MUNGKIN, baru sekali ini. terjadi kebohongan besar di
Simonang-monang Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan,
Sumatera Utara. Karena rencana suatu pesta yang bernama Pesta
Sigura-Gura. Nama yang terakhir ini cukup beken karena ada air
terjunnya yang kini jadi pembangkit tenaga listrik proyek
Asahan.
Menurut jalan cerita, terbentuklah sebuah panitia. Untuk itu
konon, MAS, itu penerbangan negara Malaysia bahkan minta "agar
nama Sigura-Gura dipakai karena sudah ppuler." Begitu menurut
keterangan Salim Singh yang jadi salah seorang panitia. MAS
bahkan jadi sponsor dalam rencana pesta tersebut.
Band D'Sys
Awal Pebruari lalu, panitia pun mulai kampanye. Ada poster, ada
halo-halo lewat corong radio amatir di Kisaran, pokoknya rencana
pesta tampaknya cukup menggemparkan. Dalam pesta tersebut
dikabarkan akan ada pemilihan Pangeran dan Ratu Sigura-Gura dan
pemenangnya akan mendapat karcis gratis terbang ke Penang,
Malaysia.
Selain itu, Simonang-Monang akan kedatangan band D'Sys yang
cukup terkenal di Medan, pemainnya wanita semua. Turut serta
pula si tukang banyol dari Medan yang bernama Wak Alang.
Pimpinan panitia orang yang terkenal pula. Namanya Teddy Marwan,
yang menurut cerita dia ini dulu-dulunya berasal dari Asahan,
tetapi sudah lama bermukim di Malaysia. Kerja si Marwan dinegara
tetangga sana adalah mengurus segala macam sbow. Jadi, dia orang
yang berpengalaman, begitulah. Pesta ini, begitu disebutkan,
adalah pesta terbesar untuk muda-mudi yang pernah diadakan di
Asahan. Harga karcis, cukup lumayan untuk orang Kisaran, Rp
1.000 untuk setiap orang.
Maka berkumpullah sekitar 15.000 orang di Simonang-monang di
hari Minggu 5 Pebruari yang lalu. Sejak pagi, sudah berdatangan
muda-mudi yang ingin menyaksikan pesta tersebut. Mereka sebagian
besar berasal dari Kisaran, Tanjung Balai, Tanjung Tiram, Aek
Kanopan, Gunting Saga dan daerah sekitarnya. Ada yang naik
motor, naik bus, pakai taksi bagi mereka yang jaga gengsi dan
banyak macam lagi. Rupanya semua "kena kombur" (istilah Asahan
yang berarti kemakan omongan) janji-janji panitia.
Rencana panitia, pertunjukan akan dimulai jam 10.00. Pengunjung
yang datang sejak pagi ke situ tidak melihat apa-apa seperti
layaknya akan diadakan sebuah pesta. Juga tidak tampak sepotong
band pun, apalagi batang hidung panitia. Yang ada hanya sepotong
panggung papan berukuran 4 x 4 meter. Tunggu punya tunggu, waktu
sudah sampai jam 14.00. Muda-mudi yang asyik rupanya kurang
begitu peduli akan jam karet panitia karena mereka punya hajat
lain. Yaitu pasangan yang sedang mabuk cinta, cukup menghabiskan
waktunya untuk menyelinap ke semak yang bertebaran di
sekeliling situ atau kalau mau lebih sip, ke perkebunan karet.
Atau boleh juga menengok air terjun Simonang-Monang yang
tingginya cuma 10 meter, air terjun mini kalau dibandingkan yang
ada di Sigura-Gura. Yang sudah bosan menunggu, mulai
melampiaskan sumpah serapah kepada panitia.
Bosar Kombur
Setelah jam 14.00 lewat, baru muncul itu tampang-tampang
panitia. Itu pun dengan pengawalan polisi yang cukup ketat,
sebanyak 2 peleton dari Komando Resort 206 Asahan. Panitia
rupanya sudah mencium kemarah an penonton, dari itu mencari
pelindung diri terlebih dahulu. Sebab kalau saja panitia berani
berjalan lenggang kangkung tanpa pengawalan, sudah pasti mereka
akan kena gonyoh. Sebab begitu panitia muncul, teriakan "Hoi
bosar kombur, panitia apa kamu ini!," keras bergema.
Jam 15.00 hampir saja terjadi revolusi kecil di Simonang-Monang.
Untung saja band D'Sys menampakkan dirinya di atas panggung. Dan
mulailah mereka berjreng-jreng. Hati penonton terhibur sedikit,
sebab untuk melempar batu ke atas panggung yang disibuki oleh
band cewek, tentu saja tak sampai hati.
Tapi panitia memang acak-acakan kerjanya. UnNk pemilihan
Pangeran dan RaN, panitia mencomot beberapa yang hadir di situ
sebagai juri. Tentu saja mereka harus menunjuk orang yang
pangkatnya gedean untuk lingkungan Asahan, seperti nyonya dokter
atau nyonya jaksa. Peserta Pangeran dan Ratu kemudian banyak
yang mundur melihat cara kerja panitia. Juri tak berani melawan
panitia karena mereka didaulat begilu saja di depan umum. Dan
muncullah 12 perempuan yang bernyali besar untuk
melenggak-lenggok di atas pentas. Dua orang pemuda tampil ke
atas pentas ingin jadi Pangeran.
Yang terpilih jadi Ratu seorang perempuan, yang kabarnya
bertubuh kurus ceking. Ketika dia dinobatkan, teriakan penonton
menggambarkan cemooh dan marah. "Woi, . . . ratu omak-omak." Dan
lutut sang wanita pun gemetar. Ratu omak-omak artinya ucapan
untuk seorang wanita yang tua usia. Kebetulan ratu yang satu ini
sudah beranak satu, biarpun usianya tidak bisa digolongkan tua.
Karena yang kepingin jadi Pangeran cuma dua orang, tentu tak
sulit kerja juri. Digugurkanlah yang seorang, dan pangeran yang
terpilih mendapat teriakan "Hidup Pangeran WO!." Wo adalah
istilah olahraga yang menang tanpa bertanding. Selesai pemilihan
Pangeran dan Ratu, jam sudah menunjukkan 1.00. Pertunjukan
terpaksa diusaikan.
Ditahanlah Mereka
Kisah panitia ternyata tidak usai pada jam 18.00. Sampai jam
19.00, mereka harus tinggal dulu di kantor camat karena Muspida
Bandar Pulau perlu menahan mereka. Pajak tontonan harus
dilunaskan dulu, baru panitia dilepas. Dengan sebuah janji atas
jarninan Legiun Veteran Asahan (karena panitia menggunakan narna
Markas Cabang Legiun Veteran Asahan), panitia baru boleh pulang.
Panitia belum selesai pula oleh keruwetan yang dibuatnya
sendiri. Di Hotel Asahan tempat mereka menginap, sudah banyak
orang menunggu. Enam taksi carteran yang dipakai panitia belum
dibayar. Juga sewa mesin listrik, belum lunas. Sewa hotel,
ongkos bikin karcis, dan sederetan hutang lainnya, belum lunas.
Itu belum seberapa. Seorang ibu yang bernama Nyonya Marpaung
meraung-raung histeris didepan hotel. Kiranya, pamtia juga pmJam
uang sama nyonya yang suaminya sudah pensiun dari polisi sebesar
Rp 50.000. Karena panitia tak memunculkan diri sampai keesokan
harinya, sasaran ditujukan pada Usman Manurung yang jadi ketua
Legiun Veteran Asahan. Namun Usman mengelak bahkan berkata bahwa
uang pribadinya sebanyak Rp 80.000 juga dimakan panitia. Usman
pun kemudian melapor ke Kodim 0205 Asahan bahwa nama Legiun
Veteran telah tercemar karena telah disalah-gunakan, biarpun
sepengetahuan Usman.
Ada seorang panitia yang kebetulan jadi kepala kampung Kisaran.
Namanya Abdul Manat, duduk sebagai Ketua I. Dengan tenang, Abdul
Manaf cuma berkata: "Panitia juga rugi dan apa mau dibilang."
Penonton yang kecewa, tapi lebih kecewa lagi Pangeran dan Ratu
Sigura-Gura. Wan Azhar yang jadi Pangeran mengeluh "Kami hanya
dikasih piala sebesar kaleng susu dan sebotol markisa seharga Rp
300. Tiket yang dijanjikan sampai sekarang masih kabar angin."
"Habis MAS-nya nggak datang. Kami mau bilang apa lagi," jawab
Abdullah Manaf. Kabar selentingan mengatakan bahwa panitia pun
memakai nama MAS, sama seperti nama veteran. "Dan soal itu soal
Marwan, saya kurang jelas," kata Manaf. Orang asal Asahan yang
kini bermukim di Malaysia ini -Teddy Mawan -- tak tampak
batang hidungnya. Malam itu juga dia bisa berangkat ke Medan
dengan membawa semua uang hasil penjualan karcis. Kodim setempat
terpaksa menciduk 4 orang panitia, dua orang kemudian
dilepaskan. Yang masih mendekam untuk beberapa hari tinggal
Hasan Basri dan Yusuf Pane. Banyak orang yang fulusnya musnah
atau raib begitu saja karena kecoh panitia yang sok mau memakai
orang jagoan seperrl Teddy Marwan. Yang pasti, panitia berhasil
menjual kecap nomor satu yang ternyata palsu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini