Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Sebuah eksekusi di rel kereta

Marusaha hutasoit, 20, tewas di tangan yayan simanjuntak, 28. bermula soal partuturan-garis silsilah orang batak. untuk menghilangkan jejak korban diletakkan di atas rel hingga dilindas kereta api.

22 Oktober 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SESOSOK tubuh laki-laki terbujur kaku di atas rel. Tubuhnya remuk, tangan kanannya terpotong dua. Peristiwa pada Sabtu fajar 8 Oktober itu menggegerkan warga Perumnas Mandala, Medan. Sebab, lelaki itu mereka kenal baik sebagai Marusaha Hutasoit, 20 tahun, seorang penarik becak ayung di kompleks itu. Semula penduduk menduga, Marush. tewas karena kecelakaan atau bunuh diri. Tapi polisi menemukan sebuah sayatan sepanjang 10 sentimeter di kepala korban. Artinya, korban lebih dulu dilukai seseorang sebelum digilas kereta api. Polsekta Percut Sei Tuan segera membentuk tim untuk menyingkap teka-teki itu Siang itu juga, polisi mendapat info bahwa malam harinya Marusahaa minum tuak di warung K. Silaban. Polisi pun memburu ke warung itu. K. Silaban membenarkan bahwa malam itu Marusaha minum-minum di warungnya bersama Monter Aritonang, 28 tahun, dan Yayan Simanjuntak, 28 tahun. Sekitar pukul 22.00, mereka memesan dua botol tuak dan sebotol bir. Ketika menikmati minuman itu, Yayan dengan Marusaha bertengkar soal partuturan -- garis silsilah pada orang Batak. Keduanya tak mau mengalah siapa di antara mereka yang lebih tua. "Menurut adat, kau yang harus memanggil abang padaku," kata Marusaha. Yayan tak terima. "Kau adikku, dan kau yang memanggilku abang," katanya ngotot. Pada hal, keduanya salah. Sebab, menurut adat, Batak, marga Hutasoit tak punya kaitan dengan marga Simanjuntak. Toh perselisihan partuturan itu baru berakhir tengah malam. Dan kemudian mereka pun pulang. "Kondisi mereka belum mabuk. benar," kata Silaban. Berdasar cerita ini polisi segera menangkap Monter. Sedan Yayan, yang pagi itu masih sempat melihat mayat Marusaha, keburu menghilang. Seorang penduduk melihatnya menjinjing tas di stasiun bis Teladan, Medan. Kemungkinan Yayan pulang ke kampungnya, Balige, atau lari ke Jakarta. "Kami sedang mengatur strategi untuk membekuknya," kata sumber TEMPO di Polsek itu. Monter Aritonang, yang sampai Sabtu pekan lalu masih ditahan, mengaku tak tahu-menahu pembunuhan itu. Polisi pun menduga hanya Yayan pelaku kejahatan ini. Malam itu, diduga pertengkaran dilanjutkan dengan perkelahian. Marusaha pun tewas. Untuk menghilangkan jejak, Marusaha diletakkan di atas rel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus