Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Menghitung manipulasi & derma si...

Berkas perkara manipulasi pajak jos soetomo selesai diusut. banyak diketemukan bukti-bukti manipulasi. (hk)

23 Juli 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERKARA si 'Raja Kayu' Jos Soetomo selesai diusut. Kabarnya cukup banyak bukti manipulasi pajak sang dermawan. Dan semua sumbangan dan dana sosialnya ternyata tidak seberapa dibanding kerugian negara. "Semua saya serahkan kepada Tuhan," cuma itu ujar Jos Soetomo. NASIB si raja kayu H.M. Jos Soetomo sudah bisa dipastikan. Tim Khusus yang dibentuk Kejaksaan Agung, yang mengusut pajak dan bea masuk di perusahaan-perusahaan Jos, telah menyelesaikan tugasnya menjelang Lebaran lalu. Kini berkas perkara itu sudah digenggam Jaksa Agung Muda bidang Pidana Khusus Himawan, untuk diteruskan ke pengadilan. "Dari pemeriksaan, menurut catatan kami kasus itu cukup kuat untuk diadili," ujar salah seorang pemeriksa. Pemeriksa itu menemukan bukti-bukti ada manipulasi pajak dan bea masuk peralatan dan kendaraan pada 6 perusahaan Jos yang tergabung dalam PT Sumber Mas Group, pengelola jutaan hektar hutan, industri kayu lapis dan penggergajian kayu di Kalimantan Timur dan Jawa Timur. "Hampir semua kewajiban pajak perusahaan-perusahaan itu dilalaikan," kata sumber TEMPO yang lain. Dugaan sementara kejaksaan, jumlah manipulasi berupa pembayaran iuran hasil hutan, iuran pengusahaan hutan, bea masuk kendaraan dan peralatan untuk perusahaan kayu itu, dan juga pesawat terbang serta kapal ponton, meliputi Rp 6 milyar. Kasus Jos Soetomo yang diungkapkan Jaksa Agung Ismail Saleh, bulan puasa lalu, menggemparkan juga. Sebab si raja kayu itu dikenal sebagai dermawan besar. Ratusan juta rupiah dikeluarkannya setiap bulan untuk membangun dan menyumbang berbagai tempat ibadat di Kalimantan Timur. "Hampir semua tempat ibadat di daerah ini kebagian jatah -- dan kelas ratusan ribu sampai jutaan," ujar seorang kenalan dekat Jos Soetomo. Salah satunya Masjid Baitul Rahim di Sungaipinang yang berharga lebih dari Rp 100 juta dan merupakan satu di antara 26 masjid lainnya. Jos juga mengaku mendirikan sebuah sekolah, lengkap dengan perpustakaannya, dengan biaya Rp 2,5 milyar. "Tiga puluh persen dari penghasilan saya untuk dana sosial. Saya pikir tidak rugi beramal seperti itu," kata Jos, 38 tahun, suatu ketika kepada TEMPO. Cerita Jos itu, menurut seorang ulama, bukan cerita bohong. Kedermawaannya mengherankan banyak orang. Jos, bapak dari 8 anak itu, dilahirkan dengan nama Kang King Tek di Desa Senyiur, Samarinda, pada 1980 memberangkatkan 80 orang ke Mekah. Sekelompok alim ulama daerah itu pernah juga diberinya hadiah bertamasya ke . . . Hong Kong. Dan yang sempat menjadi berita besar adalah hadiahnya sebuah pesawat terbang, Cessna, untuk dakwah Islam di Kalimantan yang diresmikan pemakaiannya oleh Menteri Agama (waktu itu) Alamsyah, dua tahun lalu. "Kedermawanan pengusaha seperti Tomo patut dicontoh," ujar Alamsyah sembari meletakkan batu pertama pembangunan Rumah Sakit Islam Al Ittihad di Gunung Kelua Samarinda (1981). Rumah Sakit hadiah Jos itu rencananya dibangun dengan biaya Rp 3 milyar. Selain dermawan, Jos Soetomo yang mengaku pernah jadi kuli itu, juga dikenal kaya raya. Di Kalimantan Timur tidak kurang 5 buah rumah mewah dimilikinya. Berikut sebuah istana di atas puncak bukit di Loa Janan. Kendaraannya terdiri dari beberapa mobil Mercy, dua buah pesawat pribadi jenis Cessna, dan kapal motor seharga Rp 600 juta. Milyuner yang memulai karier dari bawah itu juga dikenal sangat dekat dengan pejabat. Gubernur Ery Supardjan, yang diganti 20 Juni lalu, disebut-sebut sangat dekat dengannya. Sebab itu pula, menurut sumber di kejaksaan, ia dibiarkan menunggak kewajiban-kewajibannya kepada pemerintah daerah. "Tapi waktu ia minta menghadap gubernur baru, ia ditolak," kata sumber TEMPO di Samarinda. Gubernur Soewandi baru mau menerimanya kalau ia mencicil utangnya. Upaya Jos mencicil utangnya sebesar Rp 100 juta setelah diusut kejaksaan malah dianggap Soewandi sebagai kurangnya "itikad baik" pengusaha itu (TEMPO 9 Juli). Di bidang organisasi, Jos juga cukup menonjol. Ia penasihat AMPI, Bakom PKB dan aktif di Golkar. Pada Pemilihan Umum 1982 ia merupakan calon tetap nomor 4 dari Golkar untuk kursi DPRD. Tapi sumber lain menyebutkan, selain donatur Golkar, ia juga penyumbang kontestan lain. "Sebab itu itikad baiknya diragukan pemerintah," tambah sumber tadi. Dan di TPS-TPS di pabriknya, ternyata, Golkar dikalahkan kontestan lainnya. Semua kehebatan Jos, seperti membangun masjid, menurut seorang jaksa, hanya untuk mengelabui masyarakat. "Uang negara yang dicuri 10, yang disumbangkan hanya 1," bak kata pejabat kejaksaan itu. Berdasarkan pengusutan, tambah jaksa itu, beberapa proyek yang dikabarkan dari Jos Soetomo ternyata tidak benar. Bahkan, rumah sakit yang batu pertamanya diletakkan Alamsyah, sampai sekarang baru tingkat pematangan tanah. "Tidak ada kabar kelanjutan pembangunannya lagi," ujar seorang buruh di sana. Konon pesawat Cessna yang disumbangkan Jos Soetomo untuk dakwah pun kabarnya sekarang nongkrong di Jakarta. Tuduhan pejabat kejaksaan itu tidak berlebihan. Seorang pembaca TEMPO, Ruslan Effendi, yang mengaku bekas karyawan PT Kayan River Timber Products, telah membeberkan terjadinya manipulasi di perusahaan itu tahun lalu. Menurut Ruslan, yang juga mengaku mengirimka data ke instansi berwenang, semua pajak impor perusahaan itu sejak 1972 tidak dilunasi bea masuknya oleh Jos Soetomo. Ruslan juga menyebutkan dua orang kepercayaan Jos, B.F. Caburian dan Robert Wong, telah membakar semua dokumen-dokumen impor yang belum dibayar bea masuknya. Karena banyaknya kecurangan terhadap negara itu, kata Ruslan, ia memohon berhenti dari perusahaannya (TEMPO, Kontak Pembaca, 28 Agustus 1982). Jos Soetomo, yang masih bebas menjalankan usahanya dan hanya mendapat larangan bepergian ke luar negeri, tak berkomentar. "Lagi kena musibah. Kalau dulu menikmati manisnya, sekarang terkena pahitnya," kata Jos Soetomo kepada TEMPO minggu lalu. "Tapi, moga-moga ini juga tidak terlalu pahit," tambahnya. Ia membenarkan punya tunggakan utang sebanyak Rp 3 milyar lebih dari pajak perusahaannya PT Kayan River Timber. Perusahaan PMA itu, katanya, dulu patungan lembaga veteran dengan Filipina. Ketika perusahaan yang mempunyai konsesi hutan seluas 1,2 juta hektar itu bangkrut, 1978, Jos Soetomo mengambil alih. Semula, perusahaan itu mendapat fasilitas keringanan berbagai pajak, tapi sejak 1982 semua fasilitas itu dicabut dan ketentuan itu berlaku surut sampai 1980. "Sebab itu ada tunggakan sebanyak itu dan itu pun," katanya, "telah dicicil Rp 300 juta". "Kita lihat sajalah, nanti masyarakat yang akan menilai," kata Jos Soetomo yang mengaku memberikan semua bahan tentang pajak itu kepada kejaksaan. Namun ia berang kalau dianggap berpura-pura beragama Islam dan memberikan derma untuk masjid-masjid. "Iman itu hanya Tuhan yang tahu dan tidak bisa dipermainkan," katanya kepada TEMPO.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus