Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Tewasnya mohammad naim alias ...

Jukarmo alias mohammad naim, 50, tewas dikeroyok penduduk desa blang baro, aceh besar. ia semula dukun yang disegani karena jasanya. belakangan karena banyak penduduk sakit. ia dituduh sebagai biangnya.(krim)

29 November 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUDAH lima hari Jokarmo, 50, dicari-cari penduduk Desa Blang Baro, Aceh Besar. Ayah 9 anak dan kakek 2 cucu yang dikenal sebagai dukun ini dianggap bertanggung jawab atas beberapa warga desa yang tiba-tiba diserang penyakit aneh. Tujuh orang pria dengan tombak dan pedang terhunus yang melakukan pencarian, malam itu sampai ke bukit berbatu di tepi hutan. Sekilas mereka melihat seperti ada sosok berkelebat. "Berhenti. Menyerahlah kau, Jokarmo," mereka berteriak. Yang berkelebat itu memang Jokarmo. Ia bersama seorang muridnya, Disam, 40. Mendengar teriakan, Jokarmo berhenti, tapi tak hendak menyerah. Melihat ada bahaya, ia membuka jaketnya dan memasang kuda-kuda. Beberapa serangan dapat ia elakkan dengan mudah. Sebuah pertarungan yang benar-benar mirip film silat. Namun, tiba-tiba, salah seorang dari ketujuh penyerangnya bersuit. Dari arah lembah, segera bermunculan puluhan orang dengan sikap yang tak kalah garang. Rupanya, rencana penyergapan memang telah diatur rapi. Jokarmo lalu menyuruh Disam menyingkir. Bagaikan kisah jagoan yang pantang mundur walau selaksa musuh menghadang, Jokarmo lalu dengan gagah berani menghadapi semua penyerang. Jurus sakti apa pun simpanan Jokarmo, mana mungkin ia mampu menghadapi serbuan orang sekampung? Jago silat ini akhirnya terkapar, malam 16 November lampau. Sekujur tubuhnya penuh liang, dan darah mengalir dari sana. Dan warga desa merasa lega. Mereka tak mengacuhkan Tawar Sugianto, 19, anak korban, yang datang untuk menyaksikan ayahnya terkapar mati. Penduduk yang merasa lega itu malah membuat api unggun, membakar jagung dan ubi jalar dan berbincang-bincang. Menjelang subuh, setelah semuanya bubar, muncullah petugas dari Polsek Suelimeum, diiringi Dokter Hasanuddin yang bertugas membuat visum. Melihat bekas luka di tubuh korban, agaknya, tak semua pengeroyok sempat memukul atau menusuk Jokarmo. Korban, agaknya, terlukai hanya oleh senjata beberapa orang. Dan Letkol Agus Saleh, Kapolres Aceh Besar, tampaknya, sudah bisa meraba siapa kira-kira penggerak pengeroyokan atas diri korban. Hanya, katanya, sejauh ini polisi masih dalam taraf memeriksa para saksi. "Belum ada tersangka yang ditahan," katanya kepada Burhan Piliang dari TEMPO. Memeriksa kasus pembunuhan yang diakibatkan oleh banyak orang memang tidak mudah. Seperti dikatakan Mustaji, Kepala Desa Blang Baro, "Pelakunya, ya, semua penduduk desa ini." Dan istri Mustaji malah menimpali, "Kalau satu orang ditahan, kami akan minta semua ditahan." Kemarahan penduduk kampung terhadap Jokarmo alias Mohammad Naim, rupanya, sudah tak tertahankan. Lelaki bertubuh kecil hitam, tapi kukuh, ini memperoleh nafkah dari bertani padi, ubi, dan pisang. Semula ia orang yang disegani. Ia sering dimintai tolong menyembuhkan warga yang mengidap sakit aneh. Misalnya saja sakit yang diderita Khadijah, ibu empat anak, yang dalam sakitnya seperti dihantui orang berkerudung putih sembari mengigau. Dia kontan sembuh setelah berobat kepada Jokarmo. "Saya disuruh mandi dengan segala macam air dan segala macam bunga pada pukul tiga pagi. Dan setelah pundak saya diisapnya, perasaan jadi ringan dan enak," kata ibu berusia 50 tahun ini. Tapi dalam tiga tahun ini, persisnya setelah Jokarmo pindah ke Desa Blang Baro, terasa jumlah yang mengidap sakit aneh meningkat. Mustaji sendiri mengaku pernah mengeluarkan darah dari pusarnya, suatu hal yang tidak biasa. Terakhir, anak lelakinya, Purnomo, sakit panas. "Aku nggak mau ikut Jokarmo. Aku mau pulang, Jang," begitu si anak mengigau. Karena penasaran, beberapa warga desa yang menaruh curiga mendatang rumah Jokarmo. Di sana mereka menemukan 3 botol berisi sejenis cairan, jarum, kembang kering, pedupaan, tasbih, dan telur. Tapi, yang menarik perhatian adalah ditemukannya sesosok tubuh mini seperti bayi yang dikeringkan dan dibungkus kain. "Anak" Jokarmo ini, konon, bernama Bajang, dan itu sebabnya begitu dugaan penduduk -- anak Mustaji mengigau dengan menyebut-nyebut nama "Jang". Ketika semua alat perdukunan ditemukan, para tetua kampung lantas meminta Jokarmo hengkang dari Blang Baro, saat itu juga. Jokarmo setuju, dan masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian. Kesempatan itu, ternyata, digunakan untuk melarikan diri. Seseorang sempat melihat bahwa sang dukun dan seorang muridnya berlari masuk hutan menggenggam kelewang. Sejak hari itulah ia dicari dan diburu, sampai akhirnya ditemukan malam medio November lalu. Jokarmo mungkin betul dukun. Tapi apakah dia penyebab sakit, dan meninggalnya, sementara warga belum jelas. Memang ada saja penduduk yang sakit di daerah tersebut. "Tapi yang saya tahu, mereka itu sakit malaria. Gejalanya memang panas dingin dan suka mengigau," kata seorang penduduk. Apakah warga sakit karena malaria atau guna-guna, Tawar mengharap kasus kematian ayahnya dibuat terang. "Jangan orang main hukum rimba saja," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus