Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

KPK Geledah Rutannya Sendiri, Eks Penyidik: Dampak Revisi UU KPK

Eks Penyidik KPK, Yudi Purnomo Harahap, mendesak tersangka pungli di rutan KPK dipecat

3 Maret 2024 | 16.28 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ketua Majelis sidang etik Dewan Pengawas KPK, Tumpak Hatorangan Panggabean bersama dua anggota majelis Albertina Ho dan Harjono, menggelar sidang pembacaan surat putusan pelanggaran etik 93 pegawai Rutan KPK, di gedung ACLC Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Kamis, 15 Februari 2024. Majelis sidang etik Dewas KPK, menjatuhkan sanksi berat kepada para terperiksa, telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan perbuatan menyalahgunakan jabatan atau kewenangan yang dimiliki, termasuk menyalahgunakan pengaruh sebagai insan KPK dalam kasus dugaan tindak pidana korupsi berupa pungutan liar mencapai Rp.6,14 miliar di Rumah Tahanan Negara Klas I Salemba Cabang KPK. TEMPO/Imam Sukamto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Eks Penyidik KPK, Yudi Purnomo Harahap, menilai penggeledahan di rumah tahanan atau rutan KPK oleh lembaga antirasuah itu sendiri dampak dari revisi Undang-Undang KPK.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Terjadinya revisi UU KPK banyak berpengaruh terhadap pegawai KPK. Saya bekerja di KPK selama 15 tahun, tak pernah kepikiran KPK menggeledah kantor sendiri dalam hal ini rutan yang jadi tempat sarang terjainya pungli yang dilakukan oleh oknum pegawai KPK,” kata Yudi, Ahad, 3 Maret 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fenomena pungli di Rutan KPK, kata Yudi, karena adanya pengalihan status pegawai KPK menjadi ASN hingga keteladanan dari Pimpinan KPK. Maka dari itu, ia meminta pemberhentian secara tak hormat terhadap para pelaku pungli yang terbukti.

“Bagi saya hanya orang yang punya integritas tinggi yang layak bekerja di KPK, apalagi bagi orang yang sudah berani terima uang dan terbukti, maka semuanya layak diberhentikan. Sekarang berharap ada yang dipidanakan dan dipecat secara tak hormat sebagai efek jera dan bersih-bersihnya KPK,” katanya.

Yudi menuturkan, ketika KPK melakukan penggeledahan artinya itu proses penyidikan, sudah ada tersangka, dan biasanya diumumkan bersamaan dengan penahanan. Ia merasa itu hal yang positif jika ada orang-orang yang bertanggungjawab terhadap terjadinya pungli di KPK, kemudian dijadikan tersangka. 

“Kalau tak salah ada 12 orang, namun nama-namanya biasanya diumumkan secara resmi saat penahanan. Walaupun kami tahu ketika ada sprindik, sesuai putusan MK, maka para tersangka harus dikirimkan SPDP,” katanya.

Tim Penyidik KPK telah menyelesaikan penggeledahan di tiga rumah tahanan yang menjadi lokasi kasus pungutan liar atau pungli di rutan KPK. Ketiga rumah tahanan tersebut, yaitu rutan di gedung Merah Putih KPK, rutan di Pomdam Jaya Guntur, dan Rutan yang berada di gedung ACLC.

Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri mengatakan dalam kegiatan tersebut tim penyidik menemukan dan menyita bukti berupa dokumen catatan yang berhubungan dengan penerimaan sejumlah uang.

"Penyitaan dan analisis segera dilakukan untuk menjadi bagian dalam pemberkasan perkara dari para pihak yang ditetapkan sebagai tersangka," katanya dalam keterangan resmi, Rabu, 28 Februari 2024.

Dia berkata penegakan disiplin pegawai dilakukan secara paralel. Inspektorat telah memintai keterangan dan masih terus memriksa pelanggaran disiplinnya. "Hal ini sebagaimana komitmen KPK untuk menindaklanjuti setiap pelanggaran di internal lembaga dan bentuk zero tolerance terhadap tindak pidana korupsi," ujarnya.

MUTIA YUANTISYA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus