Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menduga teror pembakaran puluhan kendaraan di Jawa Tengah sudah terencana. Sebab, seluruh kejadian teror pembakaran yang terjadi sejak akhir tahun lalu itu memiliki pola serupa. "Ini situasi yang berulang. Jadi, saya pikir ini penting untuk didalami, apakah ini peristiwa yang by design atau kebetulan. Tapi, kalau kebetulan, kenapa berantai? Ini yang sedang didalami," ujar Moeldoko di Jakarta, Senin, 11 Februari 2019.
Baca: Soal Teror di Semarang, Moeldoko Ingatkan Isu Penganiayaan Ulama
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Moeldoko, modus pembakaran mobil ini juga mirip dengan teror orang gila yang menganiaya para ulama pada tahun lalu. Seluruh ulama yang menjadi korban dalam teror ini tak terkait satu sama lain. Alamat korban pun tersebar di sejumlah daerah di Jawa Timur. "Jadi bisa, sangat mungkin (by design). Untuk pemanasan, bisa juga begitu. Tapi kami tidak ingin membuat polemik. Kami hanya ingin mendalami tujuannya apa, siapa pelakunya, dan seterusnya. Motifnya yang paling penting," ujar dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Teror pembakaran kendaraan bermotor mulai terjadi pada akhir tahun lalu. Kejadian semula terjadi di Kendal. Satu unit mobil di Desa Botomulyo, Kecamatan Cepiring, hangus terbakar saat sedang diparkir. Peristiwa diperkirakan terjadi pada pukul 04.00 subuh. Sebanyak delapan peristiwa serupa di Kendal terjadi beruntut setelahnya.
Pembakaran kendaraan merembet ke Kota Semarang, Ungaran, dan Grobogan. Hingga kini, setidaknya total 28 kejadian pembakaran yang menghanguskan 30 unit kendaraan. Modusnya sama. Peristiwa terjadi saat dinihari hingga subuh. Alat yang digunakan untuk membakar kendaraan adalah selembar kain yang sudah disiram minyak. Kain tersebut lantas dilemparkan ke arah garasi melalui celah pagar.
Baca: Soal Teror di Jawa Tengah, Timses Jokowi: Sangat Terorganisir
Polisi masih menyelidiki pelaku dan motif pembakaran tersebut. Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jawa Tengah, Komisaris Besar Agus Triatmaja, mengatakan polisi susah mengidentifikasi pelaku lantaran kamera pengintai yang menangkap wajah pelaku memiliki resolusi rendah. Akibatnya, wajah pelaku tak terlihat jelas. Para saksi yang dimintai keterangan pun tak ada yang melihat langsung saat kejadian. "Kami tidak mau menduga-duga siapa pelakunya. Kami masih bekerja keras," kata Agus saat dihubungi Tempo.
Indonesia Police Watch (IPW) menduga teror pembakaran kendaraan bermotor di Jawa Tengah ini bertujuan untuk mengganggu jalannya pemilihan presiden 2019. Apalagi, peristiwa terjadi di daerah paling panas menjelang pilpres. Jawa Tengah merupakan lumbung suara pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pun saat ini tengah membangun basis di wilayah itu. Ketua Presidium IPW, Neta S. Pane, menduga pembakaran dilakukan untuk memprovokasi pemilih. "Bukan mustahil ada kelompok tertentu yang memancing di air keruh untuk membenturkan kedua kubu," ucap dia.
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan pembakaran yang dilakukan di Jawa Tengah bisa dikategorikan sebagai kejahatan terorganisasi. Tujuan teror ini, menurut dia, adalah merusak suasana, ketertiban, dan keamanan. Ia menyebut wajar jika peristiwa ini dikaitkan dengan pemilihan presiden 2019. "Saya kira ini organisasi gelap yang tujuannya mengganggu stabilitas. Ini nanti akan terungkap apakah inisiatif sendiri atau digerakkan orang," katanya.
Baca: Ada Teror Pembakaran, Polri Imbau Warga Semarang Tetap Tenang
Sejak tahun lalu, Tjahjo mengatakan sudah mengingatkan pemerintah daerah untuk menggerakkan sistem keamanan lingkungan. Sistem ini mesti melibatkan kepolisian, kepala desa, Satuan Polisi Pamong Praja, dan warga sekitar untuk mencegah peristiwa tak terduga semacam teror pembakaran kendaraan.
ROSSENO AJI NUGROHO