Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Angkasa Pura II dan Tel-U Jalin Kerja Sama di Bidang Pendidikan

AP II mempercayakan karyawan dan karyawati terbaiknya bersekolah di Tel-U dalam bidang digital business.

13 Maret 2019 | 05.23 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kerjasama AP ll dengan Universitas Telkom

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL - PT Angkasa Pura II (Persero) menandatangani Nota Kesepahaman dengan Universitas Telkom (Telkom University/Tel-U), Bandung, tentang Sinergi dalam Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat. Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero), Muhammad Awaluddin dan Rektor Telkom University, Adiwijaya di Gedung Bangkit (Rektorat), Tel-U, Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Senin, 4 Maret 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hadir mendampingi dari AP II, Awaluddin didampingi Director of Human Capital, General Affairs, and Information Technology Tina T. Kemala Intan; Senior Manager of Knowledge Management, Muhammad Haikal; dan Vice President of Corporate Communication, Yado Yarismano. Sedangkan dari Tel-U, hadir Wakil Rektor I Bidang Akademik, Dadan Rahadian; Wakil Rektor IV Bidang Penelitian dan Kemahasiswaan, Rina Pudji Astuti; Wakil Dekan I Bidang Akademik, Ratri Wahyuningtyas; dan Wakil Dekan II Bidang SDM dan Keuangan, Brady Rikumahu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Awaluddin mengatakan, AP II mempercayakan karyawan dan karyawati terbaiknya bersekolah di Tel-U dalam bidang digital business. “Karena kami menimbang, salah satu program Master untuk digital business terbaik di Indonesia adalah di Tel-U,” katanya.

Belum banyak orang yang punya kekhususan di jurusan digital business, padahal dengan masuknya kebandaraan ke dalam era industri 4.0 dan AP II sedang membangun smart and connected airport, keahlian ini sangat dibutuhkan.

“Mulai tahun kemarin, kami mulai serius mengembangkan portofolio bisnis baru, yaitu airport digital business. Kami melihat portofolio itu harus diikuti dengan kesiapan talenta SDM-nya. Sewaktu kami hendak membungkus bisnisnya, resource-nya masih jarang karena AP II dulu-dulunya lahir sebagai operator bandar udara, bukan untuk bisnis digital. Situasinya saja yang menuntut kami untuk berubah. Nah, itu terjadi pada saat kami hendak melakukan transformasi digital,” ucap Awal.

Pada saat menyiapkan infrastruktur, AP II melihat ada sisi bisnis yang juga muncul dari situ. Awal melihat peluang itu perlu mereka tangkap.

“Yang sekarang sedang kami siapkan ini adalah big data. Bukan hanya sekadar untuk operating efficiency atau peningkatan dalam customer experience, tetapi yang bisa dimonetisasi. Jadi bisnisnya juga harus ada. Nah, ini yang menjadi tantangan,” ujar Awaluddin.

Sementara Rektor Tel-U Adiwijaya mengungkapkan, kerja sama dengan AP II sudah lama terjalin, bahkan sejak Tel-U masih berupa sekolah tinggi. Misalnya untuk program rekrutasi, magang bersertifikat, atau SDM AP II menjadi dosen tamu di Tel-U. Namun untuk bidang pendidikan, kerja sama itu baru dilakukan mulai tahun ini. “Dari AP II mengirimkan SDM untuk mengikuti jenjang pendidikan S2 di Telkom University. Untuk bidang penelitian, terkait implementasi hasil-hasil penelitian yang ada di Telkom University untuk diimplementasikan di AP II. Salah satunya adalah autonomous vehicle untuk bagasi dan FOD atau Flying Object Debris,” tutur Adiwijaya.

Autonomus vehicle ini, menurut Adiwijaya, sudah diimplementasikan di perusahaan otomotif, sehingga untuk diterapkan di AP II tinggal melakukan beberapa penyesuaian saja karena areanya sangat luas.

Kerja sama dengan PT AP II ini juga sangat dirasakan manfaatnya oleh Tel-U. “Contohnya untuk magang, ada program magang BUMN. Jadi mahasiswa kami sebelum lulus bisa merasakan magang dan bersertifikat. Belum lulus sudah certified dan bisa mengerjakan beberapa hal yang memang sudah menjadi kebutuhan di industri,” kata Adiwijaya.

Smart and Connected Airport

Gagasan mengenai smart and connected airport sudah mengemuka di PT AP II sejak sekitar 2016. AP II sudah cukup lama berfokus pada hard infrastructure, seperti bandara, terminal, apron, dan runway, sehingga ketika masuk ke AP II, Awal merasa sudah menjadi tugasnya untuk memperkaya hard infrastructure itu dengan soft infrastructure.

“Kita sudah masuk ke era yang memang disrupsi digitalnya terjadi, sudah ke segala bidang. Jadi kalau kita mengabaikan bahwa itu tidak terjadi di bandara, itu salah besar. Hal yang paling tepat kita lakukan adalah bukan dengan menjauhinya, melainkan mendekatinya,” ujar Awal.

Smart airport berbasis pada otomatisasi semua proses dengan menggunakan teknologi digital, sedangkan connected airport artinya adalah semua stakeholder bandara berkolaborasi dan kolaborasi ini hanya dapat dilakukan jika ada platform yang menyatukannya.

Stakeholder di bandara saat ini dimasukkan dalam ada empat kategori besar, yakni airport operator, airline provider, air navigation system provider, dan otoritas bandara.

Smart airport sendiri, menurut Awal, berproses melewati empat tahapan, mulai dari smart airport 1.0, 2.0, 3.0, dan 4.0. “Sedikit lama prosesnya di stage 1.0, yang menjadi pondasinya, yakni sekitar 4 hingga 5 tahun terhitung sejak 2016. Sampai hari ini kami sudah spend hingga Rp 500 miliar untuk sampai ke 2020,” kata Awal. (*)   

Abdul Jalal

Abdul Jalal

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus