, mereka biasanya sangat menawan, romantis, dan menunjukkan cinta yang begitu intens. Mereka mengharapkan pasangannya memenuhi semua kebutuhan mereka dan menjadi "sempurna". Pelaku mungkin mengatakan hal-hal seperti "jika kamu mencintaiku, akulah satu-satunya yang kamu butuhkan".
6. Memiliki Perubahan Suasana Hati yang Parah
Pelaku kekerasan sering mengalami perubahan suasana hati yang drastis, sehingga korban mungkin mengira pelaku memiliki masalah kesehatan mental. Mereka bisa bersikap ramah dan manis pada satu saat, namun tiba-tiba berubah menjadi pemarah dan meledak-ledak. Ledakan emosi dan suasana hati yang murung adalah ciri umum dari seseorang yang melakukan kekerasan terhadap pasangannya.
Pilihan Editor: Korban Jangan Diam, Begini Cara Melaporkan Kasus KDRT