Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Potret Anak Desa

Salim m. & sudaryono mengadakan pameran di balai budaya. karya salim menarik, sedang sudaryono menyuguhkan potret alam dengan gaya zaman persagi. lukisan salim menyuguhkan potret kehidupan anak-anak desa.(sr)

11 Maret 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETAHU saya pelukis Indonesia yang menggambarkan kehidupan anak-anak dalam karya-karyanya jarang -- untuk tidak mengatakan tak ada. Mungkin karena itu pameran Salim M. dan Sudaryono di Balai Budaya, 25 Pebruari sampai 3 Maret ini menarik, terutama sekali dan memang hanya untuK karya Salim saja. Sudaryono masih menyuguhkan potret alam dengan gaya zaman PERSAGI. Ia masih nampak "baru berangkat" melukis. Tiga puluh lukisan Salim menyuguhkan potret kehidupan anak-anak, atau yang berkaitan dengan itu--dan jelas, bukan anak-anak kota tapi desa. Dan suasana yang disuguhkannya, entah karena itu menyangkut dunia anak-anak atau karena lain hal, adalah suasana yang tenteram, aman dan sentausa. Pada bidang gambarnya, Salim menyuguhkan kesunyian, ketenteraman, kesentausaan desa jauh dari polusi, jauh dari hiruk-pikuk. Alam, manusia dan hewan serasa begitu dekat. Sebuah lukisannya berjudul "Mengurung Niat". Tiga anak lelaki memegang ketepel, di atas pohon seekor burung bertengger di sarangnya, dan dua anak burung menciap mengangakan paruhnya sebagai latar belakang pohon-pohon, rumah dan dua anak perempuan nampak berlari di kejauhan. Jelas apa yang mau dicatat lukisan satu ini karena anak-anak burung yang masih membutuhkan induknya, anak-anak itu mengurungkan niatnya membidik sang burung. Lukisan yang lain-lain kebanyakan memotret kegembiraan anak-anak bermain: "Anak-anak dan Kupu-kupu," "Main layang-layang", 'bnak-anak Berpayung", "Anak-anak bermain". Dan dalam semuanya saja, tak nampak anak-anak berkelahi semua rukun. Kekuatan menyuguhkan suasana memang terasa sekali dalam karya-karya Salim. Dalam "Anak-anak Bermain I" beberapa anak lelaki menunggang kuda-kudaan dari pelepah pisang, beberapa anak perempuan berkejaran, kayaknya itu terjadi di malam hari. Sementara dalam "Anak-anak Bermain II", di mana anak-anak bermain sembunyi-dapat, kayaknya memotret permainan anak di siang hari. lalu dalam "Mendung". Tanpa terlalu banyak berbeda apabila ia menggambarkan langit, ternyata "Mendung" memang bisa pas dengan tiga anak lelaki dan perempuan yang menengadah ke langit sepertinya cemas menanti hujan. Salim juga bisa memotret keharuan. Dalam "Anak Kecil Membawa Bunga", seorang anak perempuan membawa bunga berdiri di antara pohon-pohon ada rasa sendu di situ seolah-olah anak itu hendak menaruh bunga di pusara Entah siapa. Dan dalam "Apa Daya" Salim sedikit berfilsafat jika burung dan ikan bisa mengembara ke mana saja untuk mencari tempat yang banyak makanannya, manusia hanya bisa berkata: apa daya. Mungkin Salim alpa, manusia pun bisa mencari tempat, untuk memungkinkannya mencari nafkah yang lebih baik. Salim sendiri, di Jakarta adalah seorang urbanis dari Kroya. Tapi mungkin juga lukisan itu hendak menyuguhkan sikap hidup orang desa nrimo, menerima nasib. Begitulah secara keseluruhan Salim memang berhasil. Dunia anak-anak sungguh tak asing bagi Salim--pelukis, bujangan, lahir di Kroya 21 Oktober 1941. Karena itu apa yang digambarkannya bisa akrab, lucu, menarik dan bersih. Bersih dari pretensi menggurui atau melempar semacam slogan--misalnya saja bahwa anak desa lebih murni dari anak kota, atau bahwa sebaiknya kita bersikap begini atau begitu terhadap anak-anak. Salim seakan-akan tak terpengaruh oleh hiruk-pikuk dunia kini atau barangkali yang digambarkannya hanyalah kenangan manis semasa kanak-kanaknya. Tapi bagaimanapun, ia telah menyuguhkan lukisan yang menggugah rasa keindahan kita menyaksikan anak-anak bermain layang-layang, berkejaran dengan kupu-kupu atau kegembiraan menunggang kerbau. Ia sejenak mengingatkan kita kembali, bahwa di samping dunia yang hiruk ini--pemberontakan, pembajakan, pembunuhan--masih ada satu dunia yang tenteram dan sentausa: dunia anak-anak desa. Dan juga seolah-olah memperingatkan kita kini: apakah dunia anak-anak desa itu juga akan terancam? Sampai kapankah kegembiraan dan ketenteraman mereka bisa bertahan? Tentu, semua itu tak bisa lepas begitu saja dari kemampuan Salim dalam soal artistik. Pengalaman artistiknya dibina sejak ia kecil -- "sejak kecil saya sudah suka menggambar." Dan kerapiannya menyusun bentuk, diperolehnya dari pekerjaannya membuat leter, atau disain untuk kaos oblong. Juga lukisan-lukisan yang dipamerkan kini -- yang baru mulai digarapnya enam bulan yang lalu--adalah diilhami cara pembuatan kaos oblong: dengan matres dari karton ia membuat bentuk pada kertas gambarnya, dan membubuhkan warna dengan spon. Perlu juga dikemukakan beberapa hal yang memberikan kesan, Salim agak takut-takut lepas bebas mengekspresikan dorongan hatinya. Misalnya, kertas yang digunakan sama warnanya--dan sebagian kertas itu tak tersentuh cat--dan bentuk-bentuk figur anak-anak rasanya sama: seperti mereka saudara kembar semuanya. Orang bisa saja mendapat kesan, karya-karya Salim kayaknya dipengaruhi cukilan kayu Jepang dalam suasana puitisnya, dalam soal kerapiannya. Tapi pelukis itu hanya tersenyum tak mengerti --sungguh mati, teknis ia diilhami cara pengerjaan menulis atau menggambari kaos oblong, dan ide, ia hanya menuangkan kembali kenangan masa kanak-kanaknya. Barangkali kita yang salah selama ini terlalu banyak melihat ke luar dan tidak berusaha melihat dari dalam diri kita sendiri. Kita sering lupa, bahwa seni yang baik selalu luput dari definisi -- karena pengertian seni itu berkembang dari jaman ke jaman--dan hanya menyentuh hati, mengembangkan potensi dalam diri manusia untuk tetap merasa memang masih ada yang layak dalam kehidupan. Karya-karya Salim memberikan itu. Bambang Bujono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus