Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Mayat di jatiluhur, lima tahun lalu

Siti hartati mengungkapkan terbunuhnya karyawati hotel melati, nani aryati, di jatiluhur ke polres jakbar. pembunuhan karena kecemburuan mamar terhadap ulah pacarnya, nani. pelaku-pelaku tertangkap. (krim)

15 November 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DENGAN hati kesal bercampur marah, Siti Hartati, 26, melaporkan "suami" nya ke Polres Jakarta Barat. Wanita penghibur di sebuah panti pijat itu, rupanya, tak sekadar melaporkan pasangannya yang suka memukul, tapi juga melaporkan keterlibatannya dalam suatu pembunuhan di Waduk Jatiluhur, lima tahun lalu. Maka, pasangan saksi pelapor itu, Taufik, pun ditangkap Kamis pekan lalu. Rupanya, rumah tangga di bawah tangan itu memang berjalan tidak lempang. Keduanya, konon, terpaksa kumpul kebo setelah kasus pembunuhan atas seorang wanita bernama Nani Aryani. Dan kumpul kebo itu, tampaknya, ditempuh dengan maksud agar dapat dijadikan tabir penutup kasus pembunuhan itu sendiri. Pembunuhan itu sendiri, menurut Siti dan Taufik, berlatar kecemburuan. Pacar Nani tak senang wanita itu berhubungan dengan pria lain. Kemudian timbullah niatan hati untuk menghabisi gadis, karyawati di Hotel Melati, Bandung, tersebut. Untuk itu ia minta kepada Sii Hartati agar mengajak Nani berekreasi ke Jatiluhur. Berhasil. September 1981, Siti dan Nani, yang belum begitu akrab, berwisata ke waduk tersebut. Rupanya, di suatu tempat yang sudah ditentukan, Mamar, pacar Nani, dan kawanannya sudah menunggu. Sementara itu, kedua gadis tadi menikmati keindahan alam, menyusuri lembah perbukitan dekat Kampung Ciseuti. Langkah kaki mereka menuju ke sebuah hutan lindung di Bedeng Hijau -- sekitar 12 km dari Bendungan Jatiluhur. Hari pun semakin sore, matahari kian meredup. Dalam suasana sunyi itu, tiba-tiba Mamar muncul dengan tiga kawan -- Mawar, Ucok, dan Taufik. Mereka lalu menyergap, memegangi tangan dan kaki Nani. Dengan cepat dan beringas Ucok menggorok leher Nani dengan celurit. Wanita asal Cimahi itu pun tewas seketika. "Kami bertiga memang memegangi tangan dan kakinya, dan Ucok yang menggoroknya," kata Taufik kepada TEMPO. Sedangkan Siti melihat kebiadaban itu menggigil ketakutan. Lain tidak. Kemudian buru-buru mayat itu dilemparkan ke sebuah got dekat pancuran yang bermuara ke Waduk Jatiluhur. Aman. Ucok dan kawan-kawan selamat kembali ke Bandung. Dan berita kematian Nani pun hilang seakan tak berbekas. Polisi yang kemudian mengusut mayat perempuan mengambang di Waduk Jatiluhur, 1981, tak menemukan jejak. Akan halnya komplotan tadi menugasi Taufik mengawini Siti Hartati. Agar Siti tak buka suara, tentu. Merasa belum cukup mampu, mereka kumpul kebo. Sementara Taufik hidup dari penghasilan yang tidak menentu, Siti memilih profesi sebagai pelacur di Saritem, Bandung -- atas izin Taufik. Bagaimana halnya dengan Ucok dan Mamar? Keduanya meninggal ditembus peluru oleh yang pernah disebut sebagai "penembak misterius". Sedangkan Mawar tidak diketahui nasibnya. Konon, kawanan itu memang dikenal sebagai preman yang biasa beroperasi di terminal Kebon Kelapa, Bandung. Taufik dan Siti masih melanjutkan perjalanan. Ternyata, bahtera itu dilanda perpecahan meski telah membuahkan seorang anak. Hasil perolehan Siti dari menjual diri itu diminta secara paksa oleh Taufik untuk acara mabuk-mabukan. Mereka kian terjepit pada ekonomi yang pahit. Lalu keduanya hijrah ke Jakarta, tinggal di sebuah rumah kontrakan di Rempoa, Jakarta Selatan, sejak Mei lalu. Siti dengan mudah mendapatkan pekerjaan pada sebuah panti pijat di bilangan Pondok Pinang. Sementara itu, Taufik tetap menganggur. Kadang, bila lagi ada yang mengajak dan dia senang, ia bekerja sebagai buruh bangunan. TAPI pertengkaran pun kian sering terjadi -- karena soal lama: Taufik sering menjarah hasil keringat Siti. Sampai suatu saat, entah karena tak kuasa lagi menahan diri, Siti melaporkan pasangannya yang keras, suka memukul, itu ke Polres Jakarta Barat. Bahkan tidak hanya itu. Wanita berprofesi penghibur itu malah membeberkan keterlibatan Taufik dalam pembunuhan atas diri Nani Aryani, lima tahun lalu. Terbukalah tabir yang selama ini ditutup rapat. Taufik pun ditangkap, dan kepada polisi ia mengakui semua perbuatannya. Kepada TEMPO, Taufik mengaku terlibat peristiwa Jatiluhur karena terpaksa. "Saya dipaksa ikut menghabisi nyawa Nani. Saya sendiri sebenarnya tidak tega waktu itu," katanya. Agus Basri Laporan Aji Abdul Gofar (Biro Jawa Barat)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus