Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Upaya meledakkan fatma

Rumah fatma di dusun kalosok, sumenep, dibakar, dilempari batu, lalu di dinamit. ia dan anaknya luka-luka. pelaku diduga penduduk setempat yang menuduhnya sebagai tukang santet. konon ia dikenal sakti. (krim)

28 Juni 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DINIHARI itu udara dingin terasa menggigit. Fatma belum tidur. Tiba-tiba puluhan lampu senter menyorot wajahnya dari balik jendela kaca. Sebelum lelaki setengah abad itu bereaksi, jendela rumahnya sudah berantakan dihantam bambu dari luar. Lalu, sebuah benda sebesar lengan melayang masuk. Benda itu menghantam kepala Fatma, bergulir ke lantai, menyentuh pintu dan, "Glaaarr!" Ledakan di Dusun Kalosok - pulau kecil berpenduduk 200 jiwa, termasuk Kecamatan Ra'as, Kabupaten Sumenep, Madura - itu cukup menggetarkan. Jumat dinihari dua pekan lalu itu, ruang tamu rumah Fatma berantakan. Seperangkat kursi plastik, sebuah pintu, dan jendela pecah berkeping-keping. Tembok hangus dan retak-retak. Kaki kanan Fatma terluka parah dan anaknya, Ahmadi, 24, cedera ringan. "Mereka mau membunuh saya," kata Fatma yang bertubuh pendek berkulit hitam legam. Siapa mereka? Sampai pekan lalu, Serma Soekimin, Kapolsek Kecamatan Ra'as, belum bisa memastikan. Korban juga hanya bisa memperkirakan, para pelaku mungkin tetangganya sendiri. Tapi semenjak bulan Puasa lalu, Fatma tampaknya memang sudah diincar. Sepekan sebelum terjadi ledakan ada yang telah mencoba membakar rumah Fatma. Api hanya sempat melalap tempat tidur dan dinding belakang, sebelum dikuasai. Kemudian, tiga hari setelah pembakaran, tepatnya di malam takbiran, batu-batu sebesar kepalan tangan beterbangan ke atap rumah Fatma. Kedua upaya itu gagal. Barulah kemudian ledakan itu, yang menurut penyidikan polisi berasal dari sebuah dinamit. Memang. Menurut kabar, sudah sejak beberapa lama ini Fatma disatroni karena diduga ia praktek sebagai tukang teluh. Dia dianggap bertanggung jawab atas kematian Saha, 50, bulan Mei lalu. Tak cuma itu. Desas-desus yang beredar di Kalosok mengatakan Fatma pun telah membuat Mahmud dan Jawari sakit. Jawari, 40, sejak dua bulan lalu sakit panas dan kini keadaannya tambah parah. Keluarganya yakin dia kena guna-guna seperti halnya Mahmud. Bedanya, Mahmud bukan cuma sakit panas, tetapi muntah darah. Dan itu, konon, gara-gara ia cekcok dengan Fatma. Orang cenderung percaya bahwa Mahmud dibikin sakit oleh Fatma, sebab batuk darahnya baru bisa sembuh setelah ia meminta tolong kepada lelaki tua itu. Penalaran yang agak janggal, memang. Tapi Fatma, ujar seorang tokoh masyarakat, sudah lama kondang sebagai dukun. Dia bukan hanya pandai membuat orang jatuh sakit dan kemudian mati. Dia sendiri dikenal punya ilmu kebal. Beberapa waktu lampau dia pernah kena celurit, toh tak ada luka barang sedikit pun di tubuhnya. Dan kini, orang makin banyak yang yakin akan kesaktiannya. Sebab, dinamit pun ternyata tak mampu membinasakannya. Dia hanya cedera. Padahal, dinamit yang dilemparkan, telak mengenai kepalanya. Tapi memang, dinamit itu meledak bukan di saat menyentuh kepala Fatwa coba, kalau waktu itu "glaar", cerita mungkin lain jadinya. Sejauh ini, polisi belun bisa menangkap tersangka pendinamit. "Kami sedang mengumpulkan bukti dan petunjuk," ujar Serma Soekimin. Pengusutan lewat Mahmu dan Jawari - dua orang yang diduga menjadi korban santet Fatma tak membuat perkar menjadi jelas. Mahmud menyangkal sebagai penggerak, atau terlibat dalam pendinamitan. "Saya tak tahu apa-apa," katanya. Fatma sendiri pun menyatakan merasa tak pernah berselisih dengan Mahmud. Pun Jawari, lewat kerabatnya - karena ia masih sakit menyangkal keterlibatannya. Sementara itu Fatma menepis semua tuduhan. "Yang tukang santet itu siapa?" ujarnya kepada TEMPO. Ia kini masih dirawat sebuah Puskesmas. "Saya 'kan malah mengobati Mahmud, sampai batuk darahnya sembuh. Pokoknya, Tuhan yang tahu semuanya," katanya. Jangan-jangan ada sebab lain dalam perkara upaya melenyapkan Fatma ini, yang sebenarnya lebih mudah dinalar. Coba saja lihat, rumah Fatma, memang lebih dibandingkan rumah tetangganya: lantainya disemen, jendela rumahnya berkaca kuning dan hijau dan di rumah itu ada pula radio transistor hal-hal yang termasuk mahal bagi kebanyakan nelayan di Kalosok. Dan itu semua tampaknya hasil dari dua perahu Fatma - sementara rata-rata nelayan di Kalosok hanya punya satu perahu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus