ADA sesuatu yang "tidak beres" di balik pepohonan hutan bakau di
muara Kali Tasrif (di kampung Kalenbawah, Desa Muara, Kecamatan
Cilamaya) Karawang. Begitu yang tercium oleh hidung KOPN.
Samsuri, sejak Kamis 28 Juni lalu. Sebelum itu beberapa orang
nelayan juga menyaksikan sebuah kapal motor berjalan kencang
dari timur, arah Cirebon, berbelok ke belukar dan menurunkan
sesuatu di sana.
Koptu Samsuri mengintip: ada 8 orang berpakaian seragam polisi
perairan, lengkap dengan tanda pangkat -- salah seorang di
antaranya berpangkat kapten -- sibuk dengan beberapa tumpuk
barang terbungkus karung plastik. Dua buah kapal motor polisi
tertambat tak jauh dari sana. Samsuri terus mengawasi dan
kemudian melaporkannya ke Koramil Cilamaya.
Keesokan harinya, 29 Juni siang Pelda Tarmedi memimpin 4 orang
bawahannya menggerebek hutan bakau. "Mereka tidak memberi
perlawanan," ujar Sersan Supriana menceritakan jalannya operasi.
Beberapa buah tembakan dari bedil jenis LE memang terdengar.
"Maksudnya sekedar menggertak," lanjut Supriana. Dua orang
perwira Satpolair (Satuan Polisi Perairan) Kepolisian Jakarta,
Kapten Nasip dan Letnan I Soedarno, menyerah.
Saya Sakit Hati
Kepada Pelda Tarmedi, Nasip menunjukkan surat tugas dan mencoba
menjelaskan kedudukannya: dia ini tengah bertugas dalam rangka
Operasi Rajawali. Yaitu memberantas penyelundupan di perairan
Jakarta. Tapi itu tak bisa meyakinkan penangkapnya. Dari Koramil
Cilamaya, Nasip dan Soedarno dibawa ke Kodim Karawang, bersama
54 koli sebagai barang bukti. Kedua polisi ini dilaporkan
sebagai penyelundup. (Belakangan timbul persoalan mengenai
barang bukti tersebut. Polisi menyatakan bukan 54 koli, tapi 64.
Sersan Supriana yang membereskan barang-barang itu menampik:
"Yang dihitung 'kan yang kita tahu").
Pihak Kepolisian membantah kedua orang anggotanya itu
menyelundup. Komandan Satpol Air Kodak Metro, Mavor J.B.
Sihombing, seperti dikutip Harian Berita Yudha menyatakan
"Saya sakit hati, karena anak buah saya dituduh membantu
penyelundupan. Padahal mereka bertugas dengan dedikasi yang
tinggi, tanpa memikirkan panas, ngantuk dingin dan lapar."
Segala sesuatunya memang belum jelas Kapolri telah memerintahkan
agar persoalannya dibikin beres. Beberapa orang polisi telah
mulai diperiksa oleh provost gabungan dari kepolisian dan
tentara -- mereka tidak ditahan.
Sementara itu sumber-sumber kepolisian membuka cerita versi
lain. Operasi Rajawali memang lagi mengawasi perairan utara Jawa
Barat. Sudah lama penyelundup mengincer pantai-pantai terpencil
antara Jakarta-Cirebon. Hari itu, 29 Juni sekitar jam 6 pagi,
patroli Satpolair meringkus sebuah perahu motor berikut tiga
orang awaknya. Juga dapat disita satu set alat komunikasi
(pemancar dan penerima), dua buah handie-talkie, sebuah video
taperecorder dan dua buah radio-kaset.
Perahu motor dan seorang tersangka ditahan oleh kapal polisi No
247. Sedangkan kapal lain, No 102 dan 103 yang dipimpin oleh
Kapten Nasip, membawa dua tersangka lainnya untuk menjemput 100
koli tekstil dan kosmetik selundupan eks KM Selamat Datang yang
menurut para penyelundup tadi mereka daratkan semalam di salah
sebuah sisi muara Kali Tasrif.
Menurut polisi, petugas Satpolair sudah berusaha menghubungi pos
polisi terdekat, kantor sektor kepolisian. Tapi, katanya, baik
komandan maupun wakilnya tak ada di tempat. Hanya seorang sersan
yang menerima laporan dan berjanji akan meneruskannya ke kantor
atasannya di Karawang.
Merasa telah menempuh jalan semesinya, ditambah dengan surat
perintah dari markas Satpolair di Jakarta, Kapten Nasip mulai
mengangkut barang sitaannya. Sebanyak 36 koli pertama telah
dibawa ke markas. Ketika hendak menangkat selebihnya, setelah
diketahui 2 orang tersangka mendadak kabur, datang petugas dari
Koramil menyergap.
Tidak melawan? "Apa? Kalau dilawan, habis mereka", ujar seorang
polisi di Mabak. Sebab, katanya, dengan senjata otomatis
perlengkapan polisi perairan, sergapan tentara yang cuma
berbedil biasa saja itu bukan apa-apa.
Anggota polisi perairan itu menyerah. Ketika itulah, menurut
sumber TEMPO di kepolisian, ada keinginan anggota Koramil
mengusulkan "cara damai": barang selundupan itu dibagi-bagi
saja. Karena polisi menolak, kata seorang perwira menengah
polisi, "kita dikik-balik, dituduh sebagai penyelundup.
Persoalannya memang belum jelas. Sebab baik pejabat Koramil
maupun Kodim Karawang tak bersedia memberi keterangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini