DALAM menangani perkara kematian R.M. Rifardi (Aldi) Sukarno Putro di rumah Aktris Ria Irawan, langkah polisi tampak seperti agak tertatih-tatih. Mengapa? Jumat sore pekan lalu, Kapolri Jenderal Banurusman Atmosemitro, yang didampingi Deputi Operasi Kapolri Mayor Jenderal Koesparmono Irsan, menerima wartawan TEMPO Taufik T. Alwie untuk sebuah wawancara khusus. Petikannya: Apa hasil final penelitian Pusat Laboratorium Forensik Polri? Dari penelitian pada contoh darah, lambung, dan empedu Aldi, serta sejumlah pil, ditemukan adanya narkotik jenis heroin dan kokain. Temuan ini merupakan pegangan berharga, dan akan kami counter dengan kesaksian-kesaksian lain. Mana lebih dominan: unsur heroin atau kokain? Mana yang dominan itu tak penting. Bagi polisi, yang penting sudah terbukti ada narkotiknya. Apa hasil pemeriksaan terhadap sejumlah pil yang ditemukan di TKP (tempat kejadian perkara)? Pil-pil tersebut di antaranya juga diketahui mengandung kokain dan heroin. Yang disebut-sebut Ecstasy itu hanya nama produk. Sebenarnya, kandungannya merupakan kombinasi morfin dan kokain. Itu juga ditemukan dalam rokok milik Ria Irawan. Maksudnya, rokok itu isinya dicopot, lalu diisi heroin tadi. Jadi, itu merupakan bukti ada keterkaitan dengan temuan narkotik dalam lambung korban. Masalahnya, apakah narkotik tadi digunakan sendiri oleh korban atau dimasukkan orang lain, itu perlu kejujuran dan keterusterangan Ria. Dalam menangani kasus ini, ada kesan, polisi agak lambat dan tertutup. Mengapa? Lambat dilihat dari mana? Setiap bentuk kejahatan, modus operandi-nya lain. Kami akui, keinginan masyarakat agar kasus (Aldi) ini cepat selesai besar sekali. Ingin cepat terungkap, seperti kasus pembunuhan Pelukis Basuki Abdullah, dua-tiga hari kelar. Begitu juga kasus pembunuhan Dokter Riama (lihat rubrik Kriminalitas) sudah tuntas. Kasus Aldi kan lain lagi, melibatkan pula beberapa disiplin ilmu, dan perlu penelitian laboratorium segala. Sebetulnya, kasus kematian Aldi itu sendiri sudah terjawab: meninggal akibat overdosis. Yang masih perlu diselidiki, apakah overdosis itu disiapkan oleh orang lain atau oleh korban sendiri. Itu pun masih ada dua kemungkinan: overdosis lantaran tidak sadar atau sengaja bunuh diri. Ada kesan, petugas cenderung tutup mulut. Mengapa enggan memberi informasi? Keterangan kan sudah banyak diberikan. Sementara itu, kami terus saja menyidik. Dan setiap hasil penyelidikan tidak selalu mesti kami rilis. Kongkretnya begitu. Jadi, bukan petugas kita tertutup. Disebut-sebut, kasus Ria Irawan berkaitan dengan jaringan narkotik. Betulkah? Betul. Sindikat narkotiknya diduga keras merambat sampai ke Bali. Apa anggota sindikat itu sudah ada yang ditangkap? Belum. Tapi sudah diketahui, dan segera kami tindak. Apakah melibatkan oknum ABRI? Dan berhubungan dengan sindikat narkotik di luar negeri? Belum diketahui. Polisi, kabarnya, sudah mengetahui bursa narkotik di beberapa diskotek di Jakarta. Mengapa belum terdengar ada pelaku yang diringkus? Polisi masih menyelidikinya secara intensif. Mudah-mudahan dalam waktu dekat sudah diringkus. Ria dikenai tahanan luar. Apa tidak khawatir akan kabur ke luar negeri? Mudah-mudahan saja tidak ikut-ikutan kayak Yusuf Randy (pemegang paspor Jerman kelahiran Indonesia yang melakukan serangkaian penipuan di sini dan kemudian melarikan diri ke Jerman -- Red.).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini