Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Si Hitam Di Warung Pojok

Amnah, seorang janda diperkosa beramai-ramai oleh 13 orang anak muda. diantaranya anak-anak pejabat setempat. perkosaan dilakukan di pantai senggigi, lombok. (krim)

27 Juni 1981 | 00.00 WIB

Si Hitam Di Warung Pojok
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
RIWAYAT hidup Amnah menyedihkan. Sehingga pada akhirnya mau tak mau ia harus menerima sebutan orang sebagai wanita nakal. Beberapa kali ia hidup menjanda -- dicerai atau ditinggal mati suami dan ditinggal pergi pacar. Wanita berusia 22 tahun ini, yang membantu Gusti Ayu pemilik kedai kopi di pojok Stasiun Bis Cakranegara, Lombok, Nusa Tenggara Barat, harus pula mengurus empat anaknya yang masih kecil-kecil. Pertengahan bulan ini musibah menimpa pula Menjelang pagi, 14 Juni lalu, aparat keamanan Kota Mataram menemukannya di Pantai Senggigi dalam keadaan runyam: sedang diperkosa beramai-ramai oleh sejumlah anak muda! Menurut ingatannya ada enam orang yang menggilirnya ketika itu. Namun petugas Garnisun menggiring 13 orang yang berada di tempat peristiwa ke Kantor Kepolisian Lombok Barat. Malam itu, begitu cerita Amnah kemudian, seorang prajurit polisi yang dikenalnya dengan sebutan Nok, hendak mengajaknya bepergian. Amnah menolak karena tengah sibuk melayani langganan kopi Gusti Ayu. Ia tetap menolak meski Nok mengancam hendak memukulnya. Tapi Nok nekat menyeret dan mendorongnya ke atas mobil Kijang yang sudah menunggu. Sopir segera melarikan Kijang menjauhi warung. Persis di bawah lampu merah, di sebuah persimpangan jalan, mobil berhenti untuk menjemput 12 orang. Sebelum melompat turun, Nok berkata -- seperti masih diingat Amnah: "Bawa dia ke mana saja . . . dia istri saya!" Kijang, yang kemudian diketahui milik seorang pejabat kepolisian, meluncur kencang menuju Senggigi, sekitar 15 km dari Mataram. Di pantai yang gelap dan sepi, tutur Amnah, mobil berhenti. Ia dipaksa bertelanjang bulat. Amnah tak bisa mengingat siapa yang memulai. Yang jelas, katanya, bergantian orang-orang muda tersebut memaksakan hasrat kepadanya yang terlentang begitu saja di pasir. orang ketujuh terhambat oleh kedatangan petugas keamanan kota. Polisi menyangka ke- 13 anak muda tujuh di antaranya pelajar sekolah menengah, seorang sopir dan seorang bekas polisi, terlibat musibah yang menimpa Amnah. Perjalanan hidup Amnah, si hitam manis bertubuh ramping, mudah menimbulkan cerita macam-macam. Bersekolah hanya sampai kelas dua SD, Amnah menikah pertama kali pada umur 16, dengan seorang buruh. Tiga tahun kemudian, setelah memperoleh dua anak, ia bercerai dari suaminya. Tapi setahun kemudian ia berumahtangga dengan seorang petani, selama dua tahun dan mempunyai seorang anak. Lalu bercerai lagi. Amnah kemudian dipelihara seseorang, dicukupi kebutuhan hidupnya tanpa terikat perkawinan, sebelum dinikah oleh suaminya terakhir. Namun, rumahtangga baru berjalan tiga bulan suaminya mati dalam kecelakaan lalulintas. Menjanda sebentar, Amnah lalu hidup bersama pemuda Bali, yang memberinya seorang anak lagi. Terakhir, Amnah berpacaran dengan seseorang, yang katanya hendak mengawininya. "Saya sekarang sudah tobat," katanya, "dan akan berusaha menjadi orang baik-baik." Namun bagi polisi tak penting benar, adakah Amnah orang baik-baik atau bukan. "Yang kami persoalkan adalah kelakuan pemuda-pemuda yang tidak senonoh itu," ujar Komandan Kepolisian Lombok Barat (Danres 1111) Letkol N. Manthera. Polisi pun lebih mudah bekerja. Sebab orang tua para tersangka yang kebetulan pejabat, kata Manthera, "sudah membuat pernyataan agar anaknya ditindak bila benar bersalah." Yang repot, belakangan muncul cerita Amnah: Seorang polisi yang ingin berdamai, katanya, menyodorinya uang Rp 200 ribu. Namun, setelah diselidiki, menurut Danres Manthera, cerita Amnah yang satu itu tak benar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus