DARMANSYAH, 37 tahun, kini membuat sibuk polisi. Selain di Polda Sulawesi Selatan dan Tenggara (Sulsera), menurut Kadispen Polda Sulsera Letnan Kolonel Mardjito, ia juga menjadi buron di Polda Metro Jaya, Polda Jawa Timur, dan Polda Sumatera Utara. Karyawan Bank Universal Cabang Ujungpandang itu dituduh membawa uang nasabah bank itu Rp 1 milyar. Sebelum di Bank Universal, Darmansyah alias Rifai alias Edi Sugito alias Djauhari dua bulan bekerja di Bank Perniagaan Umum (BPU) Cabang Sungguminasa, Gowa. Menurut pimpinan bank itu, Leonard Oraplean, ketika di BPU Darmansyah bertugas menerima dana dari luar dan menggarap calon nasabah. Kesempatan itu rupanya digunakannya untuk memutar uang setoran nasabah, yang keuntungannya masuk kantung pribadi. Jadi, ada kegiatan bank dalam bank. Akibat ulahnya itu, cerita Leonard, Darmansyah dipecat. Walau sudah lepas dari BPU, ia masih bisa meyakinkan pimpinan Bank Universal Cabang Ujungpandang. April tahun lalu pimpinan bank swasta itu menarik Darmansyah menjadi karyawannya. Dan berkat bantuan istrinya, seorang dokter, lelaki yang mengaku lulusan Fakultas Ekonomi USU Medan itu mendapat tugas merangkul anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) setempat agar menjadi nasabah. Menurut sumber TEMPO di Bank Universal, ia berhasil menarik sekitar 100 dokter sebagai deposan. Prestasi ini membuat ia dipercaya menangani bidang pengerahan dana, yang mengurusi setoran uang nasabah. Bahkan, sampai urusan administrasi pun ditanganinya. Namun, kali ini Bank Universal Cabang Ujungpandang kecolongan. Darmansyah mulai memainkan blangko tanda penyetoran nasabah. Dalam tumpukan lembaran penyetoran itu, ia menyelipkan blangko transfer kosong. Ketika nasabah menandatangani bukti penyetoran, mereka tidak menyadari dijerat blangko transfer kosong. Blangko itu kemudian digunakan Darmansyah untuk membuat rekening atas nama istri dan dirinya. Lalu uang tersebut, kabarnya, ditransfer ke beberapa bank di Aceh dan Lampung. Polisi menduga dana itu untuk membantu GPK (gerombolan pengacau keamanan) di tempat itu. Tentu, ulah Darmansyah itu membuat setoran dari nasabah tidak masuk pembukuan, meski yang bersangkutan diberi bukti setoran. "Caranya tradisional, tapi nasabah tak menduga ditipu," kata Letnan Kolonel Mardjito. Toh praktek Darmansyah terbongkar juga. Seperti dilaporkan pimpinan cabang Bank Universal Ujungpandang, Mulyan Pulubuhu, kepada polisi, kasus ini terungkap pada saat Darmansyah cuti. Ketika itu ada seorang nasabah hendak mengecek posisi rekeningnya. Ia terkejut ketika diberi tahu petugas bank itu, bahwa posisi rekeningnya nihil. Akibatnya, beberapa nasabah ribut. Dan mereka baru diam setelah pihak bank memberikan uang pengganti. Berapa kerugian bank itu? Pulubuhu enggan mengungkapkan. "No comment," katanya kepada Waspada Santing dari TEMPO. Tapi, menurut Mardjito, bank itu kebobolan sekitar Rp 1 milyar. "Dan jumlah pastinya sedang diteliti lagi," katanya. Darmansyah tampaknya sudah mencium bahwa kasusnya itu bakal terbongkar. Walau izin cutinya sudah habis pertengahan November lalu, sampai kini ia tidak muncul lagi ke kantornya. Semula, menurut Mardjito, polisi mendapat informasi bahwa Darmansyah bersembunyi di Surabaya. Setelah dikejar ke sana, ternyata ia sudah kabur. Petugas dari Ujungpandang kemudian diterbangkan ke Jakarta, Medan, Aceh, Lampung, dan Banjarnegara -- tempat kelahiran Darmansyah. "Sampai sekarang petugas kami masih melakukan pengejaran," kata Mardjito. Pembobol bank ini diduga tak hanya bekerja sendiri. Sumber TEMPO di Polda Sul-sera yang melakukan penyelidikan menyebutkan bahwa Darmansyah punya teman bersekongkol. Ia juga menyebutkan lelaki yang telah tiga kali beristri itu spesialis pembobol bank. Dan kini, siapa tahu, Darmansyah mengubah lagi namanya yang lain di tempat kerjanya yang baru. Gatot Triyanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini