Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Menculik "adik-adik" ganteng

Dedi mulyana, 24, dituduh menculik 3 anak laki-laki belasan tahun untuk pemuas nafsunya. para korban setelah diberi cincin menjadi penurut. tertangkap di desa suryabahari, Tangerang.

4 Februari 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIGA anak belasan tahun menghilang dari tiga desa yang berbeda, di Jawa Barat. Siapa sangka bahwa ketiga anak laki-laki itu tanpa sadar, berbulan-bulan, dibawa menggelandang oleh seorang pemuda, Dedi Mulyana, 24 tahun. Kisah itu terungkap setelah pemuda tersebut ditangkap penduduk di desa nelayan Suryabahari, Tangerang, Minggu malam dua pekan lalu. Yang mengagetkan, Dedi, yang konon mempunyai ilmu pelet, mengaku menjadikan anak-anak itu sebagai pemuas nafsu seksnya. Ia diduga menderita semacam kelainan seks, yang dikenal dengan pedophilia (penderita hanya terangsang kepada anak-anak). Selain itu, pemuda berwajah memelas, bertubuh kurus, dan berkulit hitam itu juga mengaku selama petualangannya telah mempekerjakan bocah-bocah itu sebagai buruh pada orang lain. Pada awal Agustus lalu, Dedi, yang mengaku berasal dari Bandung, muncul di Kampung Ranca Mumpang, Ujung Berung, Bandung. Karena kasihan, seorang penduduk menampung lelaki berpakaian kumal itu. Tapi esoknya, Dedi menghilang bersama Nanang -- bukan nama sebenarnya -- 14 tahun, seorang siswa kelas II, SMP di desa itu. Nanang kabarnya dapat dibujuk Dedi, sepulang sekolah. "Mau nggak belajar ilmu sakti," bujuk Dedi. Semula Nanang menolak. Tapi belakangan, cerita Nanang, ia jadi menurut, setelah Dedi memegang pergelangan tangannya dan memasangkan sebuah cincin serta kalung ke jari dan lehernya. Bahkan setelah itu, menurut anak sulung Dadang, seorang buruh tani itu, ia lupa orangtua dan kampung halamannya. Nanang ternyata dibawa ke Jakarta oleh Dedi dengan menumpang kereta pengangkut pasir ke Jakarta. Di Ibu Kota, bocah berwajah ganteng itu disuruh Dedi bekerja sebagai tukang cuci piring selain melayani kelainan seksnya. Tak lama di Jakarta, Nanang dibawa Dedi ke Cirebon. Di kota ini, persisnya di Desa Suci, mereka mengaku bersaudara dan anak yatim. Kepala Desa Suci, Marta, menjadi iba dan menampung mereka. Marta semakin tertarik karena Dedi rajin sembahyang dan bisa pula mengajar anak-anak mengaji. Salah seorang murid Dedi adalah Bandi, 11 tahun. Dialah korban Dedi berikutnya. Setelah enam hari berada di desa itu, pada 28 Agustus, Dedi kabur bersama Nanang dan korban barunya, Bandi. Warga desa geger. Marta dan ayah Bandi, Tamir, sibuk mencari mereka. Tak ketemu. "Uang saya Rp 500 ribu hasil ngutang kiri-kanan habis buat mencari anak saya," kata Tamir. Mereka ternyata kabur ke Jakarta. "Saya sempat mengunjungi 25 desa bersama Kak Dedi," tutur Bandi, yang kini sudah kembali berkumpul dengan orangtuanya. Itulah sebabnya, murid SD kelas V yang peringkat kedua itu jadi lebih hitam. Seperti halnya Nanang, Bandi juga "menurut" setelah diberi Dedi cincin dan kalung. Di Jakarta, misalnya, bocah berwajah manis itu patuh saja disuruh Dedi menjadi penggembala bebek, mencari rumput, kendati upahnya yang diterimanya diambil Dedi. Bandi juga mengaku pernah disuruh telanjang dan diciumi "kakak"-nya. "Tapi saya nggak digituin, yang digituin, mah, Nanang dan Nasir," kata Bandi polos. Siapa Nasir? Anak usia 14 tahun, siswa kelas I madrasah tsanawiyah di Desa Suryabahari, Tangerang, itu tercatat sebagai korban Dedi terakhir. Pada 18 Januari lalu Nasir asyik menonton orkes di desanya. Ketika itulah, Dedi mendatangi dan membujuknya. Nasir akhirnya mengikuti kemauan Dedi setelah lelaki itu mengancam akan membunuhnya dan membuat gila ibunya. Lenyapnya Nasir dari desanya membuat warga sibuk mencari. Pada Sabtu, 21 Januari lalu, ada empat anak telantar ditampung Haji Mu'i di Desa Tegal Kunir -- sekitar tujuh kilometer dari Suryabahari. Mamat, seorang penduduk yang pernah menampung Dedi di rumahnya, buru-buru berangkat ke situ. Benar saja, Mamat menemukan Nasir bersama Dedi dan.kedua "adik"-nya. Tapi ketika Mamat menyampaikan maksudnya kepada Haji Mu'i, Dedi kabur lewat pintu belakang bersama Nanang dan Nasir. Tapi Bandi ketinggalan. Dedi, yang mengira Bandi dibawa ke rumah Mamat di Suryabahari, esok malamnya, muncul di desa itu. Ia mengutus Nasir, penduduk Suryabahari, mencari Bandi ke rumah Mamat. Ternyata, Nasir tak menemukan Bandi di rumah itu. Anak itu sebelum kembali ke tempat persembunyian Dedi, malah mampir ke rumahnya sendiri untuk mengambil pakaian. Gara-gara itu, Nasir kepergok ibunya sendiri. Sang ibu tentu saja memeluk anaknya erat-erat. Penduduk pun segera mengerumuni anak itu. Tapi Nasir ketika itu seperti kehilangan ingatan dan tak sepatah pun menjawab pertanyaan penduduk. Baru setelah cincinnya dicopot, anak itu menunjukkan tempat persembunyian Dedi dan Nanang di pinggir desa itu. Malam itu Dedi ditangkap penduduk. Semula Dedi tetap bersikeras bahwa Nanang benar-benar adiknya dan memeluk anak itu erat-erat. Tapi penduduk yang tak sabaran akhirnya merenggutkan Nanang dan mencopot cincinnya. Nanang pun seperti tersadar dari mimpi, dan mengaku diculik Dedi dari kampungnya. Penduduk pun menghajar Dedi, sebelum menyerahkannya ke polisi Polres Tangerang. Dedi ditahan dengan tuduhan penculikan dan mencabuli anak-anak. Kalau tuduhan itu benar, agaknya, Dedilah terdakwa pertama untuk kejahatan aneh itu.Laporan Biro Jakarta dan Bandung

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum