Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Misteri pistol kaliber 22

Tim lbh berhasil menemui siradjuddin alias pakde, tertuduh pembunuhan dice. banyak pembuktian yang masih ngambang, misalnya sekitar satpam abas yang meminjamkan pistol dan jenis pistol itu sendiri.(krim)

20 Desember 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KASUS Dice terus memikat. Apalagi, tampaknya, makin lempang menuju sidang pengadilan terbuka. Sabtu pekan lalu, tim Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta berhasil menemui Siradjudin alias Romo alias Pakde, tersangka pembunuh bekas peragawati itu. "Setelah kami jelaskan haknya, dia mau didampingi pembela," ujar Abdul Hakim Garuda Nusantara. Selain dia, pembela lainnya adalah Luhut Pangaribuan, Mas Achmad Santosa, dan Palmer Situmorang. Yang terakhir ini bukan dari LBH, melainkan pengacara anak angkat Pakde, yang telah mendampinginya ketika pihak Polsek Cimanggis dan Polres Bogor menyidik kasus pembunuhan Nyonya Endang (TEMPO, 13 Desember). Memang, setelah penjelasan resmi Kapolda Jakarta, Mayjen Poedy Sjamsoedin, Senin pekan lalu, banyak pertanyaan masih terapung. Pihak pers menyayangkan tak diberi kesempatan untuk mewawancarai tersangka, juga satpam yang diduga meminjamkan pistol kepada Pakde. Pistol itulah, alat pembunuh yang memuntahkan lima peluru dan menyudahi hidup Dice, yang mengundang banyak perhatian. Ada berbagai komentar, setelah gambar pistol itu dimuat di media massa. Banyak yang menyangsikan bahwa itu pistol kaliber 22 seperti disebutkan oleh Kapolda. Namun untuk sebuah bukti nyata di depan mata mestilah polisi -- yang sudah barang tentu paham mengenai berbagai jenis senjata -- tak sembarangan menyebut kaliber. Seorang pengurus Perbakin memperkirakan, pistol yang gambarnya banyak dimuat media massa itu dari jenis revolver yang biasa disebut Smith Wesson Master Piece. Ia pun menduga senjata tersebut dari kaliber 22 LR (Long Rifle), dengan panjang laras 6 inci. Pistol buatan Amerika ini, katanya, "Pelurunya memang kecil, tapi punya daya rusak tinggi." Dalam jarak 50 meter, masih efektif, dan bila ditembakkan dari jarak 10-15 meter masih mungkin membunuh orang. Suara letupan dan luka akibat peluru ini kecil, tapi mematikan pada sasaran yang tepat. Itu sebabnya pistol ini digemari mafia di AS. Sedang di sini, pistol jenis ini cukup populer di kalangan anggota Perbakin bukan untuk menembak orang, tapi untuk olah raga menembak. Seperti dijelaskan oleh Kapolda, pistol tersebut berasal dari satpam Bapindo. Setidaknya ada 18 pistol sejenis yang digunakan secara bergantian oleh 30-an Satpam bank tersebut yang kebetulan bertugas. Abas, satpam yang diduga meminjamkan pistol itu, bekerja di bank ini sejak 1982 dan sudah diangkat sebagai karyawan. "Dia menjabat komandan regu," kata sumber itu. Artinya, dialah yang memimpin 8-9 anak buah dalam satu aplusan. Ada tiga aplus di bank itu, yang bertugas menjaga keamanan kantor selama 24 jam. Di hari kejadian, 8 September, Abas bertugas mulai pukul 15.00 hingga 23.00. Sulit diketahui apakah dia sempat meninggalkan tempat tugasnya pada jam-jam tersebut. Menurut polisi. Pada pukul 17.00 Abas jelas berada di rumah Pakde di Pasar Rebo, Jakarta Timur. Setelah menyerahkan pistol, lengkap dengan kelima butir pelurunya, ia balik ke kantor. Abas, menurut polisi, berani meminjamkan pistol dinasnya karena Pakde mengatakan senjata api itu hanya akan digunakan untuk mengetes besi kuning yang akan dijadikan jimat. Pada pukul 21.00, seperti yang dijanjikan, Abas sudah muncul kembali di rumah Pakde untuk mengambil pistolnya. Dengan kendaraan bermotor, jarak Bapindo-Pasar Rebo bisa ditempuh sekurangnya dalam waktu satu jam. Rupanya, saat Abas muncul, Pakde belum kembali. Ia, kabarnya, sampai tertidur dan baru terbangun setelah tuan rumah kembali, sekitar pukul 23.30. Ia menerima kembali pistolnya beserta uang Rp 150 ribu. "Karena yang memerlukan besi kuning orang berduit," begitu kata Pakde waktu ditanya. Seumpama terbukti di pengadilan, bahwa peluru yang bersarang di tubuh Dice dari satpam itu, tidakkah ia mendapat pertanyaan gencar dari atasannya, untuk mempertanggungjawabkan lenyapnya lima peluru? Setidaknya, komandan regu aplusan berikut yang menggantikannya, dan menerima pistol secara estafet dari tangannya, akan segera tahu tentang hilangnya anak peluru. Padahal, kata sumber TEMPO, "Tak pernah ada laporan atau berita acara soal kehilangan anak peluru dan satuan satpam tersebut." Adakah Pakde sendiri memang sudah menyediakan peluru? Lalu soal hubungan antara Abas dan Pakde? Sebuah sumber mengatakan, bisa saja mereka sudah saling mengenal, karena mereka tinggal di satu kawasan. Dan kebetulan, ada pula seorang anak Pakde yang bekerja sebagai satpam. Sementara itu, Nyonya Fatma, istri keenam Pakde, tetap tak yakin suaminya membunuh Dice serta Endang, wanita pengusaha yang juga suka minta pertolongan kepada Pakde, yang terbunuh di kawasan Cimanggis, Oktober lalu. "Malam itu, berani sumpah, suami saya ada di rumah menerima tamu-tamu yang datang meminta bantuan," katanya. Ia sekaligus menyangkal seolah Abas, di malam kejadian sampai dua kali datang ke rumahnya, bahkan sampai tertidur segala. "Saya tahu hampir semua tamu atau kenalan Romo. Tapi saya tak kenal anggota satpam bernama Abas," katanya lagi. Sementara itu, Kapolri Letjen Mochamad Sanoesi tetap berpegang pada hasil pemeriksaan dan penyidikan anak buahnya. "Masyarakat memang aneh. Polisi yang sudah bersusah payah siang malam, setelah berhasil, eh, dikira bikin skenario. Itulah kalau racun isu sudah merasuki pikiran," ujar Sanoesi kepada TEMPO. Sementara itu, asas praduga tak bersalah memang masih ada.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus