Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mata lelaki itu menatap perempuan yang duduk di Starbucks Coffee, Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat. Lelaki itu mendekat dan menepuk pundak perempuan yang belum pernah dikenal sebelumnya itu. ”Lo pilih mana, cowok baik atau cowok buruk?” tanyanya mantap.
Perempuan itu semula menampakkan raut bertanya. Mungkin dia bepikir, ”Siapa lelaki ini?” Namun, setelah melihat penampilan sang lelaki yang lumayan oke, penuh percaya diri, dan menawarkan topik pembicaraan menarik, perempuan itu terpancing untuk bicara. Beberapa menit kemudian, mereka sudah tampak akrab.
Itulah kehebatan yang diperlihatkan lelaki yang punya nama samaran Lex dePraxis kepada Tempo, dua pekan lalu. Ini bisa terjadi bukan karena lelaki 27 tahun itu memperoleh ilmu pemikat dari seorang dukun pelet. Namun dia memiliki ”ilmu” yang kini ditularkannya kepada para peserta program pengembangan diri di Hitman System.
Pada dasarnya, Hitman System menyediakan jasa konsultasi dan pelatihan pengembangan diri yang berfokus pada dunia romansa khusus lelaki. Ini adalah lembaga pertama yang khusus berfokus pada bagaimana mengembangkan kemampuan laki-laki memikat lawan jenis. Di tempat ini, para lelaki yang tak kunjung ”laku” akan dipoles agar pintar bergaul dengan perempuan dan akhirnya menemukan pasangannya.
Lihat pengalaman Cygnus Spartan—juga nama samaran—yang merupakan satu dari ratusan lelaki yang telah terbantu mengatasi persoalannya berkat pendidikan lembaga yang berdiri sejak 2006 ini. Dulu, Cygnus mengaku sangat sulit mendekati perempuan. Sekalinya berhasil, hanya jadi ”ban serep”. ”Saya dijadikan pacar kelima,” kisahnya.
Cygnus pun kemudian bertekad mengubah diri from lossy to glossy, dari lemah menjadi bersinar—seperti janji perusahaan ini— dengan mengikuti paket pelatihan Hitman. Setelah selesai workshop, semua ilmu yang didapat ia praktekkan. Kini anggotastaf marketing di sebuah toko penjual mobil itu begitu mudah berkenalan, bahkan untuk mengajak perempuan makan malam. Dia sudah menjadi master, dan diminta menjadi salah satu instruktur.
Jangan salah. Hitman bukan biro jodoh, yang menyediakan waktu dan tempat untuk pertemuan peserta laki-laki dengan perempuan. ”Kami tidak menyediakan foto-foto yang kemudian dipilih para peserta,” kata Jet Veetlev—ini juga nama samaran—pendiri Hitman yang lain.
Hitman sebenarnya lebih seperti kursus kepribadian, yang mengarah pada pembentukan perilaku yang memukau perempuan. Di biro ini, peserta diberi bekal khusus agar lebih percaya diri. Berbekal ”ilmu” tersebut, dia akan mampu berkenalan dengan sebanyak mungkin perempuan. Nah, dari sekian banyak perempuan itulah kemudian peserta biasanya bakal menemukan yang benar-benar cocok.
Cara membangun kepercayaan diri pada para lelaki ini cukup unik. Ketika Tempo mencoba ikut menjadi salah satu peserta pelatihan, instruktur memberikan beragam jurus menaklukkan kaum Hawa.
Sejumlah metode mendekati perempuan yang lazim digunakan selama ini, menurut sistem ini, justru salah besar. Soalnya, semua itu membuat para lelaki sangat bergantung pada perempuan yang belum tentu menyukainya. Misalnya saja, seorang lelaki mengirim pesan pendek (SMS) yang tidak penting sekadar memperlihatkan perhatian kepada wanita pujaannya. Isinya biasanya, ”Sudah makan belum?”, ”Tadi di kampus ngapain?”, ”Lagi ngapain sekarang?”.
Tidak hanya itu, lelaki juga kerap menyediakan dirinya, kapan saja, buat perempuan yang diimpikannya. ”Bahkan kepentingan diri sendiri dikorbankan,” kata Lex, yang sehari-hari bekerja di sebuah sekolah kepribadian ini.
Kekeliruan lain, para lelaki juga terlalu menganalisis proses hubungan mereka dengan perempuan. ”Kebanyakan dipikirin. Semuanya dianalisis. Misalnya, biasanya SMS, ini kok seharian nggak SMS? SMS-ku kok enggak dibales-bales?” kata Kei Savourie mencontohkan.
Dari semua kebodohan itu, kesalahan terbesar lelaki adalah nembak alias menyatakan perasaan cinta kepada pujaan hatinya. Setelah itu, si lelaki menunggu jawaban dari perempuan. Ini cara yang keliru.
Sebagai jurus pengganti, Hitman System menerapkan serangkaian cara untuk membuat para perempuan menjadi lebih membutuhkan lelaki. Salah satunya adalah penggunaan nama samaran, sebagai pertanda bahwa peserta telah memiliki identitas baru sekaligus memberikan kesan misterius. Maka, ketika masuk lingkungan mereka, amat sulit menemukan nama seperti Suharto, Harmoko, atau Sudharmono. Yang lazim adalah nama seperti Cygnus Spartan, Lex dePraxis, Kei Savourie, atau Jet Veetlev—sayang, dalam tulisan ini, mereka juga menolak melepas nama samaran.
Yang menarik, perempuan jangan dianggap sebagai barang pecah belah yang selalu dijaga, seperti dibukakan pintu mobil. Mereka harus diperlakukan biasa saja. Bahkan jangan sungkan melontarkan jerk and joke, ledekan dan guyonan. Seperti, ”Bajumu beli di tempat diskon ya?”
Jurus-jurus tersebut ditemukan tiga pemuda Lex dePraxis, Kei Savourie, dan Jet Veetlev, pendiri Hytman System. Mereka semua adalah mantan pecundang. Lex, misalnya, pernah menjalin hubungan dengan seorang perempuan. Selama dua tahun setelah nembak, dia tidak memperoleh jawaban apa-apa. Nah, pada akhir tahun kedua itulah, kata Lex, ”Ternyata dia menolak saya.” Apes!
Dipersatukan oleh berbagai kesialan dalam mencari pasangan, mereka kemudian bertemu dan merumuskan serangkaian jurus mengatasi masalah yang ternyata banyak ditemui lelaki di dunia ini. Setelah rumus baku ditemukan, mereka ”membuka lowongan” bagi peserta di Internet sebagai uji coba. Tanpa diduga, jumlah peserta cukup banyak. Rata-rata usia mereka 20-30 tahun. ”Ada juga sih yang di atas 40 tahun,” kata Kei.
Para peserta kemudian dipersilakan mengikuti pelatihan dua hari, pada Jumat dan Sabtu. Workshop digelar tiap bulan di berbagai kota dengan biaya Rp 1,2 juta per orang.
Setelah mengikuti pelatihan, peserta boleh mengikuti pertemuan sesama peserta sekaligus konsultasi dengan para instruktur. Kali ini mereka tak perlu membayar. Jika masih kurang, peserta boleh berkonsultasi lewat telepon. Selain dua acara tersebut, setiap tahun digelar seminar untuk umum.
Kenapa biro ini berhasil punya 200-an alumni aktif yang biasa bertemu, hanya dalam waktu kurang dari tiga tahun? Menurut psikolog anak dan remaja dari Universitas Indonesia, Vera Itabiliana, karena pelatihan ini mudah diserap dan diterapkan. Itulah yang membuat gampang tumbuh rasa percaya diri pada para peserta. ”Apalagi ada prakteknya,” katanya.
Pada 14-15 November ini, Hitman kembali mengadakan workshop. Ini yang kedua setelah mereka cukup percaya diri untuk mengadakan konferensi pers, September lalu. Selama tiga tahun sebelumnya, mereka menggelar aktivitas tanpa gembar-gembor kepada pers.
Tertarik ingin bertransformasi dari lossy to glossy? Ya, mungkin yang selama ini masih merasa jadi pecundang bisa mencoba ikut pelatihannya. Namun, menurut trio pendirinya, mendekati perempuan untuk diajak ngobrol tak selalu berhasil.
Nah, bagaimana dengan kaum perempuan? Tertarikkah Anda pada kemisteriusan nama para lelaki tersebut dan berbagai jurus mereka?
Nur Hidayat, Iqbal Muhtarom
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo