"SAYA 'kan sudah berkeluarga, jadi sebelum berangkat ke Kuala
Lumpur mengikuti Merdeka Games, perlu menjumpai isteri dulu,"
ujar Sudarno (25) orang Padang berdarah Banyumas yang jadi kiper
PSSI itu.
Tapi malang, kepergiannya meninggalkan pusat latihan sehari
sebelum rombongan berangkat itu menyebabkan Mangindaan, Tim
Manajer sekaligus pelatih, menjadi marah dan menganggapnya
sebagai tak disiplin, lalu mencoret nama Sudarno --setelah
sebelumnya ia juga mencoret Iswadi Idris. Yang bersangkutan tak
bisa ikut memperkuat kesebelasannya.
"Pada waktu itu saya sudah minta maaf, tapi tak digubris
sehingga saya pun jengkel dan menendang mobilnya," kata Sudarno
lagi. Tapi betulkah anak nomor 3 dari 9 bersaudara itu
sebelum-sebelumnya juga tak disiplin? "Silakan tanya pada
kawan-kawan. Saya rasa selama ini saya selalu mematuhi
peraturan. Dan antara saya dengan Mangindaan tidak pernah ada
perasaan dendam. Bahkan di waktu lalu hubungan kami baik
sekali."
Sejak 1973, Sudarno dipakai PSSI, waktu itu untuk memperkuat
PSSI Yunior yang tanding di Teheran. Dan sampai sekarang selalu
ikut jika PSSI bertanding, minimal sebagai pemain cadangan. Bola
sudah menjadi darah dagingnya. Sudah lama menjadi karyawan PT
Niac Jaya, sebab untuk menggelindingkan hidupnya dalam bola
adalah sulit. "Pokoknya kita musti kerja juga," katanya.
Ketika dalam Merdeka Games itu PSSI kalah 6 nol dari Korea
Selatan, apakah itu disebabkan adanya solidaritas dari Endang
Tirtana, kiper, terhadap Sudarno? "Jangan terlalu mencari-cari
alasan, ah! Nggak mungkin solidaritas-solidaritasan. Siapa sih
pemain yang ingin timnya kalah?" katanya sambil menyeringai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini