SESOSOK tubuh laki-laki terbujur kaku di atas rel. Tubuhnya remuk, tangan kanannya terpotong dua. Peristiwa pada Sabtu fajar 8 Oktober itu menggegerkan warga Perumnas Mandala, Medan. Sebab, lelaki itu mereka kenal baik sebagai Marusaha Hutasoit, 20 tahun, seorang penarik becak ayung di kompleks itu. Semula penduduk menduga, Marush. tewas karena kecelakaan atau bunuh diri. Tapi polisi menemukan sebuah sayatan sepanjang 10 sentimeter di kepala korban. Artinya, korban lebih dulu dilukai seseorang sebelum digilas kereta api. Polsekta Percut Sei Tuan segera membentuk tim untuk menyingkap teka-teki itu Siang itu juga, polisi mendapat info bahwa malam harinya Marusahaa minum tuak di warung K. Silaban. Polisi pun memburu ke warung itu. K. Silaban membenarkan bahwa malam itu Marusaha minum-minum di warungnya bersama Monter Aritonang, 28 tahun, dan Yayan Simanjuntak, 28 tahun. Sekitar pukul 22.00, mereka memesan dua botol tuak dan sebotol bir. Ketika menikmati minuman itu, Yayan dengan Marusaha bertengkar soal partuturan -- garis silsilah pada orang Batak. Keduanya tak mau mengalah siapa di antara mereka yang lebih tua. "Menurut adat, kau yang harus memanggil abang padaku," kata Marusaha. Yayan tak terima. "Kau adikku, dan kau yang memanggilku abang," katanya ngotot. Pada hal, keduanya salah. Sebab, menurut adat, Batak, marga Hutasoit tak punya kaitan dengan marga Simanjuntak. Toh perselisihan partuturan itu baru berakhir tengah malam. Dan kemudian mereka pun pulang. "Kondisi mereka belum mabuk. benar," kata Silaban. Berdasar cerita ini polisi segera menangkap Monter. Sedan Yayan, yang pagi itu masih sempat melihat mayat Marusaha, keburu menghilang. Seorang penduduk melihatnya menjinjing tas di stasiun bis Teladan, Medan. Kemungkinan Yayan pulang ke kampungnya, Balige, atau lari ke Jakarta. "Kami sedang mengatur strategi untuk membekuknya," kata sumber TEMPO di Polsek itu. Monter Aritonang, yang sampai Sabtu pekan lalu masih ditahan, mengaku tak tahu-menahu pembunuhan itu. Polisi pun menduga hanya Yayan pelaku kejahatan ini. Malam itu, diduga pertengkaran dilanjutkan dengan perkelahian. Marusaha pun tewas. Untuk menghilangkan jejak, Marusaha diletakkan di atas rel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini