Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Suatu Hari Di Simonang-monang

Pesta sigura-gura yang akan dimeriahkan oleh band d'sys, pemilihan pangeran & ratu sigura-gura ternyata hanya tipu muslihat saja. penipunya yang jadi panitia tertangkap. (krim)

11 Maret 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MUNGKIN, baru sekali ini. terjadi kebohongan besar di Simonang-monang Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Karena rencana suatu pesta yang bernama Pesta Sigura-Gura. Nama yang terakhir ini cukup beken karena ada air terjunnya yang kini jadi pembangkit tenaga listrik proyek Asahan. Menurut jalan cerita, terbentuklah sebuah panitia. Untuk itu konon, MAS, itu penerbangan negara Malaysia bahkan minta "agar nama Sigura-Gura dipakai karena sudah ppuler." Begitu menurut keterangan Salim Singh yang jadi salah seorang panitia. MAS bahkan jadi sponsor dalam rencana pesta tersebut. Band D'Sys Awal Pebruari lalu, panitia pun mulai kampanye. Ada poster, ada halo-halo lewat corong radio amatir di Kisaran, pokoknya rencana pesta tampaknya cukup menggemparkan. Dalam pesta tersebut dikabarkan akan ada pemilihan Pangeran dan Ratu Sigura-Gura dan pemenangnya akan mendapat karcis gratis terbang ke Penang, Malaysia. Selain itu, Simonang-Monang akan kedatangan band D'Sys yang cukup terkenal di Medan, pemainnya wanita semua. Turut serta pula si tukang banyol dari Medan yang bernama Wak Alang. Pimpinan panitia orang yang terkenal pula. Namanya Teddy Marwan, yang menurut cerita dia ini dulu-dulunya berasal dari Asahan, tetapi sudah lama bermukim di Malaysia. Kerja si Marwan dinegara tetangga sana adalah mengurus segala macam sbow. Jadi, dia orang yang berpengalaman, begitulah. Pesta ini, begitu disebutkan, adalah pesta terbesar untuk muda-mudi yang pernah diadakan di Asahan. Harga karcis, cukup lumayan untuk orang Kisaran, Rp 1.000 untuk setiap orang. Maka berkumpullah sekitar 15.000 orang di Simonang-monang di hari Minggu 5 Pebruari yang lalu. Sejak pagi, sudah berdatangan muda-mudi yang ingin menyaksikan pesta tersebut. Mereka sebagian besar berasal dari Kisaran, Tanjung Balai, Tanjung Tiram, Aek Kanopan, Gunting Saga dan daerah sekitarnya. Ada yang naik motor, naik bus, pakai taksi bagi mereka yang jaga gengsi dan banyak macam lagi. Rupanya semua "kena kombur" (istilah Asahan yang berarti kemakan omongan) janji-janji panitia. Rencana panitia, pertunjukan akan dimulai jam 10.00. Pengunjung yang datang sejak pagi ke situ tidak melihat apa-apa seperti layaknya akan diadakan sebuah pesta. Juga tidak tampak sepotong band pun, apalagi batang hidung panitia. Yang ada hanya sepotong panggung papan berukuran 4 x 4 meter. Tunggu punya tunggu, waktu sudah sampai jam 14.00. Muda-mudi yang asyik rupanya kurang begitu peduli akan jam karet panitia karena mereka punya hajat lain. Yaitu pasangan yang sedang mabuk cinta, cukup menghabiskan waktunya untuk menyelinap ke semak yang bertebaran di sekeliling situ atau kalau mau lebih sip, ke perkebunan karet. Atau boleh juga menengok air terjun Simonang-Monang yang tingginya cuma 10 meter, air terjun mini kalau dibandingkan yang ada di Sigura-Gura. Yang sudah bosan menunggu, mulai melampiaskan sumpah serapah kepada panitia. Bosar Kombur Setelah jam 14.00 lewat, baru muncul itu tampang-tampang panitia. Itu pun dengan pengawalan polisi yang cukup ketat, sebanyak 2 peleton dari Komando Resort 206 Asahan. Panitia rupanya sudah mencium kemarah an penonton, dari itu mencari pelindung diri terlebih dahulu. Sebab kalau saja panitia berani berjalan lenggang kangkung tanpa pengawalan, sudah pasti mereka akan kena gonyoh. Sebab begitu panitia muncul, teriakan "Hoi bosar kombur, panitia apa kamu ini!," keras bergema. Jam 15.00 hampir saja terjadi revolusi kecil di Simonang-Monang. Untung saja band D'Sys menampakkan dirinya di atas panggung. Dan mulailah mereka berjreng-jreng. Hati penonton terhibur sedikit, sebab untuk melempar batu ke atas panggung yang disibuki oleh band cewek, tentu saja tak sampai hati. Tapi panitia memang acak-acakan kerjanya. UnNk pemilihan Pangeran dan RaN, panitia mencomot beberapa yang hadir di situ sebagai juri. Tentu saja mereka harus menunjuk orang yang pangkatnya gedean untuk lingkungan Asahan, seperti nyonya dokter atau nyonya jaksa. Peserta Pangeran dan Ratu kemudian banyak yang mundur melihat cara kerja panitia. Juri tak berani melawan panitia karena mereka didaulat begilu saja di depan umum. Dan muncullah 12 perempuan yang bernyali besar untuk melenggak-lenggok di atas pentas. Dua orang pemuda tampil ke atas pentas ingin jadi Pangeran. Yang terpilih jadi Ratu seorang perempuan, yang kabarnya bertubuh kurus ceking. Ketika dia dinobatkan, teriakan penonton menggambarkan cemooh dan marah. "Woi, . . . ratu omak-omak." Dan lutut sang wanita pun gemetar. Ratu omak-omak artinya ucapan untuk seorang wanita yang tua usia. Kebetulan ratu yang satu ini sudah beranak satu, biarpun usianya tidak bisa digolongkan tua. Karena yang kepingin jadi Pangeran cuma dua orang, tentu tak sulit kerja juri. Digugurkanlah yang seorang, dan pangeran yang terpilih mendapat teriakan "Hidup Pangeran WO!." Wo adalah istilah olahraga yang menang tanpa bertanding. Selesai pemilihan Pangeran dan Ratu, jam sudah menunjukkan 1.00. Pertunjukan terpaksa diusaikan. Ditahanlah Mereka Kisah panitia ternyata tidak usai pada jam 18.00. Sampai jam 19.00, mereka harus tinggal dulu di kantor camat karena Muspida Bandar Pulau perlu menahan mereka. Pajak tontonan harus dilunaskan dulu, baru panitia dilepas. Dengan sebuah janji atas jarninan Legiun Veteran Asahan (karena panitia menggunakan narna Markas Cabang Legiun Veteran Asahan), panitia baru boleh pulang. Panitia belum selesai pula oleh keruwetan yang dibuatnya sendiri. Di Hotel Asahan tempat mereka menginap, sudah banyak orang menunggu. Enam taksi carteran yang dipakai panitia belum dibayar. Juga sewa mesin listrik, belum lunas. Sewa hotel, ongkos bikin karcis, dan sederetan hutang lainnya, belum lunas. Itu belum seberapa. Seorang ibu yang bernama Nyonya Marpaung meraung-raung histeris didepan hotel. Kiranya, pamtia juga pmJam uang sama nyonya yang suaminya sudah pensiun dari polisi sebesar Rp 50.000. Karena panitia tak memunculkan diri sampai keesokan harinya, sasaran ditujukan pada Usman Manurung yang jadi ketua Legiun Veteran Asahan. Namun Usman mengelak bahkan berkata bahwa uang pribadinya sebanyak Rp 80.000 juga dimakan panitia. Usman pun kemudian melapor ke Kodim 0205 Asahan bahwa nama Legiun Veteran telah tercemar karena telah disalah-gunakan, biarpun sepengetahuan Usman. Ada seorang panitia yang kebetulan jadi kepala kampung Kisaran. Namanya Abdul Manat, duduk sebagai Ketua I. Dengan tenang, Abdul Manaf cuma berkata: "Panitia juga rugi dan apa mau dibilang." Penonton yang kecewa, tapi lebih kecewa lagi Pangeran dan Ratu Sigura-Gura. Wan Azhar yang jadi Pangeran mengeluh "Kami hanya dikasih piala sebesar kaleng susu dan sebotol markisa seharga Rp 300. Tiket yang dijanjikan sampai sekarang masih kabar angin." "Habis MAS-nya nggak datang. Kami mau bilang apa lagi," jawab Abdullah Manaf. Kabar selentingan mengatakan bahwa panitia pun memakai nama MAS, sama seperti nama veteran. "Dan soal itu soal Marwan, saya kurang jelas," kata Manaf. Orang asal Asahan yang kini bermukim di Malaysia ini -Teddy Mawan -- tak tampak batang hidungnya. Malam itu juga dia bisa berangkat ke Medan dengan membawa semua uang hasil penjualan karcis. Kodim setempat terpaksa menciduk 4 orang panitia, dua orang kemudian dilepaskan. Yang masih mendekam untuk beberapa hari tinggal Hasan Basri dan Yusuf Pane. Banyak orang yang fulusnya musnah atau raib begitu saja karena kecoh panitia yang sok mau memakai orang jagoan seperrl Teddy Marwan. Yang pasti, panitia berhasil menjual kecap nomor satu yang ternyata palsu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus