Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Koneksi Perancis?

Stevan markovic, asli yugoslavia, bekas pengawal alain delon, mati terbunuh di dekat paris. francois marlantoni, yang diduga pembunuh markovic yang juga tukang peras, dibebaskan. ada pejabat terlibat. (krim)

24 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MULA-MULA adalah tubuh yang ditemukan di dekat pembuangan sampah di dekat Paris. Hari itu bulan Oktober yang dingin, 1968. Mayat itu tak lain mayat Stevan Markovic, seorang Yugoslavia yang lama tinggal di Perancis. Tubuhnya terbungkus plastik, kepalanya rusak oleh pukulan martil. Ia bekas pengawal pribadi bintang film Perancis terkenal, Alain Delon. Dan sejak itu, Delon -- yang jadi kaya oleh film-film gangster yang dibintanginya, antara lain Borsalino -- makin banyak digunjingkan hubungannya dengan dunia gelap Perancis. Tampan, mempesona banyak cewek, penggemar olahraga tinju, Delon mempertontonkan banyak adegan kekerasan. Ia sendiri secara publik mengemukakan persetujuannya dengan hukuman mati -- untuk memberantas kekerasan. Diakah yang telah memerintahkan atau membayar orang untuk membunuh Markovic? Bagi sementara orang di Perancis, nampaknya ada sesuatu yang lebih berkuasa ketimbang seorang bintang film dalam melenyapkan hidup si bekas tukang pukul. Markovic dikenal juga sebagai seorang jurufoto kecil-kecilan dan tukang peras. Ia mengumpulkan foto-foto cabul -- palsu ataupun tulen yang agaknya ingin ia pergunakan buat memeras orang-orang terkemuka, termasuk Delon, meskipun bintang film ini pernah memberinya sebuah flat dan mempercayakan kepadanya urusan-urusan intim dalam kehidupannya. Yang mungkin menyebabkan Markovic sial adalah karena ia juga diduga ingin memeras Georges Pompidou, orang yang kemudian menggantikan De Gaulle sebagai Presiden Perancis. Kerusuhan Mahasiswa Waktu Pompidou masih menjadi perdana menteri, ia berteman baik dengan Delon. Ia sering mengunjungi rumah sang bintang film di Saint Tropez. Tapi di hari-hari Markovic dibunuh, ia sudah digeser De Gaulle menjelang timbulnya kerusuhan mahasiswa dan buruh bulan Mei 1968. Pompidou tidak mengalah begitu saja kepada tekanan atasannya itu. Ia malah menyatakan bahwa ia akan mencalonkan diri sebagai Presiden. Menurut laporan David Robie yang disiarkan pers minggu lalu, tantangan Pompidou ini membikin marah De Gaulle. Sementara penyelidikan atas kematian Markovic berlangsung, gambar-gambar porno yang dipunyai Markovic menjadi milik negara -- dan tersiar sedikit di sana-sini. Namun tak seorang pun percaya, termasuk lawan-lawan Pompidou yang paling keras, bahwa foto-foto yang melibatkan dirinya adalah tulen. Hanya ada yang menyangka, bahwa orang-orang di sekitar De Gaulle dan Perdana Menteri waktu itu, Couve de Murville, dengan sengaja membiarkan gambar-gambar tak senonoh itu beredar. Tujuannya buat mencelakakan karir politik Pompidou. Tapi kemudian Pompidou terpilih jadi Presiden bulan Juli 1969 Waktu itu desas-desus tentang koleksi Markovic sangat deras. Tapi segera penyelidikan dihentikan. Sementara itu seorang bajingan kecil, orang Korsika bernama Francois Marcantoni, yang dituduh membunuh Markovic, dilepaskan dari tahanan atas tanggungan uang. Para pejabat yang bertugas memeriksanya kemudian setuju untuk menyisihkan perkara itu. Mereka, termasuk sang jaksa, segera naik pangkat. Beberapa minggu yang lalu, datang perintah dari atas untuk menyelesaikan perkara ini dan menutupnya buat seterusnya. Tapi hakim setempat, Jean Ferre, menolak. Ia bertekad terus dengan menyatakan bahwa perkara pembunuhan itu harus diselidiki sampai terjawab teka-tekinya. Ferre menuntut agar Marcantonni diadili. Ia mempunyai lebih dari 60.000 bahan bukti dan kesaksian. Lalu seorang bernama Uros Milicevic, seorang kawan almarhum Markovic, pun ditahan dengan tuduhan ikut terlibat dalam perkara pembunuhan itu. Ada beberapa hal yang saling bertentangan dalam keterangannya terdahulu. Tiba-tiba Milicevic oleh Ferre dianggap tidak bisa diandalkan sebagai tersangka. Ia, menurut hakim itu, harus dirawat seorang ahli jiwa. Maka orang-orang Perancis yang gemar gossip pun menduga bahwa kali ini hakim Ferre telah berhasil dibujuk "orang atas" untuk menutup kasus itu. Yang lebih tidak percaya pada desas-desus skandal sebaliknya menguap: Pompidou dan Delon memang tak salah apa-apa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus