Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Murah karena Curian

16 Februari 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JALAN sepanjang sekitar tiga kilometer di Desa Sasak Panjang, Bojong Gede, Bogor, itu penuh dengan ratusan kios onderdil motor. Terletak sekitar 40 kilometer dari Jakarta, inilah surga bagi mereka yang mencari onderdil dengan harga supermurah. ”Apa saja yang Anda cari di sini ada,” kata Anton, salah seorang penjaga kios onderdil sepeda motor di sana, kepada Tempo, yang Selasa pekan lalu bertandang ke tempat itu.

Tak hanya pendatang yang membuka kios, hampir semua pemilik rumah di Jalan Sasak Panjang memanfaatkan halaman rumahnya sebagai tempat menjual onderdil motor. Jika halaman tak cukup sebagai ”show room”, onderdil itu mereka gantung di teras rumah.

Dibandingkan dengan di toko, harga onderdil sepeda motor di Sasak Panjang memang jauh dari menguras isi kantong. Harga satu set lampu depan sepeda motor Suzuki Smash, yang di toko sekitar Rp 100 ribu, misalnya, di Sasak Panjang hanya Rp 25 ribu. Kendati tidak baru, kondisi lampu itu masih kinclong. ”Di sini memang murah,” ujar Latief, yang Selasa pekan lalu tengah berburu ”sayap” untuk sepeda motor bebek milik anaknya yang patah lan­taran tabrakan.

Latief sudah mengecek harga dua sayap itu di sejumlah toko sepeda motor. Harganya tak kurang dari Rp 600 ribu. Selasa pekan lalu, hanya dengan Rp 150 ribu ia mendapat ”sayap” itu di Sasak Panjang. ”Ongkos pasangnya cuma Rp 30 ribu,” ujarnya tersenyum senang.

Anton mengaku harga di Sasak Panjang memang lebih murah 40 hingga 70 persen dari harga di toko resmi. Tapi, dari mana asal barang itu, Anton menggeleng. Seperti kebanyakan penjual di sana, ia memilih tutup mulut jika ada yang bertanya asal-muasal barang.

Sejumlah sumber Tempo di Sasak Panjang mengakui, murahnya barang-barang di sana lantaran onderdil itu, antara lain, merupakan hasil pretelan sepeda motor curian. Barang-barang itu tak hanya berasal dari Jakarta atau Bogor, tapi juga dari kota lain di Jawa Barat. “Ini memang tempat penjualan onderdil dari sepeda motor curian,” ujar sumber itu berbisik. Jika dikhawatirkan gampang dikenali, onderdil itu “disulap”. Dilas atau dilem kembali, kemudian dicat ulang.

Sasak Panjang makin hiruk-pikuk pada akhir pekan, Jumat dan Sabtu. Kios dan bengkel sepeda motor, yang membuka jasa memasang onderdil hasil pembelian di tempat itu, buka dari pagi hingga malam. Sejumlah pembeli bahkan datang membawa mobil boks. ”Ada juga yang datang dari Sumatera,” ujar seorang pemilik kios. Begitu maraknya kios onderdil itu, kini areal penjualan itu memanjang dan memasuki wilayah Citayam.

Kepala Polres Bogor, Ajun Komisaris Besar Suntana, mengakui para pencuri sepeda motor kerap menggunakan perbatasan wilayah sebagai basis operasinya. Menurut Suntana, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan Polda Me­tro untuk menangkap atau memburu para pencuri sepeda motor yang beraksi di wilayah perbatasan itu, termasuk menggerebek sejumlah kios yang ditengarai menampung onderdil curian.

Sementara di Jakarta dan Bogor ada Sasak Panjang, di Bandung ada Jatayu, yang juga merupakan surga onderdil sepeda motor. Di sini ada sekitar 200 kios. Kendati barang di sana murah, koordinator pedagang, Diman Sudira, menegaskan onderdil itu murah lantaran dipasok dari pabrik, bukan barang curian. ”Dari pabrik yang bangkrut,” katanya. Menurut Diman, pedagang di Jatayu kini jera menjual onderdil dari motor curian. Tiga bulan lalu, misalnya, tiga orang pedagang di Jatayu diperiksa polisi karena diduga menjual onderdil curian. ”Teman-teman sudah kapok,” ujar Diman.

Selain dua tempat tersebut yang merupakan surga onderdil motor, ada Malingping di Banten yang bisa disebut sebagai kota kecamatan yang banyak mendapat ”kiriman” sepeda motor tak bertuan. Tiga bulan terakhir ini, misalnya, kepolisian setempat menyita 500 motor tanpa dilengkapi selembar dokumen pun yang berseliweran di Malingping. Motor-motor itu diduga hasil curian. ”Hampir setiap pekan kami melakukan razia,” kata Kepala Kepolisian Resor Lebak, Ajun Komisaris Besar Indra Gautama.

Sejak 1980 Malingping, yang terletak sekitar 100 kilometer dari Serang, memang dikenal sebagai tempat penjualan sepeda motor hasil kejahatan. Harga sepeda motor bebek baru dibeli warga dari pemaen—demikian para penjual ”sepeda motor murah” itu disebut—Rp 2 hingga Rp 3 juta. ”Jika umur sepeda motor di atas lima tahun, harganya sekitar Rp 1 juta,” ujar Muhyidin, warga Maling­ping. Hanya, menurut Ketua Ikatan Mahasiswa Malingping ini, seiring dengan gencarnya razia dan banyaknya dealer menawarkan pembelian kredit, masyarakat kini memilih cara aman: membeli motor secara kredit.

Martha W., Agung Sedayu (Jakarta), Mabsuti (Banten), Alwan R.M. (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus