Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Terbunuhnya istri ketiga

Jamat, 42, dibantu istri keduanya kamah, 35, membunuh istri ketiganya siti sebayang di desa kuning, aceh tenggara. pasalnya, korban mempermalukan jamat di muka umum. kasusnya terungkap saat ia marahi istri.

22 Oktober 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBAGAI orang kaya, nama Jamat, 42, tahun, sangat populer di Aceh Tenggara. Layaknya orang kaya di desa, lelaki berjenggot itu juga dikenal banyak istri. Ia kini, misalnya, hidup bersama dua istrinya, Kamah dan Jamilah -- istri ke-2 dan ke-4 setelah bini kelimanya, Rubamah, 26 tahun, diceraikannya September lalu. Istri pertamanya sudah lama meninggal, sementara istri ketiga, Siti Sebayang, sejak tiga tahun lalu menghilang entah ke mana. Tiba-tiba Minggu pekan lalu, Haji Jamat, ditangkap polisi. Ia bersama istri keduanya, Kamah, 35 tahun, dituduh telah membunuh Siti Sebayang di Desa Kuning, Aceh Tenggara. Tentu saia kabar ltu menggemparkan penduduk. Sebab, lelaki yang sehari-hari, pedagang kopi, tembakau, dan lembu itu dikenal taat beribadah. Ternyata, di balik ketaatannya -- kalau saja tuduhan ini benar Jamat bisa pula menjadi pembunuh sadistis. Seorang iparnya, Usman, 38 tahun, mengaku melihat Jamat menggorok leher Siti, yang ketika itu lagi hamil 4 bulan, dengan parang, di suatu dinihari sekitar tiga tahun lalu. Mayat itu kemudian dicincang dan dikarungkan sebelum dibenamkannya ke sebuah sumur dekat dapur rumahnya. Belakangan mayat itu dipindahkan Jamat ke sebuah lubang yang digali Usman. Setelah itu, lubang tadi disemennya dengan rapi. Toh ia tetap tak tenteram. Setahun berselang, lagi-lagi mayat itu dipindahkannya ke sebuah kubur di dalam rumah, yang ditempati Kamah. Setelah itu ia dan Kamah pindah rumah ke Takengon, Aceh Tengah. Perbuatan busuk itu bisa terbongkar berkat istri kelimanya, Rubamah, yang dikawininya April lalu. Laki-bini itu rupanya sering cekcok. Suatu kali, Jamat tak bisa mengendalikan emosinya. "Kau jangan banyak tingkah. Nanti kucincang mati kau, seperti si Siti," begitu ancaman Jamat. Mendengar itu, Rubamah ketakutan. Ia pun buru-buru minta cerai. September lalu, mereka bercerai. Tak hanya sampai di situ, janda Pak Haji itu membocorkan pula kejahatan Jamat kepada orangtua Siti di Aceh Tenggara. Kabar itu kemudian sampai kepada Ismail Sebayang, abang kandung Siti, yang menjabat Ketua Pengadilan Negeri Sidikalang di Sumatera Utara. Ismail segera yakin, adiknya dibunuh. Sebab, selama ini ia mendapat jawaban yang tidak masuk akal dari Jamat, tentang hilangnya Siti. Jamat, kabarnya, mengaku bahwa Siti menghilang sejak tiga tahun lalu karena terlibat bisnis ganja. Kecurigaan itu, pada 2 Oktober lalu segera disampaikan Ismail kepada Kapolres Aceh Tengah, Letkol. Darwan Siregar, di Takengon. Hari itu juga polisi menggerebek rumah Jamat. Ternyata, ia tidak ada. Ia juga tak ditemukan di kebun kopi miliknya. Tapi iparnya, Usman, yang menunggui kebun kopi itu, mengaku terlibat kejahatan tersebut. Setelah itu, polisi meneruskan pengejarannya terhadap Jamat dan Kamah. Suami-istri itu rupanya telah kabur ke Blangkejeren di Aceh Tenggara. Tapi di pelarian itu, mereka nasih berpikir untuk menjual kebunnya di Celala. Sebab itu, mereka balik lagi ke Aceh Tengah. Jamat menyuruh istrinya agar mengurus transaksi itu. "Kau yang menjualnya dan kutunggu kau di Jagong Jeget," kata Jamat. Tapi sebelum sempat menjual kebunnya, Kamah ditangkap polisi, yang sudah mengawasi kebun di Celala. Perempuan itu segera mengakui tempat suaminya menunggu. Tak banyak kesulitan, polisi pun membekuk Jamat di Jagong Jeget, Aceh Tengah. Jamat mengaku menghabisi Siti karena ia dipermalukan Almarhumah di depan umum. Suatu hari, ceritanya, ia dan Siti menonton pacuan kuda di Blangkejeren. Tak disangka-sangka, mereka bertemu Kamah di tempat itu. Kedua wanita itu segera terlibat pertengkaran. Jamat, kabarnya ikut disemprot Siti habis-habisan. Tiga hari kemudian Jamat bersama Kamah menghabisi wanita lancang itu. Bekas-bekas pembunuhan memang ditemukan ketika mayat Siti digali. Selain tulang belulang, di kubur itu ditemukan pula jilbab dan kutang Siti. Anehnya, ada juga botol susu dan dot bayi. Konon, peralatan bayi itu sengaja dikuburkan Jamat agar roh wanita hamil tak mengganggunya. Hanya saja, sayangnya, tangkal itu ternyata tak mempan untuk menutupi kejahatan itu. Bersihar Lubis & Mukhlizardy Mukhtar (Medan)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus