Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Rumah mungil di tengah danau

Di banten, ada danau buatan namanya tasik ardi, dibuat pada zaman sultan kanari (1598-1650). semula danau buatan itu digunakan sebagai waduk untuk pengairan. di tengah danau ada rumah mungil. (dh)

24 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KALAU anda berkunjung ke Banten, ada satu hal yang menarik buat ditonton. Bukan kraton Kasultanan Banten yang tinggal reruntuhannya, melainkan danau buatan yang disebut Tasik Ardi. Hanya berjarak 7 kilometer dari Serang, hanya membutuhkan waktu 20 menit pakai kendaraan bermotor. Jalannya pun sudah cukup baik. Kalau mau jalan kaki, kira-kira makan 1 jam saja. Terletak di tengah persawahan dengan luas 5 hektar, Tasik Ardi berbentuk bujur-sangkar -- dibuat pada zaman pemerintahan Sultan Abul Mufakhir alias Sultan Kanari (1598-1650). Semula, oleh Sultan Kanari danau buatan itu dimaksud sebagai waduk untuk mengairi sawah-ladang. Kecuali itu juga untuk memenuhi kebutuhan kraton akan air. Sampai sekarang, bekas-bekas pipa saluran yang bergaris tengah 2 meter masih tampak berserakan di sana-sini. Cukup kuat, sebab dibuat dari semen, adukan pasir & kapur serta kawat-kawat. Itulah sebabnya, sekalipun sawah-sawah Kasultanan Banten dulu kala cuma ditanami setahun sekali, sejak adanya Tasik Ardi lantas bisa ditanauni 2 kali setahun. Melihat manfaat waduk untuk kemakmuran rakyat ini, Sultan Kanari tidak kerja setengah-setengah. Kedalamannya saja 5 meter, dasarnya yang seluas 5 hektar itu pun dialas dengan batu marmer merah. Kecuali cukup kuat dari atas tampak pemandangan yang indah, apalagi airnya memang selalu jernih. Tebing-tebingnya pun ditembok cukup kuat. Dulu niscaya ada petugas khusus dari kraton yang kerjanya menjaga kebersihan dasar dan tembok Tasik Ardi hingga airnya tetap jernih. Adapun di tengahnya, terdapat satu pulau kecil bergaris tengah 25 meter, bentuknya bulat. Di sana terdapat rumah kecil mungil dari tembok yang kuat tapi indah. Seperti dalam dongeng-dongeng saja laiknya. Dan tentulah dulu ada pula petugas khusus yang menjaga keDrsihan dan keutuhannya. Tapi rumah mungil itu ternyata bukan semacam pesanggrahan atau rumah bagi para petugas Tasik Ardi. Melainkan semacam penjara. Dulu, demikian kata sahibul-hikayat, kalau saja ada puteri bangsawan yang berani main perlip-perlipan dengan lelaki yang bukan muhrimnya atau tidak taat menjalankan ibadah agama (Islam), dibuanglah ia ke pulau itu, berdiam di sana dan dijaga ketat. Di tempat sunyi itu, ternyata tak ada serang puteri pun yang tinggal lebih dari sebulan. Bahkan ada yang cuma tahan seminggu. Cuma sayang, tak ada seorang ksatria yang tercatat berani membebaskan puteri itu, "demi cinta sehidup semati" misalnya. Dan yang empunya cerita pun tak pernah menambahkan mengapa hanya kaum Hawa saja yang dihukum buang dengan cara begitu. Yang jelas, sampai Kesultanan Banten runtuh pada tahun 1813 (didirikan tahun 1552 oleh Maulana Hasanuddin), Tasik Ardi masih kukuh, sekalipun kian lama kian tak terpelihara. Sampai kini baik danau maupun bangunan rumah mungil itu masih bertahan terhadap waktu. Cuma karena sama sekali tidak terpelihara, tumbuhlah di sana tanaman yang disebut enceng gondok, mengambang menguasai hampir seluruh wilayah danau. Sekarang, tampaknya Diparda kabupaten Serang mulai memanfaatkannya sebagai tujuan wisata. Maka enceng gondok pun dibersihkanlah. Pekerjaan ini tentu saja agak mudah, sebab Tasik Ardi di alas dan dilapis berkeliling dengan batu marmer dan tembok. Dibenahi sejak Januari, seluruhnya selesai bulan Juni 1975 yang lalu. Untuk tempat bersantai memang nyaman. Rerumputan yang subur bisa dijadikan alas duduk yang empuk dan bersih. Apalagi tak sedikit pula pepohonan rindang tumbuh di sana. Diparda setempat pun sekarang sudah memasang bangku-bangku duduk yang muat 5 orang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus